Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

annisaputrieAvatar border
TS
annisaputrie
Pemicu Daya Beli Anjlok itu karena Masyarakat Bawah Paling Tertekan
Pemicu Daya Beli Anjlok itu karena Masyarakat Bawah Paling Tertekan
Oktober 6, 2017 14:31

Jakarta, Aktual.com – Anjloknya daya beli di era Presiden Joko Widodo ini bukan cuma isu yang diembuskan oleh lawan politik Presiden. Justru itu sebuah fakta yang indikatornya sangat kuat.

“Jadi kondisi yang membuat daya beli anjlok itu karena golongan bawah tampaknya masih sangat tertekan. Hal ini karena upah riil buruh dan Nilai Tukar Petani (NTP) itu masih tumbuh negatif serta keterlambatan pencairan subsidi pangan untuk golongan miskin,” tegas Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Damhuri Nasution di Jakarta, ditulis Jumat (6/10).

Sementara untuk konsumen golongan menengah tampaknya menahan konsumsi mereka. Hal ini karena mereka mengantisipasi pengeluaran yang besar sesudah lebaran, yaitu tahun ajaran baru. Bahkan berdasar survei Danareksa menunjukkan, ada peningkatan kekhawatiran konsumen terhadap kenaikan administered prices, khusunya tarif tenaga listrik (TTL).

“Tampaknya, kenaikan TTL 900 VA tahap I dan II masih bisa diserap konsumen. Namun akumulasi tiga kali kenaikan semakain terasa berat bagi sebagian konsumen,” ungkap dia.

Dengan begitu, adanya rencana pengeluaran yang besar yang diikuti kenaikan ekspektasi inflasi mendorong sebagian konsumen (mungkin) mengerem daya belinya. “Di samping itu juga ada pergeseran pembayaran gaji ke-13 PNS/TNI/Polri dari Juni 2016 menjadi Juli 2017,” katanya.

Sedang untuk golongan pemilik dana besar tampaknya juga menahan konsumsi. Kondisi itu tercermin dari peningkatan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang cenderung makin meningkat.

“Makanya daya saing harus ditingkatkan agar pertumbuhan ekonomi meningkat. Makanya perlu didorong peningkatan pertumbuhan ekspor dan investasi serta belanja pemerintah,” papar dia.
http://www.aktual.com/analis-pemicu-...ling-tertekan/


Daya Beli Menurun, Bukti Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga di Era Jokowi Merosot
Oktober 5, 2017 18:25

Jakarta, Aktual.com – Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang menjadi penopang perekonomian ternyata sejak pemerintahan Joko Widodo terus merosot. Berbeda dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dimana pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih tinggi.

“Di era 2011-2014 (era SBY) konsumsi rumah tangga secara rata-rata maish tumbuh di angka 5,28 persen. Tapi saat ini (era Jokowi) malah di bawah 5 persen pertumbuhannya,” ungkap Kepala Ekonomi Danareksa Research Institute, Damhuri Nasution di Jakarta, Kamis (5/10).

Dari data yang dia kumpulkan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tertinggi ada di era SBY, tahun 2012 mencapai 5,49 persen, di 2013 sebesar 5,43 persen, dan di 2014 sebesar 5,15 persen.

“Tapi kemudian menurun terus. Terbukti di 2015 turun lagi ke level 4,96 persen, di 2016 naik tipis 5,01 persen dan di tahun ini hingga semester I-2017 cuma 4,94 persen. Itu trennya menurun ya,” kata dia.

Pelemahan konsumsi rumah tangga itu, kata dia, gara-gara adanya pencabutan subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang sangat besar di akhir tahun 2014.

“Makanya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat ini karena uang yang tadinya dapat digunakan masyarakat untuk membeli makanan, pakaian dam jasa lainnya, kini harus digunakan untuk membeli BBM,” ujar dia.

Dia menegaskan, beberapa indikator menunjukkan tren pelemahan. Seperti penjualan mobil, penjualan motor, penjualan ritel, dan penjualan semen masih melemah. Meski diakui dia, di Agustus itu disebutnya mulai membaik.

“Cuma memang jika dilihat dari kategori konsumsi rumah tangga baik dilihat dari makanan maupun non makanan, saat ini data terkini masih belum membaik,” ungkap dia
http://www.aktual.com/daya-beli-menu...okowi-merosot/

-------------------------

Sekitar 80% penduduk Indonesia itu cari makan dan bekerja di sektor informal. Ketika pembeli mereka (kalangan menengah-bawah) kehilangan pendapatan akibat di PHK atau nganggur akibat kalah dengan Gojek dan Grab; atau kalau dia kerja di Pemerintah dengan gajinya sebagai PNS golongan I atau II ternyata nggak naek-naek beberapa tahun ini; sementara upah dan gajinya yang sudah pas-pasan itu ternyata habis tergerus untuk bayar listrik yang naik gila-gilaan, termasuk BBM, serta kebutuhan hidup lainnya semakin mencekik .... dan masih dibebani pajek macem-macem yang terasa mengada-ada dimata mereka, wajarlah daya beli mereka anjlog!

emoticon-Takut:
Diubah oleh annisaputrie 07-10-2017 00:11
0
3.7K
42
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan