- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Cinta Yang Berakhir Dalam Diam


TS
skydavee
Cinta Yang Berakhir Dalam Diam

"Cinta ini kadang kadang tak ada logika
Berisi smua hasrat dalam hati
Ku hanya ingin dapat memiliki
Dirimu hanya untuk sesaat..."
Spoiler for bahasa cinta hanya dimengerti oleh hati:

Penggalan lirik lagu dari Agnes Monica diatas, pastilah pernah kita dengarkan. Lagunya asyik, apalagi kalo pake gaya-gaya slowmotion gitu.
Nah, bicara tentang cinta, ini ibarat mata telanjang yang mencoba menembus tepian cakrawala. Seolah-olah, itu adalah batas dari dunia.
Padahal, cinta itu memiliki jutaan definisi, makna dan arti. Yang semuanya hanya bisa diterjemahkan oleh hati orang-orang yang sedang merasakan.
Pernah dengar kalimat "kalau cinta melekat bahkan tahi kucing rasa coklat". Nggilani...!!!
Atau ada yang bilang "derita cinta tiada berakhir?". Itu kata Patkay. Kalau ini mah ngenes.
Terbuktikan? Banyak orang mendefinisikan apa itu cinta sekendak hati dan perasaan sendiri-sendiri. Gak ada yang salah. Semua benar. Karena makna cinta ditentukan oleh syarat dan ketentuan yang berlaku.
Pada episode kali ini, saya mau bahas cerita tentang cinta. Dimana cinta yang dirasakan harus berujung pada sikap skeptis, dan diam. Apakah yang menyebabkan diam ini menjadi pilihan? Bukankah cinta harus diungkapkan?
Berikut ini alasan-alasan mengapa cinta berakhir dalam sikap diam. Mari kita simak!
1. Tidak Percaya Diri
Cinta itu perlu diungkapkan. Proses pengungkapan itu bisa dengan menggunakan berbagai cara. Namun, yang jamak dilakukan adalah "menembak"nya secara langsung. Alasannya sih biar keliatan seperti pejantan tangguh dalam lagunya Sheila on 7.
Namun, terlepas dari alasan apapun, ada juga orang-orang yang hanya bisa memendam rasa cintanya. Karena faktor tidak percaya diri.
Faktor tidak percaya diri ini mungkin karena takut ditolak lagi, lagi dan lagi. Lagi-lagi ditolak. Alhasil, cintanya terpendam dalam sanubari yang paling dalam.Konsekuensinya, ya nyesek. Paling ringan sih jerawatan.
Masih mau memendam perasan cinta ini? Itu pilihan kita masing-masing. Jika cinta, maka ungkapkanlah. Jika tidak, rubahlah rasa cinta itu hanya sebatas rasa kagum. Bukankah cinta tak harus memiliki? Ga juga.
2. Alasan Gender
Nah, ini juga sering terjadi. Hubungan cinta yang diharapkan adalah pola resiprositas.
Apa yang dimaksud dengan alasan gender?
Cinta datang itu tidak memandang gender. Bisa jadi perasaan itu datang awalnya dari kaum Hawa. Namun, karena alasan "kepantasan", mereka cenderung wait and see.
Ah, masak perempuan nembak duluan? Apa kata dunia? Padahal dunia gak ngapa-ngapain. Toh sudah terlalu banyak hal yang diurusin oleh dunia. Ngapain harus gengsi karena status gender?
Bukankah perempuan juga gak tiba-tiba dicap negatif bila mengungkapkan terlebih dahulu? Emang salahnya dimana?
Yakinlah, jika laki-laki ditembak duluan, dia akan tersanjung meski sedikit bingung. Tapi gak apa-apakan demi cinta? Cieee cieee...
Yuk ah, semua memiliki derajat yang sama jika kita berbicara tentang cinta.
3. Orientasi Menyimpang
Kata ini sebenarnya horor. Demi menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia, maka saya akan mengulas kulitnya saja.
Sekali lagi, cinta kadang benar-benar tidak bisa diprediksi. Bagi golongan orang-orang yang memiliki kelainan orientasi seksual, cenderung memilih diam dengan alasan sebagai berikut :
Pertama, dari kacamata agama. Paham agama jelas melarang hubungan yang dilakukan sesama jenis.
Kedua, dari segi moral. Mereka jelas dianggap amoral dan konsekuensinya akan dikucilkan.
Kepantasan, dimana nilai-nilai yang tertanam dalam kehidupan normal adalah hubungan berlainan jenis.
Lantas, mengapa saya bahas meski sekilas?
Sekali lagi, artikel ini tidak ada niatan sebagai propaganda atau penggiringan opini. Hanya sebagai wacana, bahwa fakta tentang penyakit orientasi tak normal ini benar adanya.
Tentunya, selain ketiga pertimbangan menurut opini saya, mereka cenderung bersikap diam dan tidak meneruskan rasa cinta yang mungkin saja telah tumbuh dan berkembang di dalam benak masing-masing. Dah ya? Ga usah dilanjutkan secara detail.
4. Status
Ada apa dengan status? Status merupakan salah satu sebab mengapa cinta ini harus tersimpan rapat dalam hati dan diam dalam kebisuan.
Sebenarnya kategori "status" ini agak ambigu dengan tidak percaya diri. Tapi mau gimana lagi ya? Itu yang terlintas dibenak saya.
Status yang saya maksud, lebih spesifik ke status sosial. Kadang jika jarak "kesejahteraan" cukup mencolok, hal ini bisa menjadi salah satu penghalang cinta itu tumbuh dan berkembang. Yang ada, pelakunya malah jadi pesakitan.
Mau nembak, kok ya tajir bingits, gak nembak kok jadi semringit. Pokoknya serba salah. Ujung-ujungnya, cinta sejati yang ada didalam hati harus masuk kedalam kotak pandora. Gak dibuka penasaran, dibuka malah celaka. Bukankah begitu cerita dalam mitologi Yunani?
Ah, banyak kok yang gak kek gitu. Meski beda status sosial, nyatanya bisa menyatukan dua insan yang berbeda dalam satu ikatan sakral nan penuh cinta? Saya tinggal jawab, beruntunglah mereka. Namun bisa kah kita prosentasekan? Berapa banyak yang beruntung ketimbang mereka yang buntung? Jadikan PR yach?
5. Dicueki
Kadang meski gunung sudah "disebrangi" dan lautan sudah "didaki"...
Namun tak kunjung jua merubah hati...
Akhirnya diam adalah keputusan yang dianggap sebagai solusi...
Mau apa lagi?
Semua upaya sudah dilakukan segenap hati...
Namun apa daya, cinta yang datang terus dicueki...
Siapa yang tidak keki?
Biarlah semua terjadi...
Mungkin dia belum jodoh dan ini bagian dari takdir Illahi...
Bersabar, dan coba cari lagi...
6. Beda Keyakinan
Jika ada yang menyatakan bahwa Long Distance Relationship adalah salah satu dari hubungan yang banyak bikin orang senewen dibanding senangnya, itu tak salah.
Tapi bagi saya pribadi, beda keyakinan adalah makna sesungguhnya dari LDR. Memang sih, jarak tak terpisahkan. Tapi banyak pertimbangan.
Ohya, beda keyakinan itu dalam arti sebenarnya yach? Bukan beda keyakinan semisal begini:
"Kami harus mengakhiri hubungan karena adanya perbedaan yang terlalu sulit untuk dijelaskan. Saya berkeyakinan bahwa diri saya tamvan, sementara keyakinan pacar saya ternyata sebaliknya. Itu sebabnya, hubungan ini layu sebelum berkembang".
Hubungan beda keyakinan, akan semakin menjauhkan apabila masing-masing pihak dalam posisi yang sejajar. Sama-sama fanatik dengan keyakinan.
Fanatik akan ajaran agama dan keyakinan itu harus. Tapi fanatik yang diimbangi dengan ilmu. Dan bukan sekedar fanatik buta.
Kembali lagi ke masalah beda keyakinan ini. Selain pertimbangan individu, mereka akan menemukan pula berbagai macam pertentangan dari keluarga masing-masing pelakunya.
Duh, gak kebayang deh sedihnya. Apalagi kalau sudah kadung suka. Diteruskan takut dosa, ga diteruskan kok cinta.
Memang didunia nyata ada saja pihak yang menabrak batasan dan sekat perbedaan agama. Namun sekali lagi, lebih banyak yang menyerah dan membiarkan rasa cintanya terbaring lemah dalam peraduan direlung hati mereka. Kasian ya?
Gansis pernah juga merasakan? Saya pernah. Dan rasanya seperti ikan teri yang terjerat dalam jaring. Disiksa dan dibanting oleh perasaan cinta yang membuat hati terombang-ambing.
7. Masih Ada Ikatan Saudara
Cinta itu memang ngawur. Datangnya tak diundang, pergi pun tanpa dihantar. Ya kayak jailangkung.
Dia akan menyapa dan hinggap dimana saja dia suka. Panah cupid dari dewa amor mungkin udah bengkok. Jadi melesat dan menusuk ke orang yang masih ada ikatan saudara.
Walah, lagi-lagi saya pernah terjerat dalam kasus ini. Kok ya pengalaman cinta saya rada nyeleneh ya?
Nah, bagi yang pernah mengalamin, tentunya harus banyak mempertimbangkan segala aspek jika nekat kayak supporter bonek. Yang pasti, jika hubungan kekerabatan itu masih sangat dekat, akan menimbulkan dampak buruk bagi keturunannya kelak.
Tentu saja, mereka yang kebetulan dilanda asmara terlarang karena hubungan kekeluargaan, memilih mengubur dalam-dalam perasaannya dan hening dalam ke"diaman"nya.
Jika pun ada yang nekat, siap-siap saja gak diundang dalam arisan keluarga. Karena akan dianggap sebagai aib. Bener kan?
8. Salah Satu Telah Memiliki Pasangan
Nomor delapan ini gak kalah serem ternyata. Seperti yang sudah saya tulis diatas, cinta itu emang super duper ngawur bin tengil.
Entah mengapa cinta itu datang pada saat si dia, atau bahkan pelaku sudah terikat dalam sebuah hubungan. Meski masih dalam tahapan pacaran, tentu saja tidak etis jika perasaan cinta ini harus diungkapkan.
Apalah kata orang jika kita dianggap sebagai pemicu rusaknya hubungan orang lain.
Konyolnya, kadang kita suka sama seseorang, namun ternyata sahabat baik juga memiliki rasa yang sama. Mau diteruskan nanti rusak perkawanan, gak dlanjutkan kok si doi juga ternyata suka sama kita. Halah mbuuuhhh....!!!
Lebih parah lagi, jika ternyata keterikatan itu sudah dalam jalinan pernikahan. Hancur tuh rumah tangga orang.
Bagi yang berjiwa besar, mungkin memilih untuk menghindari rasa cinta ini. Meski tak jarang yang gelap mata dan menyingkirkan logika nya. Pokoknya cinta. Titik!
Biasalah,rumput tetangga selalu keliatan lebih hijau.
Tapi sangat diharapkan untuk tidak melanjutkan. Karena bagaimanapun, apa yang dilakukan akan berdampak sangat buruk.
Biarkan saja cinta itu terkubur dalam hati. Mana tahu, Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang jauh lebih berharga.
Bukankah yang terbaik menurut kita belum tentu terbaik menurutNya? Namun, Tuhan adalah sebaik-baiknya perencana.
Yakinlah, semua akan indah pada waktunya. Kapan? Nanti kalau masanya tiba.
Kapan masanya tiba? Kalau kita sudah cukup dewasa dan tahu, jika bermain api bisa membakar diri.
If you love two people at the same time, choose the second one. Because if you really loved at the first one you wouldn't have fallen for the second...
--------JohnnyDepp---------
Salam
©Skydavee...


Courtesy : Agnes Monica
Diubah oleh skydavee 06-10-2017 11:45
0
36.3K
Kutip
367
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan