BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Elektabilitas Jokowi dan Prabowo turun, siapa alternatifnya

Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menunggang kuda disela-sela pertemuan di Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, Bogor, Senin (31/10/2016). Tingkat elektabilitas keduanya turun.
Sisa perseteruan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 antara pendukung Joko 'Jokowi' Widodo dan Prabowo Subianto seakan tak habis-habisnya. Baru tiga tahun beranjak dari ramai-ramai Pilpres, tampaknya keramaian ini bakal terulang.

Berdasar temuan lembaga survei Median, keduanya tetap bersaing menjadi dua calon presiden (Capres) dengan tingkat keterpilihan (elektabilitas) paling besar, walau turun.

Hasil survei disebutkan elektabilitas Jokowi sebesar 36,2 persen dan Prabowo 23,2 persen. Dua nama tersebut masih belum aman jika bertarung di Pilpres 2019.

Direktur Eksekutif Median Rico Marbun menjelaskan, susutnya elektabilitas mereka karena masalah ekonomi. Problem ekonomi membuat masyarakat tidak ingin memilih Jokowi.

"Masyarakat merasa pembangunan infrastruktur yang menjadi andalan ternyata belum menjadi solusi beratnya himpitan ekonomi keseharian, bahan pokok, listrik mahal," kata Rico, Senin (2/10/2017) di Jakarta seperti dikutip dari Detikcom. Sedangkan Prabowo, juga dinilai tak mampu mengatasi persoalan ekonomi saat ini.

Sebab lain yang menggerus elektabilitas Jokowi adalah publik masih ragu bahwa Jokowi akan mampu menyelesaikan masalah dan isu-isu sensitif yang bertubi-tubi menyerang.

Menurut Rico, ada proporsi publik yang cukup besar, yang merasa Jokowi dianggap antiislam dan antiulama, serta Jokowi itu otoriter. "Walaupun tidak dominan tetapi proporsinya cukup besar," kata Rico seperti dikutip dari Liputan6.com.

Survei itu digelar pada 14-22 September 2017 dengan sampel 1.000 responden di seluruh provinsi di Indonesia. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error kurang lebih 3,1 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Pada survei sebelumnya, tingkat keterpilihan keduanya lumayan tinggi.

Centre for Strategic and International Studies (CSIS), menggelar survei pada 23-30 Agustus 2017. Survei menggunakan metode, dan tingkat margin of error beserta tingkat kepercayaan yang sama dengan survei Median.

Saat itu, CSIS mendapati tingkat keterpilihan Jokowi mencapai 50,9 persen dan Prabowo mencapai 25,8 persen.

Padahal, dalam survei yang digelar Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada 14-20 Mei 2017 lalu menemukan, elektabilitas Jokowi 53,7 persen dan Prabowo 37,2 persen.

Kini, Median justru menemukan, 40,6 persen responden menginginkan wajah baru sebagai kandidat dalam Pilpres 2019.

Menurut Rico, hal tersebut menunjukkan tren awal keinginan publik mencari tokoh lain di luar Jokowi dan Prabowo. "Hanya, keinginan itu belum terkonsolidasi ke satu figur," ujarnya kepada Tempo.co.

Dalam survei itu, Median menemukan tokoh lain yang masuk dalam pengharapan responden. Antara lain, Susilo Bambang Yudhoyono, Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo, dan Jusuf Kalla. Tapi tingkat keterpilihan mereka jauh di bawah Prabowo, apalagi Jokowi.

SBY hanya 8,4 persen, Anies 4,4 persen, Gatot 2,8 persen, dan JK 2,6 persen. Tokoh lain seperti Hary Tanoesoedibjo, Aburizal Bakrie, Ridwan Kamil, dan Tri Rismaharini tak ada yang melebihi elektabilitas 1,5 persen.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...-alternatifnya

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- APBD-P Jakarta disetujui setelah sempat tak mufakat

- Polemik impor senjata dankegaduhan yang dibuat Gatot

- Pelontar granat belanjaan polisi

anasabila
tien212700
tien212700 dan anasabila memberi reputasi
2
18.4K
218
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan