c4punk1950...Avatar border
TS
c4punk1950...
"Tuhan Tidak Mati"


Berdasarkan trit berat di lonje

Tuhan Sudah Mati

Ijinkan hamba yang dhoif ini membuat thread serupa, tolong dipahami ini bukan thread tandingan hanya serupa tapi tak sama dan hamba mohon maaf bila tulisan ini agak membingungkan dan keluar dari koridor hikmah, maklum lah ilmu filsafat ini tak bisa dipahami secara harfiah.



Dari pembahasan yang akan saya tulis adalah Metafisika yang diterangkan oleh Ibnu Sina, sebagai salah seorang filsuf eksistensial sepaham dengan Aristoteles. Dia mendefinisikan bahwa metafisika itu adalah pengetahuan tentang segala yang ada sebagaimana adanya dan sejauh yang dapat diketahui oleh manusia.

Dalam filsafat wujud dia menerangkan

1. Wajib al-wujud

Esensi yang mesti mempunyai wujud. Di sini esensi tidak dapat dipisahkan dari wujud, keduanya sama dan satu. Esensi ini tidak dimulai dari tidak ada, kemudian berwujud, tetapi ia wajib dan mesti berwujud selama-lamanya.

2. Mumkin al-wujud

Esensi yang boleh mempunyai wujud dan boleh juga tidak berwujud. Dengan istilah lain, jika dia diandaikan tidak ada atau diandaikan ada maka tidak mustahil, yakni boleh ada boleh juga tidak ada.

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami pada alam semesta dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelas bagi mereka bahwa Tuhan menyaksikan segala sesuatu “

Ketika Tuhan menyaksikan segala sesuatu ia berarti ada dan tidaklah mati namun apakah ia berwujud ??

Berkaitan dengan metafisika, Ibn Sina juga membicarakan sifat wujudiah sebagai yang terpenting dan mempunyai kedudukan di atas segala sifat lain, walaupun esensi sendiri. Esensi, dalam paham Ibn Sina terdapat dalam akal, sedangkan wujud terdapat di luar akal. Wujudlah yang membuat tiap esensi yang dalam akal mempunyai kenyataan di luar akal. Tanpa wujud, esensi tidak besar artinya. Esensi dan wujud dapat mempunyai kombinasi berikut:

1. Esensi tak dapat mempunyai wujud, dan hal yang serupa ini disebut oleh Ibn Sina yaitu sesuatu yang mustahil berwujud. Contoh, adanya sekarang ini juga kosmos lain di samping kosmos yang ada.

2. Esensi yang boleh mempunyai wujud dan boleh pula tidak mempunyai wujud. Contoh, alam ini yang pada mulanya tidak ada, kemudian ada dan akhirnya akan hancur menjadi tidak ada.

3. Esensi yang tak boleh tidak mesti mempunyai wujud. Di sini esensi tidak bisa dipisahkan dari wujud, esensi dan wujud adalah sama dan satu. Yang serupa ini disebut mesti berwujud yaitu Tuhan.

Dengan demikian, Tuhan adalah unik dalam arti, Dia adalah Kemaujudan yang Mesti, segala sesuatu selain Dia bergantung kepada diri dan keberadaan Tuhan. Kemaujudan yang Mesti itu harus satu. Nyatanya,walaupun di dalam Kemaujudan ini tak terlihat sifat-sifat-Nya, tetapi Tuhan memiliki esensi lain, tak ada atribut-atribut lain kecuali bahwa Dia itu ada, dan mesti ada.

Merujuk pada pembahasan bahwa Tuhan itu ada dan never die, seperti yang diungkapkan ibnu sina maka konsep "Manunggaling Kawula Gusti" pun sempat ada di dalam keilmuan filsuf para wali lokal.

Menurut R.Ng. Ranggawarsita (1802-1873) : Pokok keilmuan Syekh Siti Jenar disebut sebagai “Ngelmu Ma’rifat Kasampurnaning Ngurip” (ilmu ma’rifat kesempurnaan hidup [the science of ma’rifat to attain perfection of life]). Ranggawarsita menyebutkan basis ilmiah ajaran tersebut adalah renungan filsafat yg bentuk aplikasinya adalah metafisika dan etika.

Ajaran metafisika meliputi ontologi, kosmogoni dan antropologi. Ontologi berbicara tentang Ada dan tidak ada. Dalam hal ini, Syekh Siti Jenar merumuskan tentang the Reality of the Absolute being (hakikat Dzat Yang Maha Suci) yg memiliki sifat, nama dan perbuatan “Kami”. Dari “Kami” inilah kemudian muncul “ada” dan “keadaan” lain, yg sifat hakikinya adalah “Tunggal”.

Manusia yg dalam hidupnya di alam kematian dunia ini disebut sebagai khalifatullah (wakil Allah=pecahan ketunggalan Allah), dan kemudian ia harus berwadah dalam bentuk jisim (jasmani) ia harus menyandang gelar “kawula”, sebab jasad harus melakukan aktivitas untuk memelihara jasadnya dari kerusakan dan untuk menunda kematian yg disebut :”ngibadah” kepada yg menyediakan raga (Gusti). Maka kawula hanya memiliki satu tempat kembali, yakni Allah, sebagai asalnya. Maka manusia tidak boleh terjebak dalam wadah yg hanya berfungsi sementara sebagai “wadah” Roh Ilahi. Justru Roh Ilahi inilah yg harus dijaga guna menuju ketunggalan kembali (Manunggaling Kawula Gusti).

Sasahidan Syekh Siti Jenar…

"Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya."

“Insun anakseni ing Datingsun dhewe, satuhune ora ana Pangeran amung Ingsun, lan nakseni Ingsun satuhune Muhammad iku utusan Ingsun, iya sajatine kang aran Allah iku badan Ingsun, Rasul iku rahsaning-Sun, Muhammad iku cahyaning-Sun, iya Ingsun kang eling tan kena ing lali, iya Ingsun kan langgeng ora kena owah gingsir ing kahanan jati, iya Ingsun kang waskitha ora kasamaran ing sawiji-wiji, iya Ingsun kang amurba amisesa, kang kawasa wicaksana ora kukurangan ing pangerti, byar.. sampurna padhang terawang-an, ora karasa apa-apa, ora ana keton apa-apa, mung Insun kang nglimputi ing ngalam kabeh, kalawan kodrating-Sun.”

Artinya :

“Aku angkat saksi di hadapan Dzat-Ku sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Aku, dan Aku angkat saksi sesungguhnya Muhammad itu utusan-Ku, sesungguhnya yg disebut Allah Ingsun diri sendiri (badan-Ku), Rasul itu Rahsa-Ku, Muhammad itu cahaya-Ku, Akulah Dzat yg hidup tidak akan terkena mati, Akulah Dzat yang selalu ingat tidak pernah lupa, Akulah Dzat yg kekal tidak ada perubahan dalam segala keadaan, (bagi-Ku) tidak ada yg samar sesuatupun, Akulah Dzat yang Maha Menguasai, yang Kuasa dan Bijaksana, tidak kekurangan dalam pengertian, sempurna terang benderang, tidak terasa apa-apa, tidak kelihatan apa-apa, hanya Aku yg meliputi sekalian alam dengan kodrat-Ku.”

Walau mereka para ahli filsuf dibilang MadMan( orang gila ) tapi ilmu itu tak pernah mati bahkan bertambah gila kalau dinalar secara akal dan logika bahkan banyak para filsuf dianggap menyalahi aturan.

Jadi bagaimana menurutmu sobat kaskus...??



Note:

Banyak yang bingung sama ane juga bingung, jadi gini sobat kaskus penjelasan di trit sebelah Tuhan Sudah Mati bukan secara harfiah....sekali lagi ini bukan trit tandingan malah melengkapi.

Friedrich Nietzsche. menyatakan bahwa gagasan tentang Tuhan tidak lagi berperan sebagai sumber utama dari semua aturan moral.

Nilai2 moral yang ada pada diri Tuhan sudah kita bunuh kawan, berkaitan dengan syekh siti jenar Tuhan ada dalam diri manusia, kalau manusianya itu tak bermoral maka perkataan Nietszhe menjadi kenyataan..

Maksudnya TS paham ga nih...ojo topar tapir dimari ya...

emoticon-Mewek











Referensi


http://filsafatkebingungan.blogspot.co.id/2015/10/makalah-filsafat-islam-ibnu-sina.html?m=1
Diubah oleh c4punk1950... 03-10-2017 14:08
0
22.2K
162
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan