Perkenalan
Nama saya Bagas Tanjung, nama tanjung itu dari kesukuan yang di dapat dari ibu, biasanya saya hanya di panggil Bagas ......saya asli dari desa di dekat danau Maninjau sebuah danau yang indah terletak di kabupaten Agam.Desa saya bernama Bayur, danau Maninjau berada dalam lingkup 7 nagari (gabungan dari beberapa desa) yaitu Nagari Maninaju, Nagari Bayur, Nagari Koto Kaciak, Nagari Tanjung Sani, Nagari II Koto, Nagari III Koto dan Nagari Sungai Batang yang masuk dalam wilayah Kecamatan Tanjung Raya.
Rumahku pun tak jauh dari Masjid Raya Bayur, masjid tua nan elok yang ada di danau maninjau, Bapakku punya kedai di lubuk basung sedang Ibuku seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah di Bayur.
Danau maninjau memang terkenal dengan kecantikannya selain panorama yang indah desa ini terkenal dengan jalan ekstrem yang menjadi kebanggaan warga disini sebuah kelok yang sangat tajam yaitu kelok 44.
Sebagaimana pepatah minang mengatakan "Adat basandi syara', syara' basandikan kitabullah" yang tidak lain artinya " Adat bersendikan syariat, syariat bersendikan kitab Allah", walau tatanan adat di nagari rang awak ini sebenarnya sangat kuat namun tidak menolak dengan masuknya unsur asing ditanah ini yang dibawa para sufi pada masa lalu.
Disini pula lahir para tokoh pejuang nasional dari tanah sumatra untuk membangun republik tercinta ini secara bersama - sama.
Dan tradisi merantau yang sudah turun temurun membuatku pun menjadi seorang perantau di tanah seberang,
Merantau dalam budaya Minangkabau merupakan keharusan, khususnya kepada para pemuda jika ia ingin dipandang dewasa dalam masyarakat.
Masyarakat Minang menganggap bahwa laki-laki remaja hingga pemuda yang belum menikah dan tidak pergi merantau sebagai orang-orang yang penakut dan tidak bisa hidup mandiri.
Dikatakan penakut karena tidak mau atau tidak berani mencoba kehidupan baru di luar daerah Minang. Sedangkan tidak bisa hidup mandiri disebabkan karena ketergantungan terhadap saudara atau sanak keluarga di daerah Minang.
Pepatah Minang mengatakan “Karatau tumbuah dihulu, babuah babungo alun, marantau bujang dahulu, dirumah baguno alun”. Pepatah ini menegaskan bahwa anak laki-laki yang masih bujangan atau belum menikah tidak mempunyai peranan atau posisi dalam adat. Keputusan dalam keluargapun tidak bisa diputuskan oleh anak tersebut. Hal ini dikarenakan remaja disana dianggap belum memiliki pengalaman. Oleh sebab itu, aku harus mencari pengalaman dengan cara pergi merantau.
Dan inilah kisahku sebuah kisah anak remaja yang ingin bertarung dengan kerasnya kehidupan dunia.
Tak lupa pesan ninik mamak, para tetua, guru, dan angku-angku di tanah lahirku akan selalu kuingat.
"Kehidupan itu laksana lautan. Orang yang tiada berhati-hati dalam mengayuh perahu, memegang kemudi dan menjaga layar, maka karamlah ia digulung oleh ombak dan gelombang. Hilang di tengah samudera yang luas. Tiada akan tercapai olehnya tanah tepi"
Tak lupa juga pesan dari ayahku yang selama ini selalu mendukung semua langkahku, ia sering berkata
"Jangan takut jatuh, kerana yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Yang takut gagal, kerana yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, kerana dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah yang kedua"
Pesan itu yang selalu kupegang di masa perantauan, tak lupa juga sebuah pesan dari ibunda yang telah melahirkan diriku hingga menjadi seorang remaja seperti ini, pesan dari ibunda membuat hatiku menjadi semangat untuk mengarungi bahtera di tanah orang,
"Anak lelaki tak boleh dihiraukan panjang, hidupnya ialah buat berjuang, kalau perahunya telah dikayuhnya ke tengah, dia tak boleh surut palang, meskipun bagaimana besar gelombang. Biarkan kemudi patah, biarkan layar robek, itu lebih mulia daripada membalik haluan pulang"
"Tahanlah kau buyuang dalam menderita kepahitan hidup sehingga penderitaan menjadi kekayaan adalah kebahagiaan kelak nak.."
Itulah pesan dari ibuku yang akan kusimpan dalam perjalananku menuju suatu tempat untuk berjuang hidup, tempat yang jauh dari tanah kelahiranku.
Bagaimana guys sudah paham dengan apa yang dimaksud
"Merantau" sebelum mbah mulai bercerita buat para kaskuser yang tercinta mbah akan ucapkan.

INDEKS
"Kelok 44"
"Sanjai"
"Filosofi Bintang"
"Filosofi Kopi"
Bukit Tinggi

