- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Di Balik Tinder, Data Pribadi Sebanyak 800 Halaman Pun Terkuak


TS
den88
Di Balik Tinder, Data Pribadi Sebanyak 800 Halaman Pun Terkuak
Hayo ngaku, siapa di sini yang pernah pake apps Tinder buat cari jodoh?

Dibandingin sama situs/ apps buat cari jodoh lain, Tinder tuh gampang banget dipakenya ya. Tinggal swipe left atau swipe right atau super like kalo emang suka.
Tapi ternyata, Tinder yang kelihatan sederhana itu punya banyak banget makna gan. Bukan hanya sesimpel itu, Tinder ternyata nyimpen data pribadi kitasampe ke detailnya.

Ceritanya, Judith Duportail pernah pake Tinder dari tahun 2013. Sampe sekarang, dia udah pernah matched dengan 870 orang yang berbeda-beda. Mulai dari yang beneran jadi lover, temen, atau bahkan yang ngeselin. Ya sampe dia lupa lah tiap detil orang yang match. Tapi ternyata Tinder punya data itu gan.
Bulan Maret tahun ini, Duportail minta akses ke Tinder buat dapetin semua data pribadinya. Jadi, tiap warga Eropa itu boleh minta data itu dan udah dilindungi EU data protection law, tapi ternyata sedikit banget yang bener-bener minta data itu.

Akhirnya dengan bantuan aktivis privacy Paul Olivier Dehaye dari personaldata.io dan pengacara HAM Ravi Naik, dia minta data pribadinya ke Tinder dan ternyata yang dia dapetin bener-bener di luar perkiraannya.
Dia pun dikirimin data sebanyak 800 halaman yang isinya data Facebook "likes", foto dari Instagram (meski dia udah ngapus akun yang terhubung), latar belakang pendidikannya, rentang umur laki-laki yang sesuai ketertarikannya, berapa kali dia terhubung dengan orang di Tinder, kapan dan dimana dia chatting sama tiap match dan masih banyak lagi!

Ternyata setiap apps yang ada di genggaman kita itu emang bakalan pake data yang kita input. Bahkan menurut Olivier Keyes, data scientist di University of Washington, Facebook punya ribuan halaman tentang kita!

Mungkin agan juga kaget ya ngeliat sebegitu banyaknya data tentang kita yang mereka tampung, mulai dari lokasi, ketertarikan, pekerjaan, foto, selera musik, dan bahkan makanan yang kita suka. Tapi ya emang kita ngasih data ini secara sadar karena ya kita nggak bisa ngerasain/ ngeraba data. Makanya pas ngelihat bentuknya dalam bentuk data dalam lembaran kertas, pasti lah kita kaget.
Duportail pun melihat ke 1700 message di Tinder yang pernah dia kirim dari tahun 2013, bahkan dia bisa ngerasain perasaan akan harapan, ketakutan, preferensi seksual, sampai ke rahasia dia yang paling dalam. Tinder ibaratnya tau semuanya. Mulai dari dia yang sering copas jokes ke beberapa matches, sampe sering chat ke 16 orang yang berbeda di Tahun Baru.

Menurut Alessandro Acquisti, profesor IT di Carnegie Mellon University, hal ini dinamakan secondary implicit disclosed information. Dimana Tinder tahu lebih banyak tentang diri kita dengan memperhatikan kebiasaan kita menggunakan apps. Mulai dari data seberapa sering kita connect dan jam berapa, persentase tipe orang yang match, orang kayak gimana yang tertarik sama kita, kata-kata apa yang paling sering kita gunakan, berapa lama kita ngeliatin foto-foto orang sebelum swipe dan sebagainya. Data ini lah yang dipakai/ dijual untuk tujuan iklan.
Yang kita kurang sadari, Tinder privacy policy ternyata menyatakan kalo data kita bisa dipakai untuk "targeted advertising".

Pernah inget bahwa ada 70ribu profile dari OkCupid (yang dimiliki sama parent company-nya Tinder, Match Group) dibuka untuk umum oleh peneliti Denmark, datanya digunakan buat membangun sebuah link antara kepintaran dan kepercayaan beragama.
Jadi, kenapa Tinder butuh semua info tentang kita?

Menurut juru bicara Tinder, hal ini diperlukan untuk mempersonalisasikan pengalaman tiap pengguna di seluruh dunia. Jadi dengan mempertimbangkan faktor-faktor berdasarkan data, akan terlihat pengguna lain yang kira-kira potensial.
Tinder itu sering kali dibandingkan dengan sebuah bar yang isinya para jomblo gitu gan, tapi lebih tepatnya sih orang-orang jomblo yang dipilih buat kita sementara bar-nya mempelajari perilaku, baca diary kita sehari-hari dan orang baru yang sesuai dengan preferensi kita.

Tapi ya namanya juga jaman digital kayak sekarang ini, ibaratnya kita udah nempel banget sama gadget. Semacam amplop sama perangko, nggak bisa dipisahin. Bahkan seakan ngga ada batas dunia nyata dan dunia maya. Begitu juga Tinder, tempat di mana kita ketemu orang-orang baru, udah terasa kayak dunia nyata.
Good luck gan!
Sumur

Dibandingin sama situs/ apps buat cari jodoh lain, Tinder tuh gampang banget dipakenya ya. Tinggal swipe left atau swipe right atau super like kalo emang suka.
Tapi ternyata, Tinder yang kelihatan sederhana itu punya banyak banget makna gan. Bukan hanya sesimpel itu, Tinder ternyata nyimpen data pribadi kitasampe ke detailnya.

Ceritanya, Judith Duportail pernah pake Tinder dari tahun 2013. Sampe sekarang, dia udah pernah matched dengan 870 orang yang berbeda-beda. Mulai dari yang beneran jadi lover, temen, atau bahkan yang ngeselin. Ya sampe dia lupa lah tiap detil orang yang match. Tapi ternyata Tinder punya data itu gan.
Bulan Maret tahun ini, Duportail minta akses ke Tinder buat dapetin semua data pribadinya. Jadi, tiap warga Eropa itu boleh minta data itu dan udah dilindungi EU data protection law, tapi ternyata sedikit banget yang bener-bener minta data itu.

Akhirnya dengan bantuan aktivis privacy Paul Olivier Dehaye dari personaldata.io dan pengacara HAM Ravi Naik, dia minta data pribadinya ke Tinder dan ternyata yang dia dapetin bener-bener di luar perkiraannya.
Dia pun dikirimin data sebanyak 800 halaman yang isinya data Facebook "likes", foto dari Instagram (meski dia udah ngapus akun yang terhubung), latar belakang pendidikannya, rentang umur laki-laki yang sesuai ketertarikannya, berapa kali dia terhubung dengan orang di Tinder, kapan dan dimana dia chatting sama tiap match dan masih banyak lagi!

Ternyata setiap apps yang ada di genggaman kita itu emang bakalan pake data yang kita input. Bahkan menurut Olivier Keyes, data scientist di University of Washington, Facebook punya ribuan halaman tentang kita!

Mungkin agan juga kaget ya ngeliat sebegitu banyaknya data tentang kita yang mereka tampung, mulai dari lokasi, ketertarikan, pekerjaan, foto, selera musik, dan bahkan makanan yang kita suka. Tapi ya emang kita ngasih data ini secara sadar karena ya kita nggak bisa ngerasain/ ngeraba data. Makanya pas ngelihat bentuknya dalam bentuk data dalam lembaran kertas, pasti lah kita kaget.
Duportail pun melihat ke 1700 message di Tinder yang pernah dia kirim dari tahun 2013, bahkan dia bisa ngerasain perasaan akan harapan, ketakutan, preferensi seksual, sampai ke rahasia dia yang paling dalam. Tinder ibaratnya tau semuanya. Mulai dari dia yang sering copas jokes ke beberapa matches, sampe sering chat ke 16 orang yang berbeda di Tahun Baru.

Menurut Alessandro Acquisti, profesor IT di Carnegie Mellon University, hal ini dinamakan secondary implicit disclosed information. Dimana Tinder tahu lebih banyak tentang diri kita dengan memperhatikan kebiasaan kita menggunakan apps. Mulai dari data seberapa sering kita connect dan jam berapa, persentase tipe orang yang match, orang kayak gimana yang tertarik sama kita, kata-kata apa yang paling sering kita gunakan, berapa lama kita ngeliatin foto-foto orang sebelum swipe dan sebagainya. Data ini lah yang dipakai/ dijual untuk tujuan iklan.
Yang kita kurang sadari, Tinder privacy policy ternyata menyatakan kalo data kita bisa dipakai untuk "targeted advertising".

Pernah inget bahwa ada 70ribu profile dari OkCupid (yang dimiliki sama parent company-nya Tinder, Match Group) dibuka untuk umum oleh peneliti Denmark, datanya digunakan buat membangun sebuah link antara kepintaran dan kepercayaan beragama.
Jadi, kenapa Tinder butuh semua info tentang kita?

Menurut juru bicara Tinder, hal ini diperlukan untuk mempersonalisasikan pengalaman tiap pengguna di seluruh dunia. Jadi dengan mempertimbangkan faktor-faktor berdasarkan data, akan terlihat pengguna lain yang kira-kira potensial.
Tinder itu sering kali dibandingkan dengan sebuah bar yang isinya para jomblo gitu gan, tapi lebih tepatnya sih orang-orang jomblo yang dipilih buat kita sementara bar-nya mempelajari perilaku, baca diary kita sehari-hari dan orang baru yang sesuai dengan preferensi kita.

Tapi ya namanya juga jaman digital kayak sekarang ini, ibaratnya kita udah nempel banget sama gadget. Semacam amplop sama perangko, nggak bisa dipisahin. Bahkan seakan ngga ada batas dunia nyata dan dunia maya. Begitu juga Tinder, tempat di mana kita ketemu orang-orang baru, udah terasa kayak dunia nyata.
Good luck gan!

Sumur
0
20.3K
100


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan