Kaskus

News

dianmahardikaAvatar border
TS
dianmahardika
Kisah Kedekatan Letkol Untung Dan Soeharto Sebelum Terjadi G30SPKI
Kisah Kedekatan Letkol Untung Dan Soeharto Sebelum Terjadi G30SPKIRiau24.com -Dalam sejarah pemberontakan G30S/PKI nama Letnan  Kolonel Untung  dikenal sebagai salah seorang aktor penting. Untung lah yang memimpin gerakan militer untuk menculik para jenderal ke Lubang Buaya.  

Namun sejumlah pertanyaan masih menyelimuti peristiwa kelam 1 Oktober 1965 lalu. Siapa memanfaatkan siapa? Benarkah Letkol Infanteri Untung Sjamsuri adalah otak di balik peristiwa ini. Ataukah Untung hanya dimanfaatkan oleh Ketua CC PKI DN Aidit? Atau justru Soeharto yang memanfaatkan Untung?

Pertanyaan terakhir muncul karena faktanya hubungan antara Untung dan Soeharto sangat dekat.

Dalam buku yang  ditulis  Soebandrio  tentang  G30S.  Dalam  bukunya,  Soebandrio  menceritakan,  selama  di penjara,  Untung  yakin  dirinya  tidak  bakal  dieksekusi.  Untung  mengaku  G30S  atas  setahu Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayor Jenderal Soeharto. 

Dalam laporan jurnalistiknya, majalah Tempo pernah mengupas tentang kesaksian salah satu saksi sejarah,  Letkol CPM (Purnawirawan) Suhardi. Umurnya sudah 83 tahun. Ia adalah sahabat masa kecil Untung di Solo dan bekas anggota Tjakrabirawa. Untung tinggal di Solo sejak umur 10 tahun. 

Sebelumnya, ia tinggal di Kebumen. Di Solo, ia hidup di rumah pamannya, Samsuri. Samsuri dan  istrinya  bekerja  di  pabrik  batik  Sawo,  namun  tiap  hari  membantu  kerja  di  rumah  Ibu 
Wergoe  Prajoko,  seorang  priayi  keturunan  trah  Kasunan,  yang  tinggal  di  daerah  Keparen, Solo. Wergoe adalah orang tua Suhardi. 

"Dia  memanggil  ibu  saya  bude  dan  memanggil  saya  Gus  Hardi,"  ujar  Suhardi.  

Suhardi,  yang  setahun  lebih  muda  dari  Untung,  memanggil  Untung:  si  Kus.  Nama  asli  Untung  adalah  Kusman.  Suhardi  ingat,  Untung  kecil  sering  menginap  di  rumahnya.  Tinggi  Untung  kurang  dari 165 sentimeter, tapi badannya gempal. 
"Potongannya seperti preman. Orang-orang Cina  yang membuka praktek-praktek  perawatan gigi di daerah saya takut semua kepadanya," kata  Suhardi  tertawa.  

Menurut  Suhardi,  Untung  sejak  kecil  selalu  serius,  tak  pernah  tersenyum.  Suhardi  ingat,  pada  1943,  saat  berumur  18  tahun,  Untung  masuk   Heiho.  "Saya  yang  mengantarkan Untung ke kantor Heiho di perempatan Nonongan yang ke arah Sriwedari." 

Setelah  Jepang  kalah,  menurut  Suhardi,  Untung  masuk  Batalion  Sudigdo,  yang  markasnya  berada di Wonogiri. "Batalion ini sangat terkenal di daerah Boyolali. Ini satu-satunya batalion  yang ikut  PKI (Partai Komunis  Indonesia)," kata  Suhardi. 

Menurut Suhardi, batalion ini  lalu  terlibat gerakan Madiun sehingga dicari-cari oleh Gatot Subroto.  Clash  yang  terjadi  pada  1948  antara  Republik  dan  Belanda  membuat  pengejaran  terhadap  batalion-batalion kiri terhenti. Banyak anggota batalion kiri bisa bebas. Suhardi tahu Untung  kemudian  balik  ke  Solo.  "Untung  kemudian  masuk  Korem  Surakarta,"  katanya.  

Saat  itu, menurut Suhardi, Komandan Korem Surakarta adalah Soeharto. Soeharto sebelumnya adalah  Komandan  Resimen  Infanteri  14  di  Semarang.  "Mungkin  perkenalan  awal  Untung  dan  Soeharto di situ," kata Suhardi. 

Keterangan Suhardi menguatkan banyak tinjauan para analisis. Seperti kita ketahui, Soeharto  kemudian  naik  menggantikan  Gatot  Subroto  menjadi  Panglima  Divisi  Diponegoro.  Untung 
lalu  pindah  ke  Divisi Diponegoro,  Semarang.  Banyak pengamat  melihat,  kedekatan Soeharto  dengan  Untung  bermula   di  Divisi Diponegoro  ini.  

Hubungan   Soeharto-Untung   terjalin   lagi   saat   Soeharto   menjabat   Panglima   Kostrad  mengepalai  operasi  pembebasan Irian  Barat, 14 Agustus  1962.  Untung  terlibat  dalam operasi 
yang diberi nama Operasi Mandala itu. Saat itu Untung adalah anggota Batalion 454 Kodam Diponegoro, yang lebih dikenal dengan Banteng Raiders. 

Di  Irian,  Untung  menunjukkan kelasnya. Bersama Benny Moerdani, ia mendapatkan penghargaan Bintang Sakti dari Presiden  Soekarno. Dalam sejarah Indonesia, hanya beberapa perwira yang mendapatkan penghargaan  ini. Bahkan Soeharto, selaku panglima saat itu, hanya memperoleh Bintang Dharma, setingkat  di bawah Bintang Sakti. 

Untung  masuk  menjadi  anggota  Tjakrabirawa  pada  pertengahan  1964.  Dua  kompi  Banteng  Raiders  saat  itu  dipilih  menjadi  anggota  Tjakrabirawa.  Jabatannya  sudah  letnan  kolonel  saat  itu.
 
Anggota   Tjakrabirawa  dipilih   melalui   seleksi  ketat.   Pangkostrad,   yang  kala   itu   dijabat  Soeharto,  yang  merekomendasikan  batalion  mana  saja  yang  diambil  menjadi  Tjakrabirawa. 

"Adalah menarik mengapa Soeharto merekomendasikan dua kompi Batalion Banteng Raiders  masuk Tjakrabirawa,"  kata Suhardi. 
Sebab, menurut Suhardi, siapa pun yang bertugas  di Jawa 
Tengah  mengetahui  banyak  anggota  Raiders  saat  itu  yang  eks  gerakan  Madiun  1948.  "Pasti Soeharto tahu itu eks PKI Madiun." 

Menurut  Kolonel    Purnawirawan    Maulwi    Saelan,    mantan    Wakil    Komandan Tjakrabirawa, atasan Untung di Tjakrabirawa,  kedekatan  Soeharto  dengan  Untung  sudah  santer  tersiar  di  kalangan  perwira Angkatan Darat pada awal 1965. Para perwira heran mengapa, misalnya, pada Februari  1965, Soeharto yang Panglima  Kostrad bersama istri menghadiri pesta pernikahan Untung di  desa  terpencil  di  Kebumen,  Jawa  Tengah.  "Mengapa  perhatian  Soeharto  terhadap  Untung begitu besar?" Menurut Maulwi, tidak ada satu pun anggota Tjakra yang datang ke Kebumen.  "Kami, dari Tjakra, tidak ada yang hadir," kata Maulwi. 

Dalam bukunya, Soebandrio melihat kedatangan seorang komandan dalam pesta pernikahan  mantan  anak  buahnya  adalah  wajar.  Namun,  kehadiran  Pangkostrad  di  desa  terpencil  yang 
saat  itu  transportasinya  sulit  adalah  pertanyaan  besar.  "Jika  tak  benar-benar  sangat  penting,  tidak mungkin Soeharto bersama istrinya menghadiri pernikahan Untung," tulis Soebandrio. 

Hal  itu  diiyakan  oleh  Suhardi.  "Pasti  ada  hubungan  intim  antara  Soeharto  dan  Untung,"  katanya. 

Soeharto, kepada Retnowati Abdulgani Knapp, penulis biografi Soeharto: The Life and Legacy  of  Indonesia’s  Second  President,  pernah  mengatakan  memang  kenal  dekat  dengan  Kolonel  Latif  maupun  Untung.  Tapi  ia  membantah  isu  bahwa  persahabatannya  dengan  mereka  ada  kaitannya  dengan  rencana  kudeta.  “Itu  tak  masuk  akal,”  kata  Soeharto.  ”Saya  mengenal  Untung sejak 1945 dan dia merupakan murid pimpinan PKI, Alimin. Saya yakin PKI berada di  belakang gerakan Letkol Untung,” katanya kepada Retnowati. 

Demikianlah  Untung.  Kudeta  itu  bisa  dilumpuhkan.  Tapi perwira  penerima Bintang  Sakti itu  sampai menjelang ditembak pun masih percaya bakal diselamatkan.

Courtesy : http://m.riau24.com/berita/baca/7872...0spki-meletus/
imanuelerlanggaAvatar border
imanuelerlangga memberi reputasi
1
7.6K
31
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan