- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kiki Syahnakri Bicara Peran Pensiunan TNI di Balik Kasus YLBHI


TS
aghilfath
Kiki Syahnakri Bicara Peran Pensiunan TNI di Balik Kasus YLBHI
Spoiler for Kiki Syahnakri Bicara Peran Pensiunan TNI di Balik Kasus YLBHI:

Quote:
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pensiunan jenderal TNI disebut berperan dalam menggagalkan seminar 65/66 yang sedianya berlangsung di Kantor YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia) di Jalan Diponegoro, Jakarta, Menteng, Jakarta, Sabtu, 16 September 2017.
Menurut Ketua Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat, Letnan Jenderal Purnawirawan Kiki Syahnakri, sejumlah pensiunan jenderal telah meminta kepada Kepala Kepolisian Jenderal Tito Karnavian dan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto untuk menghentikan seminar “Pengungkapan Kebenaran Sejarah 65/66” itu.
Pengakuan Kiki ini menguatkan pernyataan Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, bahwa polisi membubarkan seminar itu karena tekanan sejumlah pensiunan jenderal.
Menurut Kiki, begitu mendapat kabar akan digelar seminar 65, sejumlah pensiunan berkumpul di Gedung Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI dan Polri di Jalan Diponegoro 53, Menteng, Selasa, 12 September 2017. “Kami minta pemerintah menghentikan kegiatan itu karena tak bermanfaat dan akan membuat konflik baru,” kata Kiki kepada Tempo di Jakarta, Selasa, 19 September 2017.
Masih menurut Kiki, para sesepuh TNI juga menghubungi anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Sidarto Danusubroto, yang diundang dalam seminar sebagai pembicara agar urung datang. Sidarto mengakui diundang menjadi pembicara seminar. Dua hari sebelum seminar, Sidarto membatalkan diri jadi pembicara.
“Saya batalkan bukan karena ada telepon, tapi karena saya melihat bakal ramai. Wong Simposium 65 tahun lalu yang didukung banyak pihak didemo luar biasa. Apalagi ini digelar masyarakat sipil,” kata Sidarto.
Meski mendesak agar seminar dibatalkan, Kiki membantah menggerakkan 2.000 orang untuk mengepung kantor YLBHI pada Ahad malam hingga Senin dinihari lalu. “Penyerangan itu di luar kendali saya,” kata Kiki. Ia mengatakan “hanya” mengajak sejumlah kelompok pemuda untuk menolak seminar.
Mayor Jenderal Purnawirawan Kivlan Zein membenarkan forum purnawirawan meminta seminar dibubarkan. Namun, Kivlan tak hadir pada pertemuan sejumlah pensiunan jenderal tersebut karena sedang di luar negeri. Kivlan juga mengakui, pada Jumat malam lalu, ia diundang oleh Ketua Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Anti Komunis Rahmat untuk berkonsolidasi di Gedung Gerakan Pemuda Islam Indonesia di Jalan Menteng Raya, Jakarta. Rahmat menyatakan malam itu memang mengundang Kivlan.
Kivlan menampik terlibat penyerangan gedung YLBHI. “Saya keberatan disebut otak penggerak massa,” kata Kivlan. Tempo telah mengontak Wiranto untuk mendapatkan konfirmasi, tapi ia tak menjawab. Seorang ajudannya mengatakan, “Bapak sedang di luar kota.” Juru bicara Markas Besar Kepolisian RI, Inspektur Jenderal Setyo Wasisto, mengatakan seminar dibubarkan karena tanpa izin. “Mereka tak memiliki izin,” kata dia.
Menurut Ketua Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat, Letnan Jenderal Purnawirawan Kiki Syahnakri, sejumlah pensiunan jenderal telah meminta kepada Kepala Kepolisian Jenderal Tito Karnavian dan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto untuk menghentikan seminar “Pengungkapan Kebenaran Sejarah 65/66” itu.
Pengakuan Kiki ini menguatkan pernyataan Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, bahwa polisi membubarkan seminar itu karena tekanan sejumlah pensiunan jenderal.
Menurut Kiki, begitu mendapat kabar akan digelar seminar 65, sejumlah pensiunan berkumpul di Gedung Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI dan Polri di Jalan Diponegoro 53, Menteng, Selasa, 12 September 2017. “Kami minta pemerintah menghentikan kegiatan itu karena tak bermanfaat dan akan membuat konflik baru,” kata Kiki kepada Tempo di Jakarta, Selasa, 19 September 2017.
Masih menurut Kiki, para sesepuh TNI juga menghubungi anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Sidarto Danusubroto, yang diundang dalam seminar sebagai pembicara agar urung datang. Sidarto mengakui diundang menjadi pembicara seminar. Dua hari sebelum seminar, Sidarto membatalkan diri jadi pembicara.
“Saya batalkan bukan karena ada telepon, tapi karena saya melihat bakal ramai. Wong Simposium 65 tahun lalu yang didukung banyak pihak didemo luar biasa. Apalagi ini digelar masyarakat sipil,” kata Sidarto.
Meski mendesak agar seminar dibatalkan, Kiki membantah menggerakkan 2.000 orang untuk mengepung kantor YLBHI pada Ahad malam hingga Senin dinihari lalu. “Penyerangan itu di luar kendali saya,” kata Kiki. Ia mengatakan “hanya” mengajak sejumlah kelompok pemuda untuk menolak seminar.
Mayor Jenderal Purnawirawan Kivlan Zein membenarkan forum purnawirawan meminta seminar dibubarkan. Namun, Kivlan tak hadir pada pertemuan sejumlah pensiunan jenderal tersebut karena sedang di luar negeri. Kivlan juga mengakui, pada Jumat malam lalu, ia diundang oleh Ketua Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Anti Komunis Rahmat untuk berkonsolidasi di Gedung Gerakan Pemuda Islam Indonesia di Jalan Menteng Raya, Jakarta. Rahmat menyatakan malam itu memang mengundang Kivlan.
Kivlan menampik terlibat penyerangan gedung YLBHI. “Saya keberatan disebut otak penggerak massa,” kata Kivlan. Tempo telah mengontak Wiranto untuk mendapatkan konfirmasi, tapi ia tak menjawab. Seorang ajudannya mengatakan, “Bapak sedang di luar kota.” Juru bicara Markas Besar Kepolisian RI, Inspektur Jenderal Setyo Wasisto, mengatakan seminar dibubarkan karena tanpa izin. “Mereka tak memiliki izin,” kata dia.
tempo
Sampai kapan harus paranoid pada bayang2 yg dibuat sendiri

Diubah oleh aghilfath 24-09-2017 22:34
0
7.5K
Kutip
31
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan