"Gua dah bosen pacaran nih, mau merid tapi gile banget, kuliah gue belum kelar, kerjaan belum mapan, tabungan juga kembang kempis"

"Yaudah gausah merid dan gausah pacaran"

"Ah ga asik lu tong"

Hallo gan mungkin kalian pun sering dapat curhatan seperti itu ya? entah dari teman, saudara, atau justru kalian sendiri yang menjadi pelakunya

Oh iya sorry ane pakai ID klonengan buat sekedar share di sini, maklum rasanya lebih enjoy aja hehe

Oke gan, nama ane Sakti dan saat ini usia ane baru jalan 24 tahun. Akan ane perjelas profil ane. Ane berasal dari keluarga biasa dengan tingat ekonomi menengah.

Ane dibesarkan layaknya anak-anak Indonesia tahun 90-an pada umumnya, yang membedakan ane dari orang lain adalah kondisi fisik ane.

Jika agan-agan ketemu ane sekilas maka agan tidak akan menemukan hal yang aneh. Sebentuk laki-laki dengan postur tubuh yang proporsional, memiliki orang-organ yang lengkap. dan jiwa yang masih bisa diajak berpikir logis

Lalu apa yang berbeda?

Jadi, sejak kecil ane cuma bisa mendengar dengan satu telinga dan melihat dengan satu mata yang udah divonis terjangkit glaukoma.

Kondisi kayak ginilah yang membuat ane minder berat sama cewek, sejak TK sampai kuliah ane kagak berani deketin cewek apalagi macarin mereka, bukan sok alim gan, tetapi ane merasa malu dengan kondisi ane yang aneh

Coba deh, mana mau ada cewek ngeboncengin cowoknya pakai motor, atau hal yang lebih sepele deh, cewek mana yang mau punya cowok yang ga bisa baca tulisan di papan tulis kemudian si cowok dengan polosnya bilang

"Yank bacain dong, aku ga keliatan"

Oke, oke kalem dulu, tidak semua cewek seperti itu, tapi ketika agan menjadi ane di kondisi mental yang belum dewasa ane rasa kita akan setuju dengan stereotipe itu

Tapi gan ane bersyukur sekali saat ini di tahun 2017 ini ane sudah menikah dengan salah satu teman di kampus ane dan Oktober nanti semoga Tuhan menambahnya dengan kehadiran dedek bayi ...

Ah ga asik belum apa-apa udah happy ending gan

Ane kolase menjadi bagian yang singkat gan.

Ane kuliah di salah satu universitas negeri di Jogja, kondisi fisik membentuk ane menjadi pribadi yang pendiam, kuper dengan dunia kampus. Hari-hari ane jalanin sebagai mahasiswa kupu-kupu, ane pun sempat mau DO karena merasa tidak cocok dengan jurusan yang ane pilih.

Rencana DO itu gagal karena ketika OSPEK ane melihat ada cewek cakep, teman sekelas ane, rupanya dia dari Padang. Gegara pandangan pertama itulah ane memutuskan untuk bertahan sampai akhir di sini

Tahun demi tahun ane cuma bisa menyimpan perasaan. Toh siapa ane...

"Paling pacarnya banyak"

Sentimen seperti ini yang malah membuat ane mampu bertahan sampai lulus kuliah.

"Sayang, aku beneran ga nyangka kalau justru dirimu yang menjadi suamiku"

"Iyalah, aku kan ga kamu kenal, meski satu jurusan"

Kami pun tertawa bersama, mengingat minimnya interaksi kita waktu kuliah dulu. Dasarnya memang beda dunia sih, dia tipikal cewek aktif yang jam terbangnya begitu padat di berbagai organisasi dan event kampus, sedangkan disaat yang sama ane cuma jadi takmir di masjid kampung dekat kampus

Saat teman-temanya sedang melakukan rapat dan kegiatan bergengsi ane cuma bisa mengepel lantai dan menggosok wc di masjid

"Ah mantannya pasti banyak"

Akhirnya kami sama-sama berdiri sebagai mahasiswa tingkat akhir yang sedang kocar kacir mengerjakan skripsi.

"Cewek Padang kan katanya materialis, ga mau ngalah, hm... abis lulus pasti ada yang nglamar"

Sentimen-sentimen negatif ini terus saja menjejali pikiran ane, namun malah hal ini yang membuat ane lebih fokus dengan skripsi yang sudah mulai memuakkan pada bab analisis data

"Sak, abis lulus mau ngapain"
"Tau nih, lu ngapain?"
"Lanjut S2"
"owh"

Di sela-sela kegiatan menghitung uang infak Jumat itu teman ane sedikit menyadarkan ane tentang hakikat mahasiswa

"Abis lulus nganggur dong"

Manuver hidup pun ane tempuh, orientasi ane saat itu adalah nyari pengalaman kerja, apapun itu harus kerja, entah jadi tukang sapu, pembantu, atau kuli pokoknya kerja

Skripsi terbengkalai, kerjaan mulai membosankan, si dia pun malah sudah mau wisuda.

"Ah siapa gue, abis ini pasti dilamar orang"

Karena skripsi yang tak terurus akhirnya ane pun mutusin buat resign.

TAKDIR....INI TAKDIR YANG BEKERJA

Oke, skripsi ane udah kelar waktunya pendadaran. Karena ane ini kuper, Ane yakin ga akan ada teman-teman yang bakal datengin ke sesi pendadaran ane, tidak masalah yang penting urusan ane dengan kampus ini selesai

"Sakti, foto dulu..."
"eh..."
cekrek...
"Abis lulus traktiran ya..."
"Eh..."
"Aku tunggu"

Demi apapun, apa-apaan ini...

Kenapa tiba-tiba ada cewek duduk sendirian di depan ruang sidang ane

"Haha iya sayang, waktu itu aku ga nyangka juga kok aku berani banget ya nemuin dirimu"

"Jelas aku yang paling ga nyangka kenapa kok bisa ketemu dirimu disaat paling deg-degan di ujung sidang"

Sip, pendadaran berjalan mulus

"Saudara selepas ini mau apa?"

"Menikah pak"

Tiga dosen penguji terdiam

"Sudah ada calon?"

"Sudah"

Mereka bertiga pun menyalami ane sambil memberi semangat

JUJUR... saat itu ane ngomongnya ngelantur banget akibat sock therapy sebelum ujian

Ini kalau dilanjutin bakan panjang jadi ane ringkas aja

Jadwal wisuda kami beda, dia wisuda duluan

H-2 wisuda ane main ke kampus buat urus yudisium, karena capek ane pun nongkrong bentar di kampus

"Sakti, katanya mau traktir"
"eh, itu.. oke"

Pertama kalinya dalam sejarah hidup ane bisa jalan bedua dan makan bareng di kantin kampus

INI KENCAN...

"Tau ga sih sayang, waktu itu kita diliatin banyak orang,"

Akhrinya kami ngobrol ngalor ngidul salting

"Sakti, tau servisan HP?"
"Kenapa?"
"Hpku rusak"
"Mana liat"
"Ini"
"Yaudah aku bawa dulu, besok ketemu lagi ya"

INI MODUS SERIUS INI MODUS

H-1 wisuda kami bertemu kembali di waktu sore tepatnya di taman rektorat kampus

Setelah prosesi serah terima HP

"Aku mau bilang sesuatu"
"Apa sakti?"

Karena grogi abis dia pun ngajak jalan-jalan sore menyusuri kompleks kampus yang teduh itu

"Mau ngga kamu nikah sama aku"

DAN TERUCAPLAH

namun, ternyata semua tidak semulus jalan tol

SAATNYA DIUJI