Sekarang ini segala kebutuhan pokok mulai naik. Pemasukan yang hanya melibatkan satu orang yaitu suami dirasa belum cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Untuk itu, mau tidak mau istri harus ikut andil dalam mencari uang tambahan dalam rumah tangga.

Budaya mulai bergeser, dimana jaman dahulu ibu-ibu lebih banyak mengasuh anak dirumah, sekarang jasa pembantu dianggap sebagai solusi untuk menggantikan peran sebagai ibu yang mengasuh anaknya.

Seorang istri mulai bekerja di berbagai bidang dengan tujuan untuk memenuhi kehidupan yang layak dalam rumah tangga.

Di era modern ini, banyak pilihan jenis-jenis usaha atau pekerjaan untuk seorang ibu rumah tangga . Ada yang kerja di kantor, namun ada juga yang memilih untuk berwirausaha.

Dampak dari situasi ini tentu saja akan berimbas pada perkembangan anak. Kedekatan emosional antara orang tua dan anak menjadi berkurang karena kesibukan masing-masing. Anak akan lebih berlama-lama dengan pembatu dan menjadi pribadi yg dipaksa untuk mandiri sejak dini.

Kemandirian anak sejak dini memang penting, tetapi jika tidak dibekali dengan pemahaman-pemahaman untuk membentuk anak menjadi pribadi yang lembut dan baik hati maka akan tumbuh menjadi pribadi yang egois dan memberontak.

Bahkan sekarang ini banyak anak dimanjakan dengan barang-barang elektronik seperti gadget dengan dalih agar si anak tenang dan tidak memgganggu pekerjaan orang tua.

Jika tradisi seperti ini semakin menjamur dan berkembang di banyak keluarga. Bagaimana dengan nasib karakter generasi penerus bangsa ini?

Salah satu harapan tempat untuk menggembleng mental dan kepribadian anak adalah sekolah. Namun hal yang menjadi pertanyaan, apakah sekolah peduli tentang membangun karakter anak kecuali hanya mengejar indeks prestasi anak dari segi nilai mata pelajaran?

Mungkin teman-teman kaskuser memiliki pendapat atau argumen lainnya?

Baca Juga:
Minimnya Quality Time Dalam Keluarga
Sumber Pemicu Pertengkaran Dalam Keluarga