menthol.holicAvatar border
TS
menthol.holic
Biogas: Dampaknya untuk lingkungan dan Masyarakat
Klik gambar dibawah untuk membaca tulisan tulisan lain di laman pribadi saya emoticon-Smilie



Pemanfaatan Limbah Hasil Peternakan Menjadi Biogas: Dampaknya pada lingkungan dan masyarakat


Indonesia memiliki banyak potensi energi baru dan terbarukan yang dapat dikembangkan, dimulai dari matahari yang bersinar sepanjang tahun sampai energi panas bumi yang tersebar diberbagai wilayah. Salah satu potensi yang menarik untuk dibahas adalah pengembangan bioenergi dan pemanfaatannya. Bioenergisendiri adalah segala energi yang berasal dari materi biologis seperti hewan, tumbuhan, ataupun limbahnya yang menyimpan energi matahari kedalam bentuk kimiawi. Materi biologis tersebut, atau biasa disebut juga biomassa, dibagi lagi menjadi biomassa kering dan biomassa basah. Biomassa kering, seperti limbah pengolahan tebu dan bubuk kayu, dapat dimanfaatkan menjadi listrik dengan cara dibakar menggantikan penggunaan batu bara untuk memanaskan air pada pembangkit listrik tenaga uap. Tentunya pada proses pembakarannya, tetap dihasilkan gas rumah kaca yang dapat merusak lingkungan, tetapi besarnya tidak sebanding dengan potensi polusi gas rumah kaca yang berhasil di cegah. Berbeda dengan penggunaan biomassa kering, biomassa basah tidak bisa langsung dipakai untuk menyalakan pembangkit listrik tenaga uap, tetapi harus melalu beberapa proses pengolahan terlebih dahulu agar menjadi biogas.

Pada tulisan ini, akan dibahas mengenai pemanfaatan limbah hasil peternakan menjadi biogas untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitarnya. Selain karena penulis bercita cita untuk mempunyai peternakan sapi di masa yang akan datang, potensi pemanfaatan biogas dari limbah peternakan pun cukup besar. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2013, di Indonesia ada lebih dari lima juta peternakan sapi yang menghasilkan puluhan kilogram kotoran ternak setiap harinya. Limbah tersebut akan menghasilkan biogas yang disebut gas metana. Apabila dibiarkan terkumpul pada atmosfer, gas tersebut akan memberikan dampak pemanasan global 25 kali lebih besar dibandingkan dengan gas karbon diokasida. Hal ini menyebabkan peternakan sapi menjadi salah satu penyumbang polusi gas rumah kaca terbesar setelah sektor transportasi dan sektori industri. Oleh karena itu, limbah dari peternakan harus diolah dengan baik sehingga bukan hanya dampaknya pada lingkungan dapat dikurangi, gas metana yang dihasilkan pun dapat di manfaatkan untuk kebutuhan sehari hari.



Gas metana sendiri adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi biomassa oleh bakteri bakteri anaerob. Dalam hal ini biomassa yang digunakan adalah kotoran sapi. Proses fermentasi dari limbah sapi menjadi biogas adalah proses yang cukup kompleks dan bisa dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama adalah proses hidrolisis dimana terjadi pemecahan unsur pembentuk limbah seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi gula, asam lemak, dan asam amino. Setelah itu, ketiga unsur tersebut mengalami proses acidogenesis menjadi senyawa asam amino kompleks, hidrogen, karbon dioksida, dan amonia. Asam amino kompleks yang dihasilkan akan mengalami proses bernama acetogenesis sehingga menjadi asam asetat dan hidrogen. Akhirnya gas metana dihasilkan setelah asam asetat tersebut melalui proses methanogenesis. Keempat proses tersebut tidak akan menghasilkan gas metana saja, tetapi juga menghasilkan gas karbon dioksida dan gas hidrogen sulfida. Pada umumnya perbandingan gas yang dihasilkannya adalah 15-30% karbon dioksida, 50-75% metana, dan beberapa persen berupa campuran gas lain. 

Spoiler for Reaktor Biogas:


Keempat proses tersebut dapat terjadi secara alami di alam ataupun pada sebuah reaktor biogas buatan. Perbedaannya, pada proses fermentasi di alam, gas metana yang dihasilkan akan langsung ke atmosfer sedangkan pada reaktor biogas, gas metana yang dihasilkan dapat dikumpulkan pada tempat penyimpanan khusus. Sederhananya, limbah peternakan yang dihasilkan oleh sapi di campurkan menjadi satu dengan bantuan air lalu disalurkan ke dalam reaktor biogas. Didalam reaktor tersebut, limbah peternakan akan mengalami proses fermentasi seperti yang telah disebutkan sebelumnya dan menghasilkan biogas yang mengandung karbon dioksida dan metana. Gas tersebut nantinya dapat dikumpulkan atau dialirkan secara langsung ke rumah rumah atau ke pembangkit listrik. Sisa dari proses fermentasi tersebut akan berupa materi organik berbentuk cairan dan padatan yang disebut bio-slurry. Bio-slurry tersebut dapat diolah kembali untuk menjadi pupuk atau menjadi pakan cacing. Perlu diingat bahwa bio-slurry hasil proses pembuatan biogas tidak terbebas dari penyakit  yang dijangkit hewan ternaknya sehingga pengunaannya harus hati hati.

Penggunaan biogas di Indonesia sudah berkembang cukup lama, tetapi saat itu penggunaannya terbatas untuk menggantikan LPG untuk memasak dan penerangan lampu gas saja. Hal ini terjadi karena reaktor biogas yang digunakan masyarakat masih terlampau kecil sehingga gas yang dihasilkan tidak cukupuntuk digunakan sebagai bahan bakar membangkitkan listrik. Oleh karena itu, apabila ingin dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik, perlu ada jaringan yang menghubungkan gas yang diproduksi oleh reaktor biogas masyarakat agar bisa dikumpulkan pada satu pusat pengolahan terpadu. Biogas tersebut nantinya dapat dimanfaatkan menjadi listrik dengan cara dijadikan bahan bakar pemanas air PLTU secara langsung atau dengan menggunakannya sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga bahan bakar minyak baik murni dengan biogas saja ataupun hibrid dengan campuran bensin atau diesel. Tentunya, biogas yang digunakan haruslah biogas yang sudah melalui proses pemurnian sehingga tidak ada kadar karbon dioksida dan dan hidrogen sulfida yang bisa memperpendek umur pembangkitnya nanti. Harapannya, penggunaan biogas ini bisa mengurangi konsumsi diesel yang ditanggung oleh masyarakat untuk kebutuhan listrik mereka sehari hari atau bahkan memberikan akses listrik bagi mereka yang belum mendapatkannya.

Dalam skala besar, rencana untuk memanfaatkan biogas sebagai bahan bakar pembangkit listrik baru dilirik oleh pemerintah beberapa tahun ini melalui kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Kebijakan tersebut mengatur perihal pembelian tenaga listrik dari pembangkit listrik tenaga biomassa dan pembangkit listrik tenaga biogas oleh PLN. Nantinya, akan dibangun beberapa pembangkit listrik tenaga biomassa dan biogas di berbagai wilayah Indonesia dengan kapasitas total 100 megawatt. Tentunya biomassa yang digunakan tidak akan terbatas pada limbah peternakan saja, tetapi juga dari limbah rumah tangga dan industri lainnya. Jadi, selain untuk menghasilkan energi, pembangkit listrik ini juga dapat dipandang sebagai solusi untuk mengurangi limbah yang dihasilkan sebagai imbas pergerakan ekonomi.

Sumber :

https://www.goodenergy.co.uk/our-ene...-is-bioenergy/ ( Diakses pada tanggal 30 Agustus 2017 pukul 11.00 )
Sensus Pertanian 2013 oleh Badan Pusat Statistik
https://www.epa.gov/ghgemissions/ove...eenhouse-gases ( Diakses pada tanggal 30 Agustus 2017 pukul 11.30 )
Basics of The Biogas Production Process oleh Berlin Institute of Technology
http://www.biru.or.id/index.php/digester/ ( Diakses pada tanggal 30 Agustus 2017 pukul 12.00 )
http://www.biru.or.id/index.php/news...i-listrik.html ( Diakses pada tanggal 30 Agustus 2017 pukul 12.30 )
RUPTL PLN 2017-2026 oleh PLN

#15HariCeritaEnergi
0
30.3K
111
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan