- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Share Cerita Renungan Gan!! Bisa Bikin Agan Nangis!!


TS
badublade
Share Cerita Renungan Gan!! Bisa Bikin Agan Nangis!!
MAAF KALAU REPOST / SENIOR UDAH PADA TAHU DAN KALO SALAH KAMAR
izin share cerita renungan yang ane dapet waktu jalan-jalan seluncuran di Internet
ane masih newbie gan..maaf yaah kalo banyak yang salah...
Makasih banyak gan uda mampir di Thread ane, salam buat agan-agan semua.
izin share cerita renungan yang ane dapet waktu jalan-jalan seluncuran di Internet


ane masih newbie gan..maaf yaah kalo banyak yang salah...

Spoiler for Berikut Ceritanya Gan!!:
PENYESALAN SEORANG ANAK KEPADA AYAHNYA
Ini adalah suatu kisah seorang pemuda kita sebut saja nama dia Abdullah. Abdullah merupakan seorang mahasiswa tingkat akhir yang sebentar lagi akan menjadi seorang sarjana. Abdullah berhasil menyelesaikan pendidikan dibangku kuliahnya hasil dari jerih payah sendiri selama 4 tahun masa kuliahnya.
Setahun yang lalu saat Abdullah pergi bersama ayahnya dia melihat sebuah jam tangan mewah disuatu toko. Dia meminta pada ayahnya untuk dibelikan jam tangan tersebut. Tapi ada daya dan upaya karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan ayahnya tersebut tidak dapat membelikan jam tangan itu padanya. Selama setahun terakhir Abdullah terus membayangkan jam tangan itu dan berangan-angan memakainya. Abdullah yakin di hari dia lulus dan wisuda nanti Ayahkan akan membelikan jam tangan itu karena dia tahu bahwa Ayahnya sangat menyayanginya dan Abdullah merupakan anak semata wayang.
Saat itupun tiba, Abdullah telah resmi menjadi seorang sarjana. Setelah selesai prosesi wisuda tersebut dia menghampiri Ayahnya. Sang Ayah pun tersenyum dengan bangga karena Abdullah menjadi Mahasiswa terbaik dan memiliki nilai yang sempurna pada saat itu. Dengan berlinang air mata ayahnya pun merasa terharu dan dia mengungkapkan rasa bangga dan betapa dia menyayangi anaknya. Tidak lama setelah itu Ayah Abdullah mengeluarkan sebuah Kado hadiah untuk anaknya. Abdullah pun membuka isi kado tersebut. Dengan perasaan kecewa dan marah Abdullah mengungkapkan perasaanya tersebut setelah mengetahui isi dari kado itu bukan hadiah yang dia bayangkan dan inginkan sebelumnya. Isi dari kado adalah kotak yang berisi Alquran dan tasbih. Dengan suara yang keras dia berteriak “Yahh..Ayah memang sangat menyayangiku, hanya ini sajakah yang ayah berikan padaku yaah?? Setelah aku berjuang berusaha keras menjadi orang yang bisa ayah banggakan?? Apakah aku hanya jadi beban untuk ayah??” Kemudian dia meleparkan hadiahnya tersebut dan lari meninggakan ayahnya. Ayahnya hanya terdiam tidak dapat mengatakan satu katapun pada anaknya. Hatinya hancur, dia hanya bisa terdiam ditengah kerumunan banyak orang ada saat itu.
Waktu demi waktu pun berlalu, Abdullah telah menjadi seorang yang kaya raya hasil dari kerja kerasnya bertahun-tahun. Dia sudah mempunyai istri yang cantik dan anak-anak yang pintar serta memiliki rumah yang besar dan mewah. Sementara Ayahnya sudah tua dan tinggal sebatang kara dan tinggal disebuah gubuk yang hampir rubuh. Ayahnya sangat mengharapkan bisa bertemu dengan Abdullah anak semata wayangnya itu untuk meyakinkan bahwa dia sangat menyayangi Abdullah.
Sejak kejadian itu, Abdullah tidak pernah menghubungi bahkan menemui Ayahnnya. Terkadang ada rasa rindu yang dirasakan Abdullah pada ayahnya akan tetapi dia sering teringat kejadian itu sehingga rasa rindu tersebut sering kali berubah jadi sakit hati dan marah pada Ayahnya.
Pada suatu hari ada tetangga ayahnya yang menghubungi Abdullah bahwasannya Ayah Abdullah telah meninggal. Kabar itu membuat hati Abdullah sangat sedih. Kemudian Abdullah kembali pulang ke kampung halamannya. Dengan perasaan sedih Abdullah menangis histeris didepan makam Ayahnya tersebut. Rasa menyesal pun muncul pada hati kecil Abdullah karena rasa rindu ingin bertemu ayahnya tidak tersampaikan. Tidak lama dari situ Abdullah pergi ke rumah Ayahnya. Disitu Abdullah pun kembali menangis melihat kondisi tempat tinggal Ayahnya tersebut. Abdullah pun masuk melangkahkan kaki ke rumah ayahya. Penyesalan atas perbuatan Abdullah pun dia rasakan saat ini, mendadak hatinya menjadi sangat sedih sekali mengingat kenangan masa lalu dengan Ayahnya. Abdullah sangat menyesali perbuatannya itu pada Ayahnya. Ketika Abdullah membuka lemari ayahnya dia melihat kotak yang berisi hadiah dari ayahnya. Kotak tersebut masih tersusun rapi. Kemudian dia membukanya dan mengambil kitab suci Alquran yang pernah dia lempar pada Ayahnya itu. Saat mengangkat Kitab Suci Alquran Abdullah melihat ada kotak lagi di dalamnya.
Seketika itu Abdullah menangis histeris ternyata isi dari kotak itu adalah hadiah jam tangan yang dia inginkan dulu. Disitu terselip nota pembelian jam itu 3 hari sebelum dia wisuda. Hal itu lah yang membuat penyesalan Abdullah semakin dalam. Kemudian dia tulisan tangan Ayahnya di dalam kotak jam itu. “Naak…maafkan Ayahmu ini, Ayah tidak bisa membahagiakan kamu, Ayah tidak bisa menjadi seorang yang kamu banggakan…Ayah rindu sekali padamu nak..Ayah mohon kamu bisa pulang..temani Ayahmu yang sudah tua ini…terimakasih naak..kamu telah menjadi anak ayah yang bisa Ayah banggakan..maafkan ayahmu ini sayaang..Ayah sangat sayang Abdullah…”. Membaca pesan ayahnya itu Abdullah terduduk dan mendadak lemas air mata Abdullah terus mengalir tanpa henti yang menangisi rasa penyesalan Abdullah yang tidak mungkin terobati..
Dari kisah tersebut Abdullah merasakan penyesalan yang sangat dalam. Oleh karena itu, baik ataupun buruk orang tua kita harus hargai. Semahal apapun kita kehilangan suatu barang tak akan lebih menyesal dari pada kita kehilangan orang kita cintai sebelum kita meminta maaf atas kesalahan fatal ataupun dosa yang kita lakukan.
Ini adalah suatu kisah seorang pemuda kita sebut saja nama dia Abdullah. Abdullah merupakan seorang mahasiswa tingkat akhir yang sebentar lagi akan menjadi seorang sarjana. Abdullah berhasil menyelesaikan pendidikan dibangku kuliahnya hasil dari jerih payah sendiri selama 4 tahun masa kuliahnya.
Setahun yang lalu saat Abdullah pergi bersama ayahnya dia melihat sebuah jam tangan mewah disuatu toko. Dia meminta pada ayahnya untuk dibelikan jam tangan tersebut. Tapi ada daya dan upaya karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan ayahnya tersebut tidak dapat membelikan jam tangan itu padanya. Selama setahun terakhir Abdullah terus membayangkan jam tangan itu dan berangan-angan memakainya. Abdullah yakin di hari dia lulus dan wisuda nanti Ayahkan akan membelikan jam tangan itu karena dia tahu bahwa Ayahnya sangat menyayanginya dan Abdullah merupakan anak semata wayang.
Saat itupun tiba, Abdullah telah resmi menjadi seorang sarjana. Setelah selesai prosesi wisuda tersebut dia menghampiri Ayahnya. Sang Ayah pun tersenyum dengan bangga karena Abdullah menjadi Mahasiswa terbaik dan memiliki nilai yang sempurna pada saat itu. Dengan berlinang air mata ayahnya pun merasa terharu dan dia mengungkapkan rasa bangga dan betapa dia menyayangi anaknya. Tidak lama setelah itu Ayah Abdullah mengeluarkan sebuah Kado hadiah untuk anaknya. Abdullah pun membuka isi kado tersebut. Dengan perasaan kecewa dan marah Abdullah mengungkapkan perasaanya tersebut setelah mengetahui isi dari kado itu bukan hadiah yang dia bayangkan dan inginkan sebelumnya. Isi dari kado adalah kotak yang berisi Alquran dan tasbih. Dengan suara yang keras dia berteriak “Yahh..Ayah memang sangat menyayangiku, hanya ini sajakah yang ayah berikan padaku yaah?? Setelah aku berjuang berusaha keras menjadi orang yang bisa ayah banggakan?? Apakah aku hanya jadi beban untuk ayah??” Kemudian dia meleparkan hadiahnya tersebut dan lari meninggakan ayahnya. Ayahnya hanya terdiam tidak dapat mengatakan satu katapun pada anaknya. Hatinya hancur, dia hanya bisa terdiam ditengah kerumunan banyak orang ada saat itu.
Waktu demi waktu pun berlalu, Abdullah telah menjadi seorang yang kaya raya hasil dari kerja kerasnya bertahun-tahun. Dia sudah mempunyai istri yang cantik dan anak-anak yang pintar serta memiliki rumah yang besar dan mewah. Sementara Ayahnya sudah tua dan tinggal sebatang kara dan tinggal disebuah gubuk yang hampir rubuh. Ayahnya sangat mengharapkan bisa bertemu dengan Abdullah anak semata wayangnya itu untuk meyakinkan bahwa dia sangat menyayangi Abdullah.
Sejak kejadian itu, Abdullah tidak pernah menghubungi bahkan menemui Ayahnnya. Terkadang ada rasa rindu yang dirasakan Abdullah pada ayahnya akan tetapi dia sering teringat kejadian itu sehingga rasa rindu tersebut sering kali berubah jadi sakit hati dan marah pada Ayahnya.
Pada suatu hari ada tetangga ayahnya yang menghubungi Abdullah bahwasannya Ayah Abdullah telah meninggal. Kabar itu membuat hati Abdullah sangat sedih. Kemudian Abdullah kembali pulang ke kampung halamannya. Dengan perasaan sedih Abdullah menangis histeris didepan makam Ayahnya tersebut. Rasa menyesal pun muncul pada hati kecil Abdullah karena rasa rindu ingin bertemu ayahnya tidak tersampaikan. Tidak lama dari situ Abdullah pergi ke rumah Ayahnya. Disitu Abdullah pun kembali menangis melihat kondisi tempat tinggal Ayahnya tersebut. Abdullah pun masuk melangkahkan kaki ke rumah ayahya. Penyesalan atas perbuatan Abdullah pun dia rasakan saat ini, mendadak hatinya menjadi sangat sedih sekali mengingat kenangan masa lalu dengan Ayahnya. Abdullah sangat menyesali perbuatannya itu pada Ayahnya. Ketika Abdullah membuka lemari ayahnya dia melihat kotak yang berisi hadiah dari ayahnya. Kotak tersebut masih tersusun rapi. Kemudian dia membukanya dan mengambil kitab suci Alquran yang pernah dia lempar pada Ayahnya itu. Saat mengangkat Kitab Suci Alquran Abdullah melihat ada kotak lagi di dalamnya.
Seketika itu Abdullah menangis histeris ternyata isi dari kotak itu adalah hadiah jam tangan yang dia inginkan dulu. Disitu terselip nota pembelian jam itu 3 hari sebelum dia wisuda. Hal itu lah yang membuat penyesalan Abdullah semakin dalam. Kemudian dia tulisan tangan Ayahnya di dalam kotak jam itu. “Naak…maafkan Ayahmu ini, Ayah tidak bisa membahagiakan kamu, Ayah tidak bisa menjadi seorang yang kamu banggakan…Ayah rindu sekali padamu nak..Ayah mohon kamu bisa pulang..temani Ayahmu yang sudah tua ini…terimakasih naak..kamu telah menjadi anak ayah yang bisa Ayah banggakan..maafkan ayahmu ini sayaang..Ayah sangat sayang Abdullah…”. Membaca pesan ayahnya itu Abdullah terduduk dan mendadak lemas air mata Abdullah terus mengalir tanpa henti yang menangisi rasa penyesalan Abdullah yang tidak mungkin terobati..
Dari kisah tersebut Abdullah merasakan penyesalan yang sangat dalam. Oleh karena itu, baik ataupun buruk orang tua kita harus hargai. Semahal apapun kita kehilangan suatu barang tak akan lebih menyesal dari pada kita kehilangan orang kita cintai sebelum kita meminta maaf atas kesalahan fatal ataupun dosa yang kita lakukan.
Spoiler for Sumber:
http://www.layarislam.net/2017/06/kisah-inspiratif-penyesalan.html
Makasih banyak gan uda mampir di Thread ane, salam buat agan-agan semua.


0
1.8K
Kutip
10
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan