Di Indonesia sekarang banyak artikel nostalgia yang membahas tentang segala sesuatu yang berbau 1990-an, baik itu produk, iklan, film, musik dan banyak lagi. Kali ini Jepang.me mau kembali 10 tahun lebih awal ke dekade 1980-an. Jepang.me mau membahas barang elektronik yang ngetrend di Jepang di tahun 1980-an.

Washlet (Toto)



Toilet Jepang terkenal dengan washletnya yang super canggih. Banyak fitur canggih yang agan-agan cuma bisa temukan di washlet Jepang. Misalnya, kursi dengan penghangat, angin untuk mengeringkan pantat sehabis BAB, dan banyak lagi. Di tahun 1980, Toto, produsen washlet terbesar di Jepang, meluncurkan washlet canggih pertamanya. Di iklan TV-nya yang terkenal di masanya, Toto memperkenalkan moto “pantat saja pengen dicuci”. Produknya itu sendiri menjadi hit besar seiring dengan boom perekonomian Jepang di dekade 1980-an.

Laser disc player / LD-1000 (Pioneer)



Agan-agan tahu laser disc (LD) nggak? LD adalah piringan optikal berdiameter 30 cm yang bisa digunakan kedua sisinya untuk menyimpan video atau film. LD adalah media penyimpan data cakram optik komersial yang pertama di dunia. Pioneer sebagai salah satu produsen LD pertama di dunia meluncurkan LD-1000 di November 1981. Harganya 225.000 yen atau sekitar 25 juta Rupiah! Beberapa poin yang coba dijual oleh LD-1000 adalah keindahan image-nya dan kualitas suara prima hi-fi – nya. Walaupun mahal, pre-order LD-1000 mencetak sukses besar. Di 3 hari pertama setelah rilis, LD-1000 terjual hingga 2.300 unit.

Diary/notebook elektronik PF – 3000 (Casio Computer)



Diary elektronik PF – 30001983 dari Casio Computer adalah diary elektronik pertama yang dijual di Jepang. Diary elektronik ini banyak digunakan orang sebagai buku alamat. Penggunanya bisa memasukan nomor telepon dan nama orang dalam huruf Jepang Katakana. Dengan teknologi LSI-nya, nama yang dimasukkan bisa diurutkan secara otomatis menurut alphabet Jepang.

CD player portabel Diskman D 121 (Sony)



Ini adalah CD player portabel pertama di dunia yang dirilis pada 1 November 1984. Saat itu, CD player-nya dijual dengan harga yang relatif murah untuk ukuran zamannya, 49.800 Yen atau sekitar 6 juta Rupiah. (Bandingkan dengan CD player Sony sekarang yang harganya di bawah 500 ribu). Keberadaan D 121 ikut menggenjot pasar CD, yang pada saat itu tengah melambat. Kunci kesuksesannya, selain ukurannya yang menjadi lebih kecil dibanding CD player biasa, harganya yang lebih murah, juga menggenjot penjualannya.

Shoulder phone Type 100 (NTT)



Karena ukurannya yang besar, mobile phone zaman dulu nggak disebut hand phone tapi shoulder phone. Atau kalau dalam Bahasa Indonesianya, bukan telepon genggam, tapi telepon bahu 😀 Shoulder phone Type 100 dari NTT, Telkom-nya Jepang, adalah mobile phone pertama di Jepang. Shoulder phone ini juga tidak dijual. NTT memulai penyewaannya di bulan September 1985. Shoulder phone ini bisa digunakan sebagai telepon mobil, bisa juga digunakan di luar mobil. Dengan berat sekitar 3kg, telepon ini harus dibawa menggunakan shoulder bag.

Handycam CCD – M8 (Sony)



Handycam CCD – M8 Handycam pertama yang dikeluarkan oleh Sony adalah produk yang sangat inovatif, dengan kamera terintegrasi dan berat 1,1 kg, yang pada saat itu termasuk sangat ringan untuk handycam. Keunggulan produk ini ada pada “pengoperasian dengan satu tangan”-nya. Sony berhasil menyederhanakan pengoperasian kamera video yang pada saat itu terbilang merepotkan.

Bread machine (Panasonic)



Yang terakhir, bread machine (mesin pembuat roti) untuk rumah tangga dari Matsushita Electric Industrial (sekarang Panasonic). Produknya dirilis tahun 1987. Di zaman keemasan ekonomi Jepang, produk ini menjadi hit besar dan diberi julukan “rice cooker kedua” (barang elektronik untuk memasak kedua terbanyak dimiliki oleh orang Jepang setelah rice cooker) Di tahun 1988, terjual 320.000 unit.

Sumber
Baca artikel cool lain tentang Jepang di sini