Ilustrasi seorang perempuan yang sedang menahan tindak kekerasan kepadanya.
Akhir pekan lalu, ramai berita mengenai penganiayaan terhadap Jessica Setia, seorang mahasiswi Warga Negara Indonesia (WNI), oleh petugas keamanan Groove, sebuah klub malam di Seomyeon, Busan, Korea Selatan. Merebak tudingan isu rasisme sebagai penyebabnya.

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Korea Selatan menyatakan kedua pihak telah bertemu pada Selasa (5/9/2017) malam dan berdamai. Mereka sepakat tidak melanjutkannya ke ranah hukum.

"Ya, manajemen kelab malam dan penjaganya minta maaf dan Jessica menerima. Mereka juga memberikan kompensasi untuk pengobatan bagi Jessica," jelas Kepala Fungsi Penerangan Kedutaan Besar Indonesia (KBRI) Seoul, M. Aji Surya, kepada Beritagar.id, Rabu (6/9), melalui WhatsApp.

Aji melanjutkan, Jessica ditemani Sekretaris Satu KBRI Seoul, Mulyadi, dalam mediasi dengan pihak Groove.

"Meskipun awalnya agak alot, akhirnya semua bisa selesai. Para pihak sepakat untuk menutup masalah ini dan tidak melanjutkan ke tanah hukum," katanya. "Mereka juga berjanji untuk mengumumkan (hasil mediasi tersebut, red.) di media sosial masing-masing."

Mengenai tuduhan telah terjadinya tindak diskriminatif dan rasisme yang dilakukan staf keamanan Groove, Aji menyatakan KBRI sama sekali tidak berpikiran telah terjadi hal-hal seperti itu.

"Kami berpikir itu bukan soal rasisme, namun soal emosi semata. Perlakuan pemerintah dan masyarakat Korea Selatan terhadap orang asing kita nilai secara umum bagus," kata Aji.

"Kejadian itu tidak bisa lalu mengindikasikan bahwa rasisme di Korea sudah merebak. Itu kesimpulan yang relatif prematur."

Insiden yang terjadi pada Minggu dini hari (3/9) itu, beserta rangkaian foto Jessica yang terluka hingga ia dirawat di sebuah rumah sakit, diunggah oleh rekannya, Joshua Irwin, ke akun Facebooknya. Unggahan tersebut kini sudah dihapus, namun tangkapan layarnya sudah banyak menyebar di media sosial.

Irwin menuliskan kronologi peristiwa versinya. Ia mengklaim terjadi diskriminasi dan ada sikap rasis dari sang penjaga terhadap Jessica dan rekannya, Gabrielle, saat kartu identitas mereka diperiksa ketika hendak masuk ke klub tersebut.

Singkatnya, berdasarkan cerita Irwin, mereka bertikai, lalu terjadilah pemukulan terhadap Jessica, sementara Gabrielle didorong hingga jatuh.

Jessica menderita luka-luka pada bagian wajahnya, bibirnya mesti dijahit, sementara dagunya lebam, akibat pemukulan tersebut.

Isu rasisme dan pemukulan terhadap seorang perempuan tersebut sontak menjadi perhatian. Para warganet kontan berkomentar mengutuk kejadian tersebut.

"Mereka membiarkan teman-teman saya, yang warga Korea, masuk dengan mudah. Sementara ketika saya dan teman Indonesia saya mau masuk, mereka mempersulitnya," kata Jessica kepada The Korea Herald (3/9).

Groove membantah petugas keamanannya telah bertindak rasis dan diskriminatif dan menyesalkan orang-orang yang menyalahkannya tanpa lebih dulu mendengarkan penjelasan klub tersebut.

"Klub kami memeriksa identitas semua pelanggan, apapun etnis mereka, menggunakan prosedur yang sama. Tidak ada diskriminasi ras sama sekali," kata klub tersebut dalam pernyataan tertulisnya.

Pihak Groove menambahkan bahwa Jessica dan teman-temannya lah yang pertama mengeluarkan umpatan-umpatan kasar, lalu memukul petugas keamanan itu lebih dulu.

Akun Kulcoria mengunggah penjelasan tertulis lengkap dari Groove yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris di Reddit.

Sebenarnya, pihak mana yang memulai konfrontasi bisa dibuktikan melalui rekaman CCTV yang biasanya dipasang di tempat-tempat seperti itu. Namun Groove menyatakan saat peristiwa terjadi, CCTV mereka sedang rusak karena kabelnya digigit tikus.

Groove kemudian mengakui bahwa, bagaimanapun, tindakan yang dilakukan oleh petugas keamanan mereka tetap salah. Namun, mereka kembali menegaskan bahwa tuduhan rasisme yang dilontarkan pada mereka sama sekali tidak beralasan.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...-wni-di-korsel

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Ayo jadi pegawai negeri

- Mengapa Nobel Suu Kyi tak bisa dibatalkan

- Mimpi besar membenahi permukiman kumuh