- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Suciwati: Saya Enggak Percaya Sama Jokowi


TS
duratmokoo
Suciwati: Saya Enggak Percaya Sama Jokowi
RILIS.ID, Jakarta— Suciwati tidak berharap banyak kepada Presiden Joko Widodo untuk menyelesaikan kasus pembunuhan suaminya yang juga aktivis HAM, Munir Said Thalib.
Pasalnya, sudah tiga tahun berkuasa, Jokowi tak kunjung menunaikan janjinya untuk merampungkan kasus pelanggaran HAM berat, termasuk terhadap suaminya.
"Saya enggak percaya hari ini sama Jokowi, karena bisanya ngomong doang, enggak ada implementasi dari apa yang diomongkan," ujarnya di Jakarta, Selasa (5/9/2017).
Sela kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014, Jokowi berjanji bakal merampungkan kasus pelanggaran HAM. Saat bertemu ribuan pengusaha di ITC Surabaya, Jawa Timur, 28 Juni 2014, misalnya.
Seiring waktu, sampai kini janji tersebut tak kunjung terealisasi. Padahal, di Istana Kepresidenan, Jakarta, 8 Januari 2016, Jokowi berjanji semuanya dituntaskan tahun tersebut.
Karenanya, aku Suciwati, dirinya pesimis Jokowi mampu melunasi 'utangnya' itu. Tapi, sebagai presiden, dia menegaskan, "Harus punya tanggung jawab dan kewajiban menyelesaikan kasus ini."
Ragu atas komitmen Jokowi kian menebal, lantaran ketika Kamisan ke-500, 27 Juli silam, perwakilan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) pernah mendekati titik aksi dan meminta pemakluman dan toleransi.
Dalihnya, masa pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla selama tiga tahun sejak 2014 tidak ditapaki dengan mudah.
Terlebih, saat membacakan pidato kenegaraan sela HUT ke-72 RI, tak ada isu HAM yang disinggung Jokowi.
"Bagi saya, yang penting berjanji, ya ditepati," ungkap ibu beranak dua itu.
Padahal, ungkap Suciwati, pada Pilpres 2014 silam, Jokowi pun pernah meminta dukungan terhadapnya. "Ya, pastilah," bebernya.
Tiada Henti
Meski demikian, Suciwati tak sedikit pun memadamkan api semangat untuk memperjuangkan keadilan bagi suaminya.
"Buat saya, dua tahun ke depan, misalnya tidak selesai (di rezim Jokowi 2014-2019, red) dan (terpilih, red) presiden yang baru, ya tetap berjuang. Wong itu Kepres, kan?" paparnya.
Sebagai informasi, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menerbitkan Keppres Nomor 111 Tahun 2004 tentang Pembentukan TPF Kasus Meninggalnya Munir.
Pada poin ketetapan ke-10, secara tegas dinyatakan, "Pemerintah mengumumkan hasil penyelidikan Tim kepada masyarakat."
Hal tersebut dilakukan setelah TPF melaksanakan tugasnya dan melaporkan hasil penyelidikannya kepada Presiden, sebagaimana poin ke-9.
Selain melalui jalur-jalur hukum dan formal, Suciwati pun akan menggelorakan suara keadilan bagi Munir dengan membangun opini publik. Dus, memberikan pembelajaran politik kepada masyarakat.
"Bahwa, hari ini pemerintahnya seperti ini lho, semacam itu," tandasnya.
Munir Thalib merupakan seorang aktivis HAM yang gencar menyuarakan korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus setelah rezim Soeharto tumbang.
Suara-suara lantang eks aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini mendorong pencopotan Danjen Kopassus kala itu, Prabowo Subianto, dan diadilinya sejumlah Anggota Tim Mawar.
Eksistensinya dalam pergulatan HAM ditandai dengan mendirikan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) dan aktivitasnya dalam lembaga nirlaba serupa lainnya.
Sayang, takdir berkata lain. Munir tewas diracun dalam perjalanan ke Amsterdam, Belanda, 7 September 2004. Padahal, ingin melanjutkan studi hukum di negeri kincir tersebut.
Tanggal 12 November 2004, polisi Belanda menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi. Hal ini pun dikonfirmasi Polri.
Ada beberapa pihak yang berhasil diseret ke meja hijau terkait kematian Munir. Satu diantaranya, bekas pilot Garuda, Pollycarpus Budihari Priyanto.
Pada 20 Desember 2005, dia dijatuhi vonis 14 tahun penjara, karena dianggap terbukti menaruh arsenik di makanan Munir.
Bekas Komandan Jenderal Kopassus, Muchdi Pr, pun pernah dibawa ke pengadilan. Namun, 31 Desember 2008, divonis bebas.
Sampai sekarang, kasus masih gelap. Apalagi, hasil kerja-kerja Tim Pencari Fakta (TPF) Pembunuhan Munir dikabarkan hilang dan belum diketahui keberadaannya hingga kini. Padahal, belum pernah dipublikasikan hasilnya.
Di sisi lain, dalam rangka memperingati satu tahun kepergiannya, diluncurkan film dokumenter karya Ratrikala Bhre Aditya berjudul Bunga Dibakar di Goethe-Institut, Jakarta, 8 September 2005.
Pada peringatan tahun kedua, 7 September 2006, diluncurkan film dokumenter berjudul "His Strory" di Tugu Proklamasi, Jakarta, dengan cerita tentang proses persidangan Pollycarpus dan fakta-fakta yang terungkap di pengadilan.
Sebuah film dokumenter lain juga telah dibuat, yakni "Garuda's Deadly Upgrade" hasil kerja sama antara Dateline (SBS TV Australia) dan Off Stream Productions.
http://m.rilis.id/suciwati-saya-enggak-percaya-sama-jokowi-bisanya-ngomong-doang.html
"Ndak mikir, ndak mikir, Munar munir" kata pelawak itu sambil cengengesan dan beranjak masuk gorong2
Pasalnya, sudah tiga tahun berkuasa, Jokowi tak kunjung menunaikan janjinya untuk merampungkan kasus pelanggaran HAM berat, termasuk terhadap suaminya.
"Saya enggak percaya hari ini sama Jokowi, karena bisanya ngomong doang, enggak ada implementasi dari apa yang diomongkan," ujarnya di Jakarta, Selasa (5/9/2017).
Sela kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014, Jokowi berjanji bakal merampungkan kasus pelanggaran HAM. Saat bertemu ribuan pengusaha di ITC Surabaya, Jawa Timur, 28 Juni 2014, misalnya.
Seiring waktu, sampai kini janji tersebut tak kunjung terealisasi. Padahal, di Istana Kepresidenan, Jakarta, 8 Januari 2016, Jokowi berjanji semuanya dituntaskan tahun tersebut.
Karenanya, aku Suciwati, dirinya pesimis Jokowi mampu melunasi 'utangnya' itu. Tapi, sebagai presiden, dia menegaskan, "Harus punya tanggung jawab dan kewajiban menyelesaikan kasus ini."
Ragu atas komitmen Jokowi kian menebal, lantaran ketika Kamisan ke-500, 27 Juli silam, perwakilan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) pernah mendekati titik aksi dan meminta pemakluman dan toleransi.
Dalihnya, masa pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla selama tiga tahun sejak 2014 tidak ditapaki dengan mudah.
Terlebih, saat membacakan pidato kenegaraan sela HUT ke-72 RI, tak ada isu HAM yang disinggung Jokowi.
"Bagi saya, yang penting berjanji, ya ditepati," ungkap ibu beranak dua itu.
Padahal, ungkap Suciwati, pada Pilpres 2014 silam, Jokowi pun pernah meminta dukungan terhadapnya. "Ya, pastilah," bebernya.
Tiada Henti
Meski demikian, Suciwati tak sedikit pun memadamkan api semangat untuk memperjuangkan keadilan bagi suaminya.
"Buat saya, dua tahun ke depan, misalnya tidak selesai (di rezim Jokowi 2014-2019, red) dan (terpilih, red) presiden yang baru, ya tetap berjuang. Wong itu Kepres, kan?" paparnya.
Sebagai informasi, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menerbitkan Keppres Nomor 111 Tahun 2004 tentang Pembentukan TPF Kasus Meninggalnya Munir.
Pada poin ketetapan ke-10, secara tegas dinyatakan, "Pemerintah mengumumkan hasil penyelidikan Tim kepada masyarakat."
Hal tersebut dilakukan setelah TPF melaksanakan tugasnya dan melaporkan hasil penyelidikannya kepada Presiden, sebagaimana poin ke-9.
Selain melalui jalur-jalur hukum dan formal, Suciwati pun akan menggelorakan suara keadilan bagi Munir dengan membangun opini publik. Dus, memberikan pembelajaran politik kepada masyarakat.
"Bahwa, hari ini pemerintahnya seperti ini lho, semacam itu," tandasnya.
Munir Thalib merupakan seorang aktivis HAM yang gencar menyuarakan korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus setelah rezim Soeharto tumbang.
Suara-suara lantang eks aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini mendorong pencopotan Danjen Kopassus kala itu, Prabowo Subianto, dan diadilinya sejumlah Anggota Tim Mawar.
Eksistensinya dalam pergulatan HAM ditandai dengan mendirikan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) dan aktivitasnya dalam lembaga nirlaba serupa lainnya.
Sayang, takdir berkata lain. Munir tewas diracun dalam perjalanan ke Amsterdam, Belanda, 7 September 2004. Padahal, ingin melanjutkan studi hukum di negeri kincir tersebut.
Tanggal 12 November 2004, polisi Belanda menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi. Hal ini pun dikonfirmasi Polri.
Ada beberapa pihak yang berhasil diseret ke meja hijau terkait kematian Munir. Satu diantaranya, bekas pilot Garuda, Pollycarpus Budihari Priyanto.
Pada 20 Desember 2005, dia dijatuhi vonis 14 tahun penjara, karena dianggap terbukti menaruh arsenik di makanan Munir.
Bekas Komandan Jenderal Kopassus, Muchdi Pr, pun pernah dibawa ke pengadilan. Namun, 31 Desember 2008, divonis bebas.
Sampai sekarang, kasus masih gelap. Apalagi, hasil kerja-kerja Tim Pencari Fakta (TPF) Pembunuhan Munir dikabarkan hilang dan belum diketahui keberadaannya hingga kini. Padahal, belum pernah dipublikasikan hasilnya.
Di sisi lain, dalam rangka memperingati satu tahun kepergiannya, diluncurkan film dokumenter karya Ratrikala Bhre Aditya berjudul Bunga Dibakar di Goethe-Institut, Jakarta, 8 September 2005.
Pada peringatan tahun kedua, 7 September 2006, diluncurkan film dokumenter berjudul "His Strory" di Tugu Proklamasi, Jakarta, dengan cerita tentang proses persidangan Pollycarpus dan fakta-fakta yang terungkap di pengadilan.
Sebuah film dokumenter lain juga telah dibuat, yakni "Garuda's Deadly Upgrade" hasil kerja sama antara Dateline (SBS TV Australia) dan Off Stream Productions.
http://m.rilis.id/suciwati-saya-enggak-percaya-sama-jokowi-bisanya-ngomong-doang.html
"Ndak mikir, ndak mikir, Munar munir" kata pelawak itu sambil cengengesan dan beranjak masuk gorong2

1
2K
16


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan