- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pesatnya Pembangunan Membuat Papua Kembali Tersenyum


TS
sitorusborus
Pesatnya Pembangunan Membuat Papua Kembali Tersenyum
Quote:
Pada jaman dahulu kala, Papua dulunya bernama Irian Barat (Orde Lama) dan kemudian bermetamorfosis menjadi Irian Jaya (Orde Baru). Selama dua jaman Orde itupula deskriminasi Papua berlangsung dengan ganasnya. Padahal, Provinsi diujung timur Indonesia itu sangat kaya raya akan hasil tambangnya, yang hingga kinipun masih dieksploitasi oleh mahluk menggemaskan bernama Freeport. Maka jangan heran pula jika kecemburuan sosial masyarakat Irian Barat terhadap Jawa (Pemerintahan Pusat) sangat masif terjadi. Hal itu ditunjukan dari terbentuknya gerakan separatis Organisasi Papua Merdeka atau lebih dikenal dengan gerakan OPM sebagai bentuk protes terhadap pemerintah pusat. - Si Kucing Garong dari sebuah warung remang-remang, menceritakan kisah kelam tentang daerah asal budaya Koteka berasal, sambil menenggak minuman ringan merk CK (cap kucing) berkadar protein 40% . Pemerintahan pusat yang berdomisili dipulau Jawa, seolah tidak mau mengerti apa yang diinginkan oleh masyarakat Irian Jaya saat itu. Meskipun kaya akan hasil tambangnya, itu tidak menjadi alasan untuk menyejahterakan rakyat Irian Jaya. Yang terjadi justru sebaliknya, jauh panggang dari api, Irian Jaya dijadikan ladang empuk bisnis haram para mafia. Segala daya upaya dikerahkan untuk mengambil hati pemerintahan pusat, baik itu dari segi materi berupa kekayaan alamnya maupun talenta mutiara hitam. Tidak sedikit putera puteri Papua yang berperan serta mengharumkan nama bangsa Indonesia dalam heroiknya mereka berkompetisi dikancah olahraga level nasional maupun internasional. Sebut saja diantaranya Rully Nere pesepakbola legendaris nasional, Benny Maniani seorang petinju dan Lisa Rumbewas, atlet lifter peraih medali perak Olimpiade . Belum lagi talenta dari suara emas si mutiara hitam seperti Edo Kondologit, Evan Sanders, Ari Sihasale dan Nowela. Dan tentu masih banyak lagi mutiara-mutiara hitam yang luput disebutkan. Mereka semua menunjukan kepiawaiannya masing-masing untuk membuka mata para pejabat pusat pemerintahan terhadap daerah asal mereka. Butiran Mutiara hitam asal Irian Barat melakukan yang terbaik demi bangsa dan negaranya adalah demi satu hal, yaitu pengakuan secara nurani bahwa rakyat Irian Jaya merupakan anak kandung dari bangsa kepulauan terbesar bernama Indonesia. Dan mereka secara tersirat berteriak selama puluhan tahun untuk kesejahteraan dan kesetaraan perlakuan yang sama dengan provinsi lainnya. Namun sayangnya pemerintah pusat tidak menggubrisnya sama sekali.
Atas dasar pengalaman pahit inilah yang membuat rasa pesimisme dari sebagian rakyat Papua terhadap pemerintah pusat Republik Indonesia terus terpendam. Irian Jaya akhirnya mulai mendapatkan perhatian khusus saat presiden Gus Dur berkuasa, ditandai dengan mengembalikan nama asli provinsi diujung timur Indonesia yaitu PAPUA. Sebenarnya akan ada banyak hal positif yang akan dibuat presiden Gus Dur kala itu. Paling tidak, bisa sedikit memberi harapan baru bagi rakyat Papua. Tapi sayangnya pemerintahan presiden Gus Dur hanya berlangsung sebentar, dikarenakan ada sebagian oknum yang berkepentingan terhadap Papua merasa terancam oleh kebijakan yang dibuat oleh presiden Gus Dur waktu itu. Salah satunya yaitu moratorium perjanjian kontrak hewan ganas Freeport yang mencari nafkah dibumi Cendrawasih itu. Papua dengan berbagai sudut cerita suka dukanya, menyimpan kenyataan pahit akan keterbelakangan pendidikan, pembangunan infrastruktur dan kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya. Bayangkan saja, ketika saudaranya dilain pulau bisa menikmati harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, harga bahan pokok yang terjangkau, pembangunan infrastruktur yang memadai dan aliran listrik yang cukup, namun semua itu bagaikan mimpi disiang bolong bagi rakyat Papua. Padahal sadar atau tidak, hasil kekayaan alam Papua yang dikeruk selama puluhan tahun, turut berpartisipasi besar dalam membantu perekonomian masyarakat dikepulauan lain khususnya Jawa. Sungguh ironis bukan ?
Dari faktor tersebut, sudah sepantasnya untuk dijadikan alasan untuk mengangkat derajat Papua ke level yang sama dengan daerah lainnya. Setelah era presiden Gus Dur, presiden Megawati salah satu puteri proklamator (Presiden Soekarno) sebagai penggantinyapun tak bisa berbuat banyak, itu mungkin dikarenakan terbatasnya waktu yang hanya menyisakan 3 tahun masa pemerintahannya, dan mungkin juga karena kesibukannya dalam menghadapi pemilu selanjutnya. Kisah Papua yang terdzolimi akhirnya harus diperpanjang dengan terpilihnya SBY sebagai presiden berikutnya yang berkuasa selama dua periode (10 tahun). Papua seperti tak habis-habisnya dihujani siksaan deskriminatif dari generasi pemerintah ke pemerintajan selanjutnya. Saat pemerintahan SBY yang sebelumnya bisa menjadi harapan baru bagi rakyat Papua, namun ternyata tidak bisa diharapkan. Karena usut punya usut, pemerintahan SBY merupakan kepanjang tanganan hewan buas Freeport. Barulah kemudian setelah masa pemerintahan SBY berakhir dan diteruskan oleh presiden terpilih Ir. Joko Widodo (Jokowi), Papua berangsur-angsur mulai tersenyum. Senyuman rakyat Papua semakin manis terlihat, ketika menyadari bahwa presiden Jokowi sangat menaruh perhatian istimewa terhadap Papua. Dalam masa pemerintahannya yang belum genap satu periode (lima tahun) saja, presiden Jokowi sudah melakukan kunjungan berkali-kali ke provinsi tempat tujuan wisata favorit "Raja Ampat" berada. Presiden Jokowi paham betul apa yang dinginkan oleh rakyat Papua. Mungkin ini disebabkan kesamaan pengalaman presiden Jokowi, yang dahulu pernah merasakan pahitnya deskriminasi saat masih menjadi rakyat biasa, atau juga ini merupakan mimpi besar yang dimiliki Presiden Jokowi untuk membangun Papua kepada level yang lebih baik, sehingga membuat Presiden Jokowi lebih termotivasi dan merasakan dengan hati, apa yang diinginkan oleh rakyat Papua.
Atas latar belakang sejarah, potensi dan tanggung jawab sebagai kepala negara, maka Presiden Jokowi melakukan percepatan pembangunan diwilayah provinsi yang berbatasan dengan Papua Nugini tersebut. Juga melakukan kebijakan ekstrim dengan mencabut subsidi BBM demi kesetaraan harga didaerah tempat habitat asli burung Kasuari tinggal. Dan yang terbaru adalah mengalirnya aliran listrik menghiasi lampu penerangan rumah penduduk setelah puluhan tahun menanti untuk sekedar membuat silau nyamuk malaria yang terkenal ganas dipulau itu. Ya benar, Jokowi Widodo bekerja keras menyusun kepingan kayu sisa peninggalan pemerintahan pendahulunya ditanah Papua, untuk dijadikan "master pieces" utama dari pagelaran karya seni pembangunan merata diperiode pertamanya. Terlihat jelas senyuman manis nan renyah dari rakyat Papua yang kini mulai bisa sedikit membuka hati bekunya akibat penyakit pesimis kronis puluhan tahun. Dan sepertinya Presiden Jokowi akan menjadi catatan legenda yang tak terlupakan dalam sanubari rakyat Papua, setelah sekian lama haus akan kasih sayang dari pusat pemerintahan, baru kali ini Papua merasakan sentuhan hangat bapak bangsa yang terkenal dengan kesederhanaannya itu. Memang betul pembangunan infrastruktur di Papua belum menyentuh pada daerah-daerah pedalaman, tetapi harapan akan optimisme pemerataan pembangunan fasilitas sarana dan prasarana bagi rakyat Papua sudah mulai terlihat cahaya terang yang terbit diujung timur Indonesia itu. "Papua saudaraku, senyum manismu menambah semangat optimisme akan hebatnya negeri berlintas Khatulistiwa ini kelak”.
Atas dasar pengalaman pahit inilah yang membuat rasa pesimisme dari sebagian rakyat Papua terhadap pemerintah pusat Republik Indonesia terus terpendam. Irian Jaya akhirnya mulai mendapatkan perhatian khusus saat presiden Gus Dur berkuasa, ditandai dengan mengembalikan nama asli provinsi diujung timur Indonesia yaitu PAPUA. Sebenarnya akan ada banyak hal positif yang akan dibuat presiden Gus Dur kala itu. Paling tidak, bisa sedikit memberi harapan baru bagi rakyat Papua. Tapi sayangnya pemerintahan presiden Gus Dur hanya berlangsung sebentar, dikarenakan ada sebagian oknum yang berkepentingan terhadap Papua merasa terancam oleh kebijakan yang dibuat oleh presiden Gus Dur waktu itu. Salah satunya yaitu moratorium perjanjian kontrak hewan ganas Freeport yang mencari nafkah dibumi Cendrawasih itu. Papua dengan berbagai sudut cerita suka dukanya, menyimpan kenyataan pahit akan keterbelakangan pendidikan, pembangunan infrastruktur dan kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya. Bayangkan saja, ketika saudaranya dilain pulau bisa menikmati harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, harga bahan pokok yang terjangkau, pembangunan infrastruktur yang memadai dan aliran listrik yang cukup, namun semua itu bagaikan mimpi disiang bolong bagi rakyat Papua. Padahal sadar atau tidak, hasil kekayaan alam Papua yang dikeruk selama puluhan tahun, turut berpartisipasi besar dalam membantu perekonomian masyarakat dikepulauan lain khususnya Jawa. Sungguh ironis bukan ?
Dari faktor tersebut, sudah sepantasnya untuk dijadikan alasan untuk mengangkat derajat Papua ke level yang sama dengan daerah lainnya. Setelah era presiden Gus Dur, presiden Megawati salah satu puteri proklamator (Presiden Soekarno) sebagai penggantinyapun tak bisa berbuat banyak, itu mungkin dikarenakan terbatasnya waktu yang hanya menyisakan 3 tahun masa pemerintahannya, dan mungkin juga karena kesibukannya dalam menghadapi pemilu selanjutnya. Kisah Papua yang terdzolimi akhirnya harus diperpanjang dengan terpilihnya SBY sebagai presiden berikutnya yang berkuasa selama dua periode (10 tahun). Papua seperti tak habis-habisnya dihujani siksaan deskriminatif dari generasi pemerintah ke pemerintajan selanjutnya. Saat pemerintahan SBY yang sebelumnya bisa menjadi harapan baru bagi rakyat Papua, namun ternyata tidak bisa diharapkan. Karena usut punya usut, pemerintahan SBY merupakan kepanjang tanganan hewan buas Freeport. Barulah kemudian setelah masa pemerintahan SBY berakhir dan diteruskan oleh presiden terpilih Ir. Joko Widodo (Jokowi), Papua berangsur-angsur mulai tersenyum. Senyuman rakyat Papua semakin manis terlihat, ketika menyadari bahwa presiden Jokowi sangat menaruh perhatian istimewa terhadap Papua. Dalam masa pemerintahannya yang belum genap satu periode (lima tahun) saja, presiden Jokowi sudah melakukan kunjungan berkali-kali ke provinsi tempat tujuan wisata favorit "Raja Ampat" berada. Presiden Jokowi paham betul apa yang dinginkan oleh rakyat Papua. Mungkin ini disebabkan kesamaan pengalaman presiden Jokowi, yang dahulu pernah merasakan pahitnya deskriminasi saat masih menjadi rakyat biasa, atau juga ini merupakan mimpi besar yang dimiliki Presiden Jokowi untuk membangun Papua kepada level yang lebih baik, sehingga membuat Presiden Jokowi lebih termotivasi dan merasakan dengan hati, apa yang diinginkan oleh rakyat Papua.
Atas latar belakang sejarah, potensi dan tanggung jawab sebagai kepala negara, maka Presiden Jokowi melakukan percepatan pembangunan diwilayah provinsi yang berbatasan dengan Papua Nugini tersebut. Juga melakukan kebijakan ekstrim dengan mencabut subsidi BBM demi kesetaraan harga didaerah tempat habitat asli burung Kasuari tinggal. Dan yang terbaru adalah mengalirnya aliran listrik menghiasi lampu penerangan rumah penduduk setelah puluhan tahun menanti untuk sekedar membuat silau nyamuk malaria yang terkenal ganas dipulau itu. Ya benar, Jokowi Widodo bekerja keras menyusun kepingan kayu sisa peninggalan pemerintahan pendahulunya ditanah Papua, untuk dijadikan "master pieces" utama dari pagelaran karya seni pembangunan merata diperiode pertamanya. Terlihat jelas senyuman manis nan renyah dari rakyat Papua yang kini mulai bisa sedikit membuka hati bekunya akibat penyakit pesimis kronis puluhan tahun. Dan sepertinya Presiden Jokowi akan menjadi catatan legenda yang tak terlupakan dalam sanubari rakyat Papua, setelah sekian lama haus akan kasih sayang dari pusat pemerintahan, baru kali ini Papua merasakan sentuhan hangat bapak bangsa yang terkenal dengan kesederhanaannya itu. Memang betul pembangunan infrastruktur di Papua belum menyentuh pada daerah-daerah pedalaman, tetapi harapan akan optimisme pemerataan pembangunan fasilitas sarana dan prasarana bagi rakyat Papua sudah mulai terlihat cahaya terang yang terbit diujung timur Indonesia itu. "Papua saudaraku, senyum manismu menambah semangat optimisme akan hebatnya negeri berlintas Khatulistiwa ini kelak”.
MANTAPP... JAYALAH SELALU PAPUA 

Spoiler for :
0
2K
Kutip
11
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan