Pemerintah Indonesia menyatakan mereka mendorong Myanmar untuk segera memulihkan stabilitas keamanan di Rakhine seiring dengan situasi yang makin memanas di negara bagian tersebut.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan Indonesia menyesalkan jatuhnya korban di Rakhine setelah serangan tanggal 25 Agustus yang lalu.
"Indonesia mendorong pemerintah Myanmar dapat segera memulihkan stabilitas keamanan di Rakhine State dan Indonesia juga meminta kepada semua pihak untuk melakukan maksimum self restraint dan tidak menggunakan kekerasan," ujar Retno di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (31/08).
•Krisis terbaru Rohing
•Warga Rohingya: 'Menakutkan, desa dibakar, banyak anak dan orang tua terpisah'
•Sekolah bantuan Indonesia di Rakhine 'baru dimanfaatkan' siswa Rohingya
Ia berharap pemerintah Myanmar dapat memberikan perlindungan kepada semua orang yang berada di negara bagian Rakhine.
"Termasuk komunitas Islam dan aktivitas kemanusiaan juga dapat diberikan agar krisis kemanusiaan tidak menjadi memburuk," imbuhnya.
Pasca serangan yang dillakukan oleh gerakan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) ke pos polisi dan militer dan menyebabkan korban jiwa, Retno menegaskan diplomasi Indonesia aktif bekerja untuk melakukan komunikasi dengan pihak-pihak terkait dengan suatu pesan 'agar situasi tidak memburuk'.
"Kita lakukan komunikasi dengan pemerintah Myanmar. Saya telah melakukan komunikasi dengan National Security Advisor dan Menteri Luar Negeri Bangladesh karena sekali lagi, hubungan baik Myanmar dan Bangladesh akan memberikan kontribusi yang besar dalam menangani situasi di Rakhine."
ARSA terlibat bentrokan dengan militer Myanmar di negara bagian Rakhine dalam beberapa hari terkahir dengan korban meninggal lebih dari 100 orang.
Bangun rumah sakit
Retno juga menjelaskan Indoensia akan segera merealisasikan pembangunan rumah sakit di Mrauk U, Rakhine.
Saat ini, Indonesia sudah mendapat izin, termasuk soal rancang bangun rumah sakit.
"Mudah-mudahan mulai Oktober kita mulai lakukan pembangunan rumah sakit Indonesia di Rakhine State," ujarnya.
Lebih jauh ia menjelaskan, dalam merealisasikan pembangunan rumah sakit ini pihaknya terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan otoritas Myanmar, baik otoritas pusat maupun otoritas di Rakhine untuk segera merealisasikan rumah sakit tersebut.
"Semua perizinan sudah diperoleh, rancang bangun sudah done dan pihak yang akan mengerjakan juga sudah ada. Kita melibatkan sepenuhnya perusahaan dan masyarakat setempat. Karena dengan melibatkan perusahaan atau masyarakat setempat maka kita dapat menggerakan perekonomian di Rakhine State," jelas Retno.
Bantuan senilai Rp 26 miliar
Pada saat yang sama, Kementerian Luar Negeri meluncurkan program
Humanitarian Assistance for Sustainable Community(HASCO) untuk Myanmar.
HASCO, yang diprakarsai oleh Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) bertujuan untuk memberikan bantuan bagi rakyat Myanmar di bidang peningkatan kapasitas, pengiriman tenaga ahli, keberlangsungan hidup dan pemulihan.
"Satu hal yang akan menjadi
highlight bantuan kerja sama Indonesia dengan Myamar, selain apa yang dilakukan dengan AKIM yang akan signifikan memberi kontribusi adalah rencana pembangunan rumah sakit di Rakhine State."
•Siapa yang bisa membantu Muslim Rohingya di Myanmar?
•Apakah isu Rohingya berpotensi 'menjadi medan' jihad?
•Foto satelit HRW perlihatkan penghancuran rumah orang Rohingya di Myanmar
Bantuan yang diberikan merupakan model bantuan internasional yang sejalan dengan rekomendasi Advisory Commission on Rakhine State yang dipimpin Kofi Annan.
"Bantuan kemanusiaan ini kami harapkan akan berkelanjutan, inklusif dan dapat memberikan pemberdayaan kepada masyrakat setempat"
Ketua Pelaksana AKIM, Ali Yusuf, mengatakan pihaknya siap menggelontorkan bantuan senilai US$2 juta, sekitar Rp 26,2 miliar untuk membantu krisis kemanusiaan di Rakhine.
"Total US$2 juta USD untuk dua tahun. Sudah mulai jalan, pertengahan 2017 kita bantu perbaikan jalan, shelter dan penyediaan makanam. Dalam waktu dekat kita akan melakukan aktivitas bantuan pendidikan," kata dia.
Sampai saat ini, Indonesia sudah memberikan bantuan kepada komunitas Muslim dan Buddha di Rakhine, antara lain empat buah sekolah, 10 kontainer berisi makanan dan pakaian yang diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada Desember 2016 dan dua buah sekolah di Sittwe yang sudah diresmikan pada Januari lalu.
Sumur
Quote:
Suatu wabah baru kekerasan di negara bagian Rakhine di Myanmar pecah, dan ribuan warga Rohingya menyelamatkan diri dan mengungsi ke Bangladesh -namun dihalau balik.
Eksodus tersebut dimulai pada Jumat pekan lalu setelah sekelompok gerilyawan Rohingya menyerang pos polisi, menewaskan 12 orang. Puluhan militan dilaporkan tewas dalam bentrokan tersebut dan bentrokan susulannya.
•Warga Rohingya: 'Menakutkan, desa dibakar, banyak anak dan orang tua terpisah'
•Siapa yang bisa membantu Muslim Rohingya di Myanmar?
•Sekolah bantuan Indonesia di Rakhine 'baru dimanfaatkan' siswa Rohingya
Ketika serangan serupa terjadi terhadap pos polisi tahun lalu, militer Myanmar melancarkan tindakan pembalasan yang keras terhadap aum Rohingya yang menyebabkan ytrjadinya dugaan pelanggaran hak asasi manusia berat.
Seiring upaya ribuan orang untuk melintasi perbatasan, PBB mendesak pihak berwenang Myanmar untuk melindungi semua warga sipil 'tanpa diskriminasi.'
Ketegangan mendalam antara Muslim Rohingya dan mayoritas penduduk Buddhis di Rakhine menyebabkan kekerasan sektarian yang menelan banyak korban jiwa di masa lalu.
Kapan gelombang kekerasan terbaru ini dimulai?
Pada hari Jumat lalu, gerilyawan Rohingya yang bersenjatakan pisau dan bom buatan menyerang lebih dari 30 pos polisi di Rakhine utara, kata pemerintah.
Bentrokan-bentrokan lain dilaporkan terjadi pada akhir pekan, membuat ribuan warga sipil dari kedua komunitas tersebut terusir.Dilaporkan juga sejumlah kematian warga sipil.
Human Rights Watch mengatakan, data satelit menunjukkan kebakaran di setidaknya 10 wilayah. Pemerintah mengatakan bahwa militan membakar 'desa-desa kaum minoritas,' sementara para gerilyawan mengaitkan kebakaran tersebut dengan pasukan keamanan dan umat Buddha setempat.
Akses wartawan ke negara bagian Rakhine sangat dibatasi, sehingga sulit untuk mengkonfirmasi berbagai klaim itu, namun seorang pejabat Penjaga Perbatasan Bangladesh mengatakan kepada kantor berita AFP Selasa lalu bahwa, "Tadi malam kami mendengar tembakan senjata berat dengan senjata otomatis secara brkala dan melihat asap membumbung dari desa-desa yang terbakar di seberang perbatasan."
Bagaimana situasi di perbatasan?
Jumlah warga Rohingya yang menyelamatkan diri ke Bangladesh terus meningkat sejak serangan hari Jumat 25 Agustus.
Badan pengungsi PBB, UNHCR, mengatakan bahwa sekitar 5.200 warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh pada hari Minggu lalu. Dikatakan 'beberapa ribu orang' berada di kawasan di sepanjang perbatasan Myanmar semenytara yang sudah berada di dalam wilayah Bangladesh jumlahnya lebih banyak lagi.
Sebagian besar yang berada di perbatasan adalah perempuan dan anak-anak, dan dilaporkan bahwa ada orang-orang yang terluka di antara mereka.
•Apakah isu Rohingya berpotensi 'menjadi medan' jihad?
•Foto satelit HRW perlihatkan penghancuran rumah orang Rohingya di Myanmar
•Aung San Suu Kyi sangkal terjadi genosida Rohingya
Sejumlah laporan juga menyebutkan adanya orang-orang yang dihambat untuk menyeberangi perbatasan. Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, Sekjen PBB Antonio Guterres mendesak Bangladesh untuk tetap membiarkan kaum Rohingya dalam upaya mereka menyelamatkan diri.
Hingga hari Rabu, sekitar 18.500 orang Rohingya - kebanyakan perempuan dan anak-anak - telah menyeberang masuk Bangladesh sejak serangan tersebut, kata Organisasi Internasional untuk Migrasi, IOM.
Sejak kekerasan meledak di Myanmar beberpa waktu lalu, Bangladesh sudah menjadi tempat penampungan ratusan ribu pengungsi Rohingya yang melarikan diri.
Di Myanmar sendiri muncul laporan tentang umat Buddha Rakhine yang bergerak ke wilaya selatan untuk menghindari kekerasan di negara bagian itu.
Siapakah para gerilyawan itu?
Sebuah kelompok yang disebut Tentara Penyelamatan Rohingya Arakan (Arakan Rohingya Salvation Army, Arsa) mengatakan bahwa merekalah yang melancarkan serangan hari Jumat itu. Kelompok ini muncul pertama kali pada Oktober 2016, ketika melakukan serangan serupa pada pos polisi, menewaskan sembilan petugas.
Dikatakan bahwa tujuan utama adalah melindungi minoritas Muslim Rohingya dari penindasan di Myanmar.
Pemerintah mengatakan Arsa adalah kelompok teroris yang pemimpinnya mendpat pelatihan di luar negeri. Pemimpinnya, menurut International Crisis Group, adalah Ata Ullah, seorang Rohingya yang lahir di Pakistan dan dibesarkan di Arab Saudi.
Namun seorang juru bicara kelompok tersebut mengatakan kepada Asia Times bahwa mereka tidak memiliki kaitan dengan kelompok jihad mana pun dan bahwa anggota-anggota mereka adalah kaum muda Rohingya yang marah oleh berbagai peristiwa sejak kekerasan komunal pada tahun 2012.
Apa yang dialami warga Rohingya?
Pemerintah Myanmar brkilah bahwa kaum Rohingya adalah imigran gelap dari Bangladesh dan mengingkari hak kewarganegaraan mreka, walaupun banyak yang mengatakan bahwa mereka telah menetap di sana selama beberapa generasi.
•Belasan perahu pengungsi Rohingya ditolak Bangladesh
•Anak-anak Muslim Rohingya 'kehilangan' orang tua
Banyak yang tinggal di kamp penampungan sementara setelah dipaksa keluar dari desa mereka oleh gelombang kekerasan komunal yang menyapu Rakhine pada tahun 2012. Mereka tinggal di salah satu negara bagian termiskin di Myanmar, dan gerakan dan akses mereka terhadap pekerjaan sangat dibatasi.
Setelah serangan militan pada bulan Oktober 2016, militer melakukan operasi pembalasan yang keras, dan banyak warga Rohingya menuduh bahwa dalam operasi itu pasukan keamananmelakukan pemerkosaan, pembunuhan, pembakaran desa dan penyiksaan. Data dari PBB dan IOM menunjukkan, lebih dari 100.000 orang kini telah melarikan diri ke Bangladesh.
Badan hak asasi manusia PBB, dalam sebuah laporannya mengatakan 'kekejian tak terperi' telah terjadi di sana. PBB sekarang melakukan suatu penyelidikan resmi, walaupun pihak militer menyangkal telah melakukan tindakan-tindkan yang dituduhkan.
Pada hari Selasa lalu, kepala hak asasi manusia PBB Zeid Ra'ad Al Hussein menyebut kekerasan terbaru itu sangat menyedihkan padahal, katanya, hal itu dapat diprkirakan sebelumnya dan dicegah.
"Beberapa dasawarsa pelanggaran hak asasi manusia yang terus-menerus dan sistematis, termasuk tindakan aparat keamanan yang sangat keras terhadap berbagai serangan sejak Oktober 2016, hampir pasti mrupakan salah satu penyebab terpupuknya ekstremisme kekerasan, dan akhirnya semua pihak rugi," katanya.
Sumur:
http://www.bbc.com/indonesia/dunia-41105830
Quote:
YANGON, KOMPAS.com - Pemimpin umat Katolik sedunia Paus Fransiskus akan mengunjungi Myanmar dan Banglades akhir tahun ini.
Vatikan mengumumkan rencana perjalanan Paus tersebut, Senin (28/8/2017), beberapa jam setelah Paus berkomentar mengenai penderitaan umat Muslim Rohingya.
Kunjungan tersebut akan terjadi pada akhir November dan awal Desember 2017.
Myanmar dikenal sebagai sebuah negara yang sebagian besar penduduknya beragama Budha dan tengah diganggu dengan pertikaian antar umat agama.
Sementara, Banglades yang berpenduduk mayoritas Muslim menjadi lokasi penampungan bagi ratusan ribu pengungsi dari konflik di Myanmar.
AFP memberitakan, Paus kerap mengungkapkan perasaannya yang kesal dengan perlakuan terhadap warga minoritas Rohingya di Myanmar.
Kaum minoritas Muslim di sana sebagian besar hidup tanpa kewarganegaraan, dan menetap di wilayah negara bagian Rakhine, Myanmar barat yang kini tengah bergejolak.
Baca: Kekerasan Mematikan di Rakhine Memburuk, Hampir 100 Orang Tewas
Sebelumnya, puluhan ribu orang telah melarikan diri ke Banglades dalam beberapa bulan terakhir. Mereka menghindar dari pertempuran antara gerilyawan Rohingya dan tentara Myanmar.
Dalam pengumumannya, Vatikan menyatakan Paus akan berkunjunga ke Myanmar pada tanggal 27-30 November, di Yangon dan Ibu kota Naypyidaw.
Pada tanggal 30 November, Paus pergi ke Ibu kota Banglades, Dhaka, sebelum kembali pada 2 Desember.
Ini akan menjadi kali pertama bagi seorang Paus melakukan perjalanan ke Myanmar.
Sementara ke Banglades, akan menjadi kunjungan Paus yang kedua, setelah Paus Yohanes Paulus II datang ke sana pada tahun 1986.
Myanmar memiliki sekitar 500-800.000 warga beragama Katolik. Sementara Banglades memiliki komunitas yang lebih kecil dari dengan 350.000 warga beragama Katolik.
Myanmar dan Vatikan menjalin hubungan diplomatik penuh di bulan Mei, tak lama setelah pemimpin de facto Aung San Suu Kyi bertemu dengan Paus selama tur Eropa.
Baca: Suu Kyi Temui Paus, Myanmar dan Vatikan Jalin Hubungan Diplomatik
Paus sempat menggambarkan minoritas Muslim Rohingnya sebagai saudara laki-laki dan perempuan yang disiksa dan dibunuh karena iman mereka.
Dia menambahkan, warga Rohingnya adalah orang-orang baik dan damai yang telah menderita selama bertahun-tahun.
Dia lalu mengajak umat Katolik untuk ikut berdoa bagi umat Muslim Rohingnya.
Pada hari Minggu, saat pertempuran baru berkecamuk di negara bagian Rakhine, Paus kembali mengutarakan keprihatinannya atas penganiayaan terhadap kelompok minoritas.
"Saya ingin mengungkapkan kedekatan saya dengan mereka, dan kami semua meminta Tuhan untuk menyelamatkan mereka, dan untuk mendorong siapa pun dengan itikad baik untuk membantu mereka dan memastikan hak mereka," kata Paus.
Baca: Paus Minta Brothers of Charity Hentikan Tawaran Euthanasia
Editor: Glori K. Wadrianto
Sumur:
http://internasional.kompas.com/read...atangi-myanmar
Quote:
Istanbul - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan dunia internasional meningkatkan upaya untuk membantu etnis minoritas muslim Rohingya di Myanmar. Erdogan menyebut dunia saat ini 'buta dan tuli' terhadap penderitaan warga Rohingya.
Banyak warga Rohingya yang terpaksa kabur ke Bangladesh, negara tetangga Myanmar, demi menyelamatkan diri dari kekerasan yang saat ini kembali marak di Rakhine yang menjadi tempat tinggalnya. Militer Myanmar berulang kali menyatakan pihaknya memerangi militan lokal yang mengacau di negara bagian Rakhine.
Badan Pengungsi PBB menyebut, lebih dari 3 ribu warga Rohingya tiba di Bangladesh dalam tiga hari terakhir. Kebanyakan pengungsi Rohingya mengakui dirinya menyelamatkan diri dari kekerasan yang dilakukan militer Myanmar.
Baca juga: Bangladesh Usir Warga Rohingya yang Kabur dari Rakhine Myanmar
Situasi semakin menyedihkan saat otoritas Bangladesh mengusir puluhan warga Rohingya yang mengungsi ke wilayahnya. Mereka tetap dipulangkan paksa meski telah memohon agar tidak dipulangkan ke Myanmar.
"Sungguh disayangkan, saya bisa mengatakan dunia ini buta dan tuli atas apa yang terjadi di Myanmar," ucap Erdogan dalam wawancara dengan televisi setempat, seperti dilansir AFP, Selasa (29/8/2017). Wawancara dilakukan dalam rangka memperingati tiga tahun Erdogan menjabat Presiden Turki.
"Dunia tidak mendengar dan dunia tidak melihat," imbuhnya.
Baca juga: Paus Fransiskus Akan Kunjungi Myanmar dan Bangladesh
Erdogan menyebut, situasi yang tengah dialami pengungsi Rohingya dan momen saat mereka melarikan diri ke Bangladesh sebagai 'peristiwa yang sangat menyakitkan'. Dia berjanji akan mengangkat isu Rohingya dalam Sidang Majelis Umum PBB yang digelar bulan depan.
"Tentu kami mengecam keras hal ini. Dan kami akan menindaklanjuti ini melalui institusi internasional, termasuk di PBB. Kami ingin melihat semua umat manusia mengulurkan tangan di sini," tegas Erdogan.
Bentrokan kembali pecah antara militer Myanmar dengan para militan Rohingya di Rakhine pekan lalu. Lebih dari 100 orang tewas dalam bentrokan itu. Bentrokan ini berawal saat puluhan pria dari kelompok Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (ARSA) menyerang pos-pos polisi dengan pisau, senjata api dan bahan peledak rakitan. Banyak warga sipil Rohingya mengungsi ke Bangladesh, namun penjaga perbatasan mengusir sebagian dari mereka.
Baca juga: Indonesia Minta Pemerintah Myanmar Hentikan Kekerasan di Rakhine
(nvc/ita)
Sumur:
https://m.detik.com/news/internasion...uslim-rohingya
Quote:
Indonesia adalah negara dengan mayoritas pendukuk muslim terbesar di Dunia, Indonesia juga pernah menjadi ketua OKI. Juga pernah menjadi pemimpin ASEAN, juga pernah jadi ketua GNB. 
Udah beberapa hari tragedi menimpa muslim rohingya. Kok Ane belum mendengar ya pernyataan resmi dari Jokowi terkait persekusi yang dialami oleh muslim rohingya di Myanmar