- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Warga Cirendeu Keluhkan Keberadaan WNA Timur Tengah


TS
grin77
Warga Cirendeu Keluhkan Keberadaan WNA Timur Tengah
Berita Hangat

Quote:
KEBERADAAN warga imigran asal Timur Tengah tersebar di kawasan Cirendeu, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Warga sekitar mengeluhkan aktivitas warga pendatang tersebut lantaran kerap berkumpul hingga larut malam dan mengganggu kenyamanan warga.
Kumpulan warga negara asing (WNA) seperti ditemukan di sekitar Pisangan RW 17. Jumlahnya mencapai puluhan di tempat tersebut dengan cara mengontrak. Diduga, mereka berasal dari negaraYaman, Irak, Iran, serta Somalia.
Lima tahun lalu, para imigran mulai memasuki lingkungan Cirendeu. Hanya saja, jumlahnya tidak sebanyak seperti saat ini. Sebelumnya, di lingkungan sekitar berdiri sebuah bangunan penampungan milik Lembaga Kemanusiaan Dunia atau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR). Tempat itu yang dijadikan sebagai hunian sementara para imigran.
"Sekarang mereka (imigran asal Timur Tengah) tinggalnya mengontrak di sekitar lingkungan warga. Di sekitar Gang Jambu RW 17 saja, jumlahnya lebih dari 30 orang. Kontrakannya berdekatan," terang Abdul, Ketua RW 17, Cirendeu, Senin (28/8).
Tak dimungkiri, lanjut Abdul, dirinya sempat beberapa kali menerima laporan dari warga setempat yang merasa khawatir lingkungan mereka disusupi oleh kegiatan negatif para imigran. Selain sering berkumpul, mereka juga dinilai membuat resah lantaran melakukan kegiatan tertentu hingga larut malam bahkan menjelang pagi.
"Belum jelas apa pekerjaan mereka selama ini. Seringnya sih pada di rumah. Sedikit sulit komunikasi karena bahasa. Paling kita awasi saja. Kadang jumlahnya tiba-tiba banyak," tambahnya.
Kondisi demikian sudah beberapa kali dilaporkan ke aparatur Pemkot Tangsel. Meski tidak begitu tertutup, keseharian para imigran tidak pernah berbaur dengan warga sekitar. Hanya bergaul dengan kelompoknya saja.
"Kadang kalau lagi berkumpul pada berisik, enggak tahu pada ngapain. Pernah sampai ada keributan dengan warga karena merasa terganggu. Giliran ditegur malah marah dan jadi berantem," terangnya.
Lurah Cirendeu, Wien Fadlianta, mengutarakan, pihaknya merasa kesulitan lakukan pendataan terhadap keberadaan imigran di wilayahnya. Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan, dirinya sudah berkoordinasi dengan komponen RT dan RW setempat.
Menurutnya, para imigran belakangan hidup tersebar ke sejumlah rumah kontrakan lantaran bangunan penampungan milik UNHCR harus dibongkar akibat lahan yang digunakan diketahui bermasalah.
"Untuk datanya, tanyakan ke petugas Imigrasi saja mas. Itu ranah mereka. Kita hanya mengawasi saja. Sudah dikoordinasikan ke tiap lingkungan," singkatnya.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Tangsel mensinyalir keberadaan puluhan imigran asal Timur Tengah di Cirendeu merupakan penduduk gelap atau ilegal. Hal itu lantaran belum ada WNA di lokasi tersebut yang terdata di kantor kependudukan setempat.
Sejauh ini, pemerintah daerah belum menerima data jumlah imigran yang masuk ke Kota Tangsel.
"Sekitar Agustus 2016 pernah kita lakukan pendataan bersama kantor Imigrasi. Jumlahnya (imigran) saya lupa berapa. Sekarang lagi kegiatan di luar. Datanya ada di kantor," ungkap Kepala Seksi Kependudukan Disdukcapil Kota Tangsel, Diding.
Sebagai langkah ke depan, langkah koordinasi sudah dilakukan bersama jajaran Badan Kesatuan Bangsa Pilitik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kota Tangsel dan Kantor Imigrasi Kelas II Tangerang. Dari situ dilanjutkan ke kelurahan serta kecamatan setempat.
"Pendataan WNA September (2017) nanti. Sampel lokasi belum ditentukan. Pendataan per kelurahan nanti di sekolah-sekolah atau perusahaan-perusahaan yang memakai tenaga asing," tandasnya. (OL-2)
Kumpulan warga negara asing (WNA) seperti ditemukan di sekitar Pisangan RW 17. Jumlahnya mencapai puluhan di tempat tersebut dengan cara mengontrak. Diduga, mereka berasal dari negaraYaman, Irak, Iran, serta Somalia.
Lima tahun lalu, para imigran mulai memasuki lingkungan Cirendeu. Hanya saja, jumlahnya tidak sebanyak seperti saat ini. Sebelumnya, di lingkungan sekitar berdiri sebuah bangunan penampungan milik Lembaga Kemanusiaan Dunia atau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR). Tempat itu yang dijadikan sebagai hunian sementara para imigran.
"Sekarang mereka (imigran asal Timur Tengah) tinggalnya mengontrak di sekitar lingkungan warga. Di sekitar Gang Jambu RW 17 saja, jumlahnya lebih dari 30 orang. Kontrakannya berdekatan," terang Abdul, Ketua RW 17, Cirendeu, Senin (28/8).
Tak dimungkiri, lanjut Abdul, dirinya sempat beberapa kali menerima laporan dari warga setempat yang merasa khawatir lingkungan mereka disusupi oleh kegiatan negatif para imigran. Selain sering berkumpul, mereka juga dinilai membuat resah lantaran melakukan kegiatan tertentu hingga larut malam bahkan menjelang pagi.
"Belum jelas apa pekerjaan mereka selama ini. Seringnya sih pada di rumah. Sedikit sulit komunikasi karena bahasa. Paling kita awasi saja. Kadang jumlahnya tiba-tiba banyak," tambahnya.
Kondisi demikian sudah beberapa kali dilaporkan ke aparatur Pemkot Tangsel. Meski tidak begitu tertutup, keseharian para imigran tidak pernah berbaur dengan warga sekitar. Hanya bergaul dengan kelompoknya saja.
"Kadang kalau lagi berkumpul pada berisik, enggak tahu pada ngapain. Pernah sampai ada keributan dengan warga karena merasa terganggu. Giliran ditegur malah marah dan jadi berantem," terangnya.
Lurah Cirendeu, Wien Fadlianta, mengutarakan, pihaknya merasa kesulitan lakukan pendataan terhadap keberadaan imigran di wilayahnya. Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan, dirinya sudah berkoordinasi dengan komponen RT dan RW setempat.
Menurutnya, para imigran belakangan hidup tersebar ke sejumlah rumah kontrakan lantaran bangunan penampungan milik UNHCR harus dibongkar akibat lahan yang digunakan diketahui bermasalah.
"Untuk datanya, tanyakan ke petugas Imigrasi saja mas. Itu ranah mereka. Kita hanya mengawasi saja. Sudah dikoordinasikan ke tiap lingkungan," singkatnya.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Tangsel mensinyalir keberadaan puluhan imigran asal Timur Tengah di Cirendeu merupakan penduduk gelap atau ilegal. Hal itu lantaran belum ada WNA di lokasi tersebut yang terdata di kantor kependudukan setempat.
Sejauh ini, pemerintah daerah belum menerima data jumlah imigran yang masuk ke Kota Tangsel.
"Sekitar Agustus 2016 pernah kita lakukan pendataan bersama kantor Imigrasi. Jumlahnya (imigran) saya lupa berapa. Sekarang lagi kegiatan di luar. Datanya ada di kantor," ungkap Kepala Seksi Kependudukan Disdukcapil Kota Tangsel, Diding.
Sebagai langkah ke depan, langkah koordinasi sudah dilakukan bersama jajaran Badan Kesatuan Bangsa Pilitik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kota Tangsel dan Kantor Imigrasi Kelas II Tangerang. Dari situ dilanjutkan ke kelurahan serta kecamatan setempat.
"Pendataan WNA September (2017) nanti. Sampel lokasi belum ditentukan. Pendataan per kelurahan nanti di sekolah-sekolah atau perusahaan-perusahaan yang memakai tenaga asing," tandasnya. (OL-2)
Sumur :MI
Salam Hangat :Cool
Polling
0 suara
Pendapat Agan?
0
2.4K
Kutip
32
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan