Kaskus

News

begibegitaAvatar border
TS
begibegita
Masak Pakai Bakaran Sampah, Kompor Mungil Ini Bisa Dipakai Charge HP
MASYARAKAT di pedesaan Sunda, masih banyak yang mengandalkan kayu bakar untuk memasak di tungku, yang kami sebut hawu. Mengutip seorang perajin, hawu terbuat dari tanah liat dicampur tapas/serabut buah kelapa, dan bakaran dedak. AneMasak Pakai Bakaran Sampah, Kompor Mungil Ini Bisa Dipakai Charge HP sering memasak di hawu saat berkunjung ke rumah singgah di Desa Cikoneng, dekat pintu wisata Batu Kuda Gunung Manglayang.

Selain kayu bakar, kita juga dapat memasukkan sampah plastik dan kertas ke dalam hawu saat memasak. Apinya merah membara, sehingga siap-siap saja membuat pantat panci atau wajan hitam. Sedikit sekali minyak tanah yang dibutuhkan karena kertas dan plastik sangat mudah terbakar. Kekurangan hawu adalah bentuknya yang memakan tempat, sehingga biasanya hawu ada di dapur yang cukup luas, atau ditemukan begitu saja di sisa tanah pemilik rumah.

Teknologi hawu menginspirasi Ujang Koswara untuk membuat hawuko—singkatan dari hawu kompor. Ia memodifikasi kompor kecil dengan celah di pinggir, untuk memasukkan sampah.

“Masaknya seperti di hawu tapi kayak kompor aja, dimasukin sampah dari celah di pinggir,” kata Ujang menerangkan. Uniknya, pengguna hawuko dapat menge-charge handphone dari tenaga panas yang dihasilkan kompor.

Ujang yang juga pembina Universitas Kehidupan Otonom ini, menjelaskan bagaimana listrik dari hawuko dapat menyalakan lampu dan isi baterai handphone. Dengan elemen khusus, panas bara api itu dikonversi menjadi energi listrik yang kemudian disalurkan ke generator listrik. Kata Ujang, cara kerja dasarnya meniru mesin dispenser air.

Tapi Gan, dia gak mau produknya dijual . Kenapa?

Ia pun mengajarkan ilmu pembuatan hawuko yang berbahan limbah kaleng cat ke masyarakat di pelosok berbagai pulau di Indonesia. “Saya tidak jual hawuko tapi beri pelatihan gratis ke masyarakat. Kalau masyarakat mau jualan kompor silakan. Kalau korporat besar yang jualan ini jangan,” kata dia. Soalnya, Ujang menegaskan, kreativitas itu hendaknya membangkitkan taraf hidup orang.

Api yang dihasilkan memang belum seberapa, namun jika dalam produksi massif, listriknya sangat berguna bagi penerangan rumah yang lebih besar. Misalnya, hawuko dikembangkan, di industri rumahan produsen keripik, dodol yang produksi apinya lama dan besar. Maka untuk penerangan pabrik pun cukup mengandalkan listrik dari hawuko.

Ke depan, Ujang masih punya mimpi untuk terus berinovasi dalam menolong masyarakat kecil. Seperti pengaplikasian rumah kaca untuk pemanas ikan asin yang efektif bagi nelayan. Soalnya, ia sering bertemu nelayan yang mengeluhkan ikan asinnya kurang kering dan berulat meski telah dijemur 3-4 hari. “Dengan rumah kaca, ikan asin bisa cepat kering dalam 2 jam saja,” kata dia.***

Yang masih penasaran apa itu konservasi energi bisa melipir ke www.esdm.go.id. Klik gitapra.wordpress.com buat tahu kisah sukses Ujang dan pejuang energi terbarukan lainnya
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
3.9K
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan