Es campur merupakan minuman khas Indonesia yang dibuat dengan mencampurkan berbagai jenis bahan dalam sirup manis. Es campur dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesia dengan rasa dan bahan yang berbeda. Oleh karena itu, daerah asal dari es campur ini sulit ditentukan. Adapun komposisi minuman ini bervariasi berdasarkan daerah pembuatannya. Namun, umumnya bahan-bahan yang digunakan diantaranya roti, kolang-kaling, dawet, buah alpukat, buah nangka, buah nenas dan juga cincau hitam. Selain cara pembuatannya mudah, es campur juga banyak disukai, baik usia muda maupun usia lanjut. Akibatnya, banyak pedagang yang menjual minuman ini, mulai dari warung kecil dan gerobak dorong, sampai dengan restoran.

Ada pula beberapa daerah yang menggunakan bahan yang berbeda dengan di daerah lain. Contohnya, es campur Medan yang menggunakan kacang merah, sagu, dan biji delima dalam komposisinya. Selain itu, ada juga es campur di Jakarta yang menambahkan daging buah kelapa dan tapai singkong di dalamnya.

Es doger merupakan susu kelapa dingin yang sering ditemukan di Bandung, Jawa Barat. Tidak hanya di Bandung, es doger juga telah merambah ke kota-kota besar lainnya, seperti Jakarta, Malang, maupun Surabaya. Selain rasanya segar, es doger juga enak diminum ketika cuaca panas atau dinikmati setelah aktivitas yang mengeluarkan keringat seperti olahraga. Es ini berbahan dasar susu dan parutan kelapa, ditambah dengan tape, ketan hitam dan alpukat.

Inilah ‘koktail’ buah ala Indonesia. Alpukat, kelapa muda, cincau, nangka, dan buah lainnya disajikan dengan santan, susu kental manis, daun pandan, gula, dan sedikit garam. Ramuan ini diciptakan oleh Murniati Widjaja yang memenangkan kompetisi pada 1982 untuk menghasilkan minuman nasional bagi Indonesia. Bermula dari lomba inilah, timbul kreativitas untuk membuka warung tenda sederhana di pelataran teras pertokoan di kawasan Jakarta Pusat. Selanjutnya, pada tahun 1987 Sukyatno Nugroho (suami Murniati Widjaja) mewaralabakan Es Teler 77 dan menjadi usaha makanan cepat saji asli Indonesia pertama yang menerapkan sistem waralaba.

Cendol yang terbuat dari tepung beras ini disajikan dengan es parut, gula merah cair dan santan. Rasa minumannya manis dan gurih. Di daerah Sunda, minuman ini dikenal dengan nama cendol sedangkan di Jawa Tengah dikenal dengan es dawet. Berkembang kepercayaan populer dalam masyarakat Indonesia bahwa istilah “cendol” mungkin sekali berasal dari kata “jendol”, yang ditemukan dalam bahasa Sunda, Jawa, dan Indonesia, di mana ada sensasi jendolan yang dirasakan ketika butiran cendol masuk ke mulut.

Tepung beras diolah dengan diberi pewarna hijau dan dicetak melalui saringan khusus, sehingga berbentuk buliran. Pewarna yang digunakan awalnya adalah pewarna alami dari daun pandan, tetapi saat ini telah digunakan pewarna makanan buatan. Di daerah Sunda, cendol dibuat dengan cara mengayak kukusan tepung beras yang diwarnai dengan daun suji dengan ayakan, sehingga diperoleh bentuk bulat lonjong yang lancip di ujungnya. Aktivitas meminum cendol populer dengan istilah “nyendol”. Minuman ini biasanya disajikan sebagai pencuci mulut atau hidangan selingan dan cocok apabila disajikan pada waktu siang.

Minuman segar yang terbuat dari tepung beras, dicampur dengan tepung sagu dan dibentuk mangkuk-mangkuk kecil ini disajikan dengan kuah santan dan gula merah. Disebut gempol karena dalam minuman ini terdapat bola-bola (gempol) dari tepung beras yang teksturnya lembut dan kenyal, sehingga tidak hanya mampu melepas dahaga, namun juga sebagai pengganjal perut sementara. Ada banyak klaim mengenai asal minuman ini, mulai dari Kota Solo sampai dengan Kota Jepara. Namun, minuman serupa juga dapat ditemukan di Jakarta, Bandung dan Semarang.

Ini es tradisional khas Indonesia yang berbahan dasar santan. Memiliki cita rasa tinggi, tekstur es puter juga lebih padat dibandingkan dengan es krim. Dikenal pula dengan sebutan es dung dung yang berasal dari suara tabuhan gong kecil penjaja es ini, yaitu “dung…dung…dung”. Rasanya pun lebih legit dan gurih. Es puter juga termasuk minuman yang merakyat sebab harganya cukup terjangkau. Namun, sajian ini sekarang tidak hanya dijajakan oleh pedagang es keliling, tetapi juga gerai modern di pusat kota. Bahkan, kini kita bisa menemukan beragam varian rasa dari es puter, seperti cokelat, stroberi, vanilla, dan pandan.