- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Ibuku adalah hantu


TS
vanbizkit
Ibuku adalah hantu

“Rahman, ambilkan air segelas!” teriak ayahku. “Iya, pak!” jawabku lantang. Segera ku
berikan segelas air. Ku lihat bapak komat-kamit membaca mantra kepada pasien yang
kesurupan itu. Semua orang gelisah memperhatikan, terutama orang tua si anak yang
kesurupan. Tapi dalam batinku seperti ingin tertawa dan pasti bapak ku sedang bahagia
mendapat pasien orang kaya di kampung ini dan di tambah lagi bapak akan menambah
koleksi makhluk gaib yang akan dia keluarkan dari tubuh anak itu.Kemudian ayahku
menyuruh ku mengambil botol ajaib. Kata bapak sih begitu, tapi ini cuma botol bekas air
mineral.

beri mantra.
Setelah beberapa menit, anak itu pun sembuh. Dia sudah sadar dan terlihat keheranan.
Lalu muncullah sebuah drama klasik ala sinetron. Kedua orang tuanya memeluk anaknya,
menangis dan bla bla bla… Aku sudah terbiasa melihatnya. Tapi ada yang tak biasa dengan
bapak ku yang baru berumur 42 tahun itu. Dia tersenyum sedari tadi. Mungkin karena
senang akan mendapatkan upah yang banyak dari pada pasien lainnya. Atau mungkin isi
dalam botol ajaib itu. Entahlah.
“Pak Bambang, saya pamit dulu. Masih banyak yang harus di kerjakan”. Kata bapak ku
sembari melangkah perlahan. Itu gaya ayahku kalau mau minta uang upahnya mengobati
orang kesurupan. Pura-pura pamit. “Tunggu dulu, kenapa buru-buru?” kata ayah pasien
sambil memasukkan beberapa lembar uang berwarna merah dan biru ke saku baju bapak
ku. Itu juga bagian dari drama tadi. Acting bapak ku benar-benar payah.

Sebagai anak seorang dukun, aku hampir tak bisa membedakan kehidupan ku dari dunia
orang hidup dan dunia orang mati. Dari kecil aku di rawat oleh hantu peliharaan bapak ku.
Tapi aku tak menganggapnya hantu tapi ibu bagiku. Aku adalah anak buangan dari pramuria
langganan bapak. Hampir setiap pramuria yang terlanjur bunting di kampung ku akan
membuang anaknya ke sungai bila sudah melahirkan. Namun bapak butuh keturunan dan
dia meminta pramuria itu untuk tidak membuangnya. Ah, terlalu panjang kalau ku ceritakan.
Intinya aku adalah anak haram bagi orang yang beragama. Aku dan ayah tidak menyembah
apa pun. Agama hanya tertulis di KTP saja. Oh iya, bapak adalah seorang dukun yang di
segani di kampung. Orang-orang tidak tau kalau bapak selalu menyuruh makhluk
peliharaannya untuk merasuki beberapa orang kaya di kampung lalu akan di sembuhkan
lagi olehnya. Itu pun kalau terpaksa bila lagi menganggur.
Malam pun tiba. Ini waktunya aku berduaan dengan ibu. Ibu yang tak terlihat oleh mata
orang biasa tapi aku bisa melihatnya. Dia itu seperti bidadari, cantik dan masih muda. Dia
tidak memiliki wajah tapi punya rambut yang panjang terurai. Dia tidak punya kaki tapi punya
tangan yang lembut dan dingin. Wanita yang sangat sempurna buatku. Dari kecil, dia yang
merawatku hingga kini aku sudah remaja berumur 15 tahun. Dia adalah ibu ku sekaligus
pacarku. Aku dan ibu sudah seperti sepasang suami istri bila sedang berduaan di kamar
gelap berbau kemenyan ini.
Malam ini benar-benar malam yang indah bersama ibu. Dia memelukku bagai memeluk
bayi yang baru lahir kemarin. Ku ciumi wajahnya yang tak memiliki bibir. Ku remas
payudaranya yang tak tahu ukuranya berapa. Nikmat rasanya walau terasa dingin dan bau
amis. Tangan ibu mulai masuk ke celanaku. Perlahan dia merayu ku penuh cinta. Oh, ibu.
“Aku mencintaimu…” gumam ku.
Lalu tiba-tiba pintu kamar terbuka. Braaakk! Betapa kagetnya aku melihat bapak
berdiri di depan pintu.
...bersambung

Spoiler for Buka:
Spoiler for Jangan buka:
Diubah oleh vanbizkit 24-08-2017 03:03


anasabila memberi reputasi
1
11.4K
63


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan