Bandung, GATRAnews - Bagian Pengawasan Mahkamah Agung (MA) melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan menindak panitera dan hakim yang melakukan tindak pidana korupsi. Upaya itu di antaranya bekerja sama dengan KPK, yakni KPK mendidik 10 orang pegawai MA, kemudian menjadi intel lembaga tersebut.

"Kita sudah kerja sama dengan KPK yang Saber Pungli itu ada 10 aparatur di Badan Pengawasan yang dididik oleh KPK untuk melakukan pemantauan, pengintaian, intelijen," kata Sunarto, Ketua Muda Pengawasan MA, dalam acara "Lokakarya Bersama Media, MA dan EU-UNDP SUSTAIN" di Bandung, Jawa Barat, Rabu petang (23/8).Ke-10 pegawai itu mempunyai kemampuan dalam hal intelijen hingga surveillance untuk mengumpulkan informasi tentang suatu tindak pidana korupsi meskipun tidak mempunyai kewenangan untuk menyadap."Cuman bedanya kita tidak punya hak menyadap dan kita tidak punya alat sadap. Kalau alat elektronik, misalnya surveillance, video, dan sebagainya kita sudah bisa. Kita tukar informasi, malahan orang-orang kita didik KPK untuk membeirkan informasi ke KPK," katanya.Kemampuan 10 pegawai MA di bidang intelijen hasil didikan KPK sekaligus intel untuk lembaga antirasuah itu tidak diragukan dalam menjalankan tugasnya mengumpulkan informasi dan data. "Dia itu dididik 3x24 jam bisa nempel orang, yang ditempel enggak tahu. Kira-kira sejauh itu upaya kita," ujarnya.Sunarto melanjutkan, yang mengetahui ke-10 orang dari Bawas itu sebagai intel KPK, hanyalah ketua MA, ketua Muda Pengawasan MA, dan kepala Pengawasan. Jika ada dari 10 orang itu ketahuan sebagai intel KPK, maka harus diberhentikan dari tugas tersebut."Yang tahu yang dididik adalah ketua Mahkamah Agung, ketua Muda Pengawasan, sama Kabawas. Yang lainnya tidak tahu, orang Bawas saja tidak tahu bahwa temannya itu adalah intel, surveillance. Kalau ketahuan harus di drop," katanya.

Reporter: Iwan Sutiawan

Sumber : http://www.gatra.com/hukum/280787-10...jadi-intel-kpk

---