- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Dari Drama Penyanderaan di Bank Swedia Lahirlah 'Stockholm Syndrome'


TS
okoki
Dari Drama Penyanderaan di Bank Swedia Lahirlah 'Stockholm Syndrome'
Sebuah drama penyanderaan enam hari yang terjadi di Stockholm, Swedia, 44 tahun lalu mendapat perhatian dunia. Tingkah laku para korban yang tidak biasa terhadap para penyanderanya melahirkan sebuah istilah yang dikenal sampai hari ini, ‘Stockholm Syndrome’.

Kronologi Penyanderaan Bersejarah di Stockholm
Drama Penyanderaan Stockholm
sumber: https://news.okezone.com/read/2017/0...kholm-syndrome

Kronologi Penyanderaan Bersejarah di Stockholm
Quote:
Pada 23 Agustus 1973, pagi hari, seorang tahanan yang melarikan diri memasuki sebuah bank, Sveriges Kreditbanken, yang ramai di alun-alun Norrmalmstorg di Stockholm. Dari balik jaketnya, Jan-Erik Olsson mengeluarkan senapan mesin ringan, menembaki langit-langit dan menyamarkan suaranya agar terdengar seperti orang Amerika.
Setelah melukai seorang polisi yang datang menjawab panggilan alarm bank, Olsson menyandera empat orang dan mengajukan sejumlah tuntutan. Dia meminta temannya, Clark Olofsson, untuk dilepaskan dari penjara dan dibawa ke bank bersama dengan uang sebesar 3 juta kronor (sekira Rp1,1 miliar), dua senjata api, rompi antipeluru, helm dan mobil Ford Mustang dengan tangki penuh bahan bakar.
Kejadian itu dengan cepat menarik perhatian baik dari dalam negeri maupun luar negeri, bahkan penyanderaan Norrmalmstorg menjadi peristiwa kriminal pertama yang disiarkan langsung di televisi Swedia. Markas besar kepolisian Swedia kebanjiran panggilan dari warga yang memberikan saran kepada polisi untuk mengakhiri penyanderaan.
Terkurung di dalam lemari besi bank yang sempit, para sandera dengan cepat membentuk ikatan yang tak biasa dengan para penculik mereka. Terlebih lagi Olsson dan Olofsson memperlakukan mereka dengan baik.
Olsson memberikan jaket wol kepada sandera Kristin Enmark saat dia mulai menggigil kedinginan, menenangkannya saat dia bermimpi buruk dan memberinya peluru dari senapannya sebagai kenang-kenangan. Dia juga menghibur sandera Birgitta Lundblad yang tidak dapat menghubungi keluarganya melalui telepon, menyemangatinya agar jangan menyerah.
Pria itu bahkan mengizinkan sandera Elisabeth Oldgren yang mengalami klaustrofobia, ketakutan akan ruang tertutup yang sempit, untuk berjalan keluar brankas bank. Tindakan baik Olsson itu membuat para sandera bersimpati kepadanya.
“Ketika dia memperlakukan kami dengan baik. Kami bisa menganggapnya sebagai Tuhan darurat,” kata satu-satunya sandera pria, Sven Safstrom, sebagaimana dilansir History
Pada hari kedua, sandera dan kedua narapidana itu telah saling memanggil dengan nama depan. Para sandera juga tampak lebih takut kepada polisi daripada orang yang menahan mereka.
Ketika komisaris polisi diizinkan masuk untuk memeriksa kesehatan sandera, dia melihat bahwa para tawanan tersebut tampak memusuhinya tapi santai dan riang dengan kedua pria bersenjata tersebut.
Kristin Enmark bahkan menghubungi Perdana Menteri Swedia saat itu, Olof Palme, untuk memohon agar polisi mengizinkan kedua pria itu membawanya bersama mereka kabur dengan mobil. Kristin mengatakan, dia takut polisi akan bertindak gegabah dan menyebabkan para sandera terbunuh.
"Saya tidak putus asa. Mereka tidak melakukan apa pun pada kami. Sebaliknya, mereka sangat baik. Yang saya takuti adalah polisi akan menyerang dan menyebabkan kita semua mati," kata Kristin.
Lebih aneh lagi, saat diancam akan dilukai oleh para penyanderanya, Kristin dan sandera lainnya masih menunjukkan simpati pada Olsson dan Olofsson. Setelah Olsson mengancam akan menembak kakinya, Sven Safstorm malah berfikir pria itu cukup baik karena hanya akan menembak kakinya. Kristin bahkan meyakinkan Sven untuk bersedia ditembak di kaki.
Setelah melukai seorang polisi yang datang menjawab panggilan alarm bank, Olsson menyandera empat orang dan mengajukan sejumlah tuntutan. Dia meminta temannya, Clark Olofsson, untuk dilepaskan dari penjara dan dibawa ke bank bersama dengan uang sebesar 3 juta kronor (sekira Rp1,1 miliar), dua senjata api, rompi antipeluru, helm dan mobil Ford Mustang dengan tangki penuh bahan bakar.
Kejadian itu dengan cepat menarik perhatian baik dari dalam negeri maupun luar negeri, bahkan penyanderaan Norrmalmstorg menjadi peristiwa kriminal pertama yang disiarkan langsung di televisi Swedia. Markas besar kepolisian Swedia kebanjiran panggilan dari warga yang memberikan saran kepada polisi untuk mengakhiri penyanderaan.
Terkurung di dalam lemari besi bank yang sempit, para sandera dengan cepat membentuk ikatan yang tak biasa dengan para penculik mereka. Terlebih lagi Olsson dan Olofsson memperlakukan mereka dengan baik.
Olsson memberikan jaket wol kepada sandera Kristin Enmark saat dia mulai menggigil kedinginan, menenangkannya saat dia bermimpi buruk dan memberinya peluru dari senapannya sebagai kenang-kenangan. Dia juga menghibur sandera Birgitta Lundblad yang tidak dapat menghubungi keluarganya melalui telepon, menyemangatinya agar jangan menyerah.
Pria itu bahkan mengizinkan sandera Elisabeth Oldgren yang mengalami klaustrofobia, ketakutan akan ruang tertutup yang sempit, untuk berjalan keluar brankas bank. Tindakan baik Olsson itu membuat para sandera bersimpati kepadanya.
“Ketika dia memperlakukan kami dengan baik. Kami bisa menganggapnya sebagai Tuhan darurat,” kata satu-satunya sandera pria, Sven Safstrom, sebagaimana dilansir History
Pada hari kedua, sandera dan kedua narapidana itu telah saling memanggil dengan nama depan. Para sandera juga tampak lebih takut kepada polisi daripada orang yang menahan mereka.
Ketika komisaris polisi diizinkan masuk untuk memeriksa kesehatan sandera, dia melihat bahwa para tawanan tersebut tampak memusuhinya tapi santai dan riang dengan kedua pria bersenjata tersebut.
Kristin Enmark bahkan menghubungi Perdana Menteri Swedia saat itu, Olof Palme, untuk memohon agar polisi mengizinkan kedua pria itu membawanya bersama mereka kabur dengan mobil. Kristin mengatakan, dia takut polisi akan bertindak gegabah dan menyebabkan para sandera terbunuh.
"Saya tidak putus asa. Mereka tidak melakukan apa pun pada kami. Sebaliknya, mereka sangat baik. Yang saya takuti adalah polisi akan menyerang dan menyebabkan kita semua mati," kata Kristin.
Lebih aneh lagi, saat diancam akan dilukai oleh para penyanderanya, Kristin dan sandera lainnya masih menunjukkan simpati pada Olsson dan Olofsson. Setelah Olsson mengancam akan menembak kakinya, Sven Safstorm malah berfikir pria itu cukup baik karena hanya akan menembak kakinya. Kristin bahkan meyakinkan Sven untuk bersedia ditembak di kaki.
Drama Penyanderaan Stockholm
Quote:
Akhirnya setelah 130 jam penyanderaan, pada 28 Agustus 1973, polisi menembakkan gas air mata ke dalam brankas bank, membuat Olsson dan Olofsson menyerah. Saat polisi meminta para sandera untuk dikeluarkan terlebih dahulu, keempat sandera justru menolak. Mereka khawatir polisi akan menembak kedua Olsson dan Olofsson begitu mereka keluar. Para sandera terus melindungi para penahan mereka hingga akhir.
Hubungan aneh antara sandera dan penyandera dalam kejadian itu membuat bingung banyak orang, baik polisi maupun masyarakat umum, bahkan para sandera sendiri. Usai penculikan, salah satu sandera, Kristin Enmark, menemui psikiater untuk mengetahui apa ada yang salah pada dirinya. Dalam waktu singkat, para psikiater menyebut fenomena aneh ini sebagai ‘Stockholm Syndrome’.
Setelah Olsson dan Olofsson dipenjara, mereka masih mendapat kunjungan dari para sandera. Keduanya bahkan mendapatkan banyak surat dari para penggemar perempuan yang merasa mereka tampan.
Di pengadilan, Olofsson mengatakan bahwa dia tidak bermaksud membantu Olsson, melainkan menjaga semua sandera agar selamat dan menjaga situasi tetap tenang. Dengan alasan ini, tuduhan terhadapnya dibatalkan dan Olofsson dibebaskan. Sementara, Olsson dihukum 10 tahun penjara.
Setelah dibebaskan pada 1980, Olsson tidak pernah lagi melakukan kejahatan. Pada 1996 dia pindah ke Thailand bersama istri dan anaknya kemudian membuka usaha supermarket di sana. Setelah sempat menerbitkan buku autobiografi berjudul “Stockholms-syndromet” pada 2009, Olsson kembali ke Swedia dan membuka bengkel di Kota Helsingborg.
Hubungan aneh antara sandera dan penyandera dalam kejadian itu membuat bingung banyak orang, baik polisi maupun masyarakat umum, bahkan para sandera sendiri. Usai penculikan, salah satu sandera, Kristin Enmark, menemui psikiater untuk mengetahui apa ada yang salah pada dirinya. Dalam waktu singkat, para psikiater menyebut fenomena aneh ini sebagai ‘Stockholm Syndrome’.
Setelah Olsson dan Olofsson dipenjara, mereka masih mendapat kunjungan dari para sandera. Keduanya bahkan mendapatkan banyak surat dari para penggemar perempuan yang merasa mereka tampan.
Di pengadilan, Olofsson mengatakan bahwa dia tidak bermaksud membantu Olsson, melainkan menjaga semua sandera agar selamat dan menjaga situasi tetap tenang. Dengan alasan ini, tuduhan terhadapnya dibatalkan dan Olofsson dibebaskan. Sementara, Olsson dihukum 10 tahun penjara.
Setelah dibebaskan pada 1980, Olsson tidak pernah lagi melakukan kejahatan. Pada 1996 dia pindah ke Thailand bersama istri dan anaknya kemudian membuka usaha supermarket di sana. Setelah sempat menerbitkan buku autobiografi berjudul “Stockholms-syndromet” pada 2009, Olsson kembali ke Swedia dan membuka bengkel di Kota Helsingborg.
sumber: https://news.okezone.com/read/2017/0...kholm-syndrome
0
2.2K
Kutip
13
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan