Wacana ganjil-genap di Jalan Tol Bekasi-Jakarta mengundang pro-kontra di masyarakat. Meski masih dalam kajian, Dishub Kota Bekasi menilai dampak kemacetan akan berpindah ke jalur arteri.

“Ganjil-genap di jalan tol harus dikaji lebih mendalam, jangan sampai gini loh, kita ingin jalan tol lancar tidak ada kemacetan, tetapi akan menimbulkan kemacetan di jalur arteri,” ujar Kadishub Kota Bekasi Yayan Yuliana kepada wartawan di Pemkot Bekasi, Kamis (22/8/2017).

Yayan mengatakan dampak kemacetan di jalan tol akan berpindah ke jalur arteri di Kota Bekasi. Kebijakan itu tidak membuat warga berpindah ke angkutan umum.

“Sekarang di Tol Barat terjadi kemacetan, maka dampaknya ke Jalan KH Noer Ali, lalu jalan di Caman belum lagi yang ke Tol Bintara, terus Tol Bekasi Timur, karena orang kalau dilarang akan mencari jalan lain. Selama ini mereka sudah nyaman dengan mobilnya,” ujarnya.

Yayan menilai sebaiknya BPTJ mengkaji ulang kebijakan itu. Kalau dinilai efektif mengurangi kemacetan, sistem ganjil-genap seharusnya diberlakukan dari Pintu Tol Cikarang Utama.

“Kalau memang mau diberlakukan, kenapa harus dari Tol Barat? Sudah aja dari Cikarang Utama atau dari Cibitung di Tol Grand wisata, kenapa cuma Tol Bekasi Barat arah Jakarta. Kita ingin menyeluruh, jangan sepotong-potong,” pungkasnya.

Sebelumnya, Kepala BPTJ Bambang Prihantono mengatakan perluasan pembatasan ganjil-genap di ruas Jalan Tol Bekasi-Cawang dilakukan untuk mengurangi kepadatan kendaraan dari Bekasi ke Jakarta via jalan tol.

“Untuk kendaraan pribadi, akan dilakukan pengaturan mekanisme ganjil-genap,” ujar Bambang kepada wartawan, Selasa (15/8) lalu.

Polisi juga belum sepakat dengan wacana ini. Terlebih belum ada mekanisme penegakan hukumnya bila BPTJ ngotot menerapkan kebijakan tersebut.

Perlu ada kajian lebih mendalam terkait wacana pemberlakuan ganjil-genap di ruas Jalan Tol Bekasi-Cawang tersebut. BPTJ sebaiknya mempertimbangkan usulan dari PT Jasa Marga selaku pengelola jalan tol.

Sumber