Kaskus

News

naijirAvatar border
TS
naijir
Bikin yayasan anak di Lombok malah dituding Kristenisasi
Merdeka.com - Gara-gara bule identik
sebagai non-Muslim, rencana Chaim Fetter
mendirikan Yayasan Peduli Anak di Kota
Lombok, Nusa Tenggara Barat, tidak berjalan
mulus. Warga Belanda itu menghadapi
penolakan dari masyarakat sekitar mayoritas
beragama Islam. Fetter dituding melakukan
Kristenisasi atau program pemurtadan.
Berbagai aksi penolakan diterimanya sejak
upaya dia membebaskan lahan seluas 1,5
hektar guna membangun yayasan itu tercium
warga setempat.


"Sejak pertama kali saya datang ke sana
(Lombok), orang putih datang ke sana pasti
Kristen, itu ya mereka. Saya harus jelaskan
saya bukan Kristen, saya juga bukan Atheis.
Saya tidak punya agama waktu itu, lebih
bingung mereka," papar Fetter saat
berbincang dengan merdeka.com baru-baru
ini.


Fetter mengatakan aksi demonstrasi
menentang pembangunan yayasan di lahan
tersebut berlangsung berulang kali. "Jadi
waktu kita mulai mau bangun ini, kita sudah
mulai bangun, di depan (lokasi) ada satu
kampung orang kumpul marah-marah, takut
mereka dari luar datang untuk kasih semua
anak-anak injil-injil atau mau Kristenisasi,
itu yang mereka lakukan pertama kali,"
papar Fetter.


Untuk meredam aksi penolakan tersebut,
Fetter akhirnya membuka dialog dengan
warga setempat di sebuah madrasah dekat
lokasi pembangunan yayasan. Fetter
mengatakan, dirinya sudah pasrah apabila
dialog dengan warga setempat mengalami
jalan buntu.


"Kita bilang sadarkan, kita mau kumpul
nanti kita buat kumpulan di madrasah
sebelahnya, nanti kita jawab semua
pertanyaan, dan setelah dijawab kami
sampaikan tujuan kami dan setelah kami
jawab semua pertanyaan dan kami beri
penjelasan ternyata masih ada yang
keberatan, maka kami tidak akan bangun
apapun disini," jelas Fetter.


Upaya dialog dan pendekatan kepada
masyarakat ternyata membuahkan hasil.
Pada akhirnya warga setempat menerima
rencana Fetter membangun Yayasan Peduli
Anak di wilayah mereka. "Setelah kita
melakukan sosialisasi dengan masyarakat,
tidak ada yang menolak, tidak ada lagi
yang melawan," imbuh Fetter.


Saat ini, Yayasan Peduli Anak sudah
mempunyai sekitar 400 anak asuh di dalam
dan di luar lokasi yayasan. Fetter pun
melibatkan warga lokal untuk mengelola
tempat itu. "Jadi kita punya 100 anak di
dalam panti dan di luar panti ada 300-an.
Kita punya 60 staf lokal, saya lakukan itu
semua selama tujuh tahun," ucap Fetter.


Sekarang yayasan ini menghadapi tantangan
lain yakni pemenuhan biaya operasional yang
mencapai Rp 100 juta per bulan, mencakup
gaji pegawai, keperluan sekolah sekitar 400
anak, makan siang anak-anak setiap hari,
juga edukasi bagi para orang tua siswa.


"Biaya operasional yayasan peduli anak
sekitar Rp 100 juta, itu untuk sekitar 400
anak, seragam, sepatu, dapat makan siang
setiap siang, karena kadang anak juga gak
dikasih makan di rumahnya, di kita dapat
makan siang, sayur daging, healthy food,
jadi kita biayain semua termasuk yang 60
karyawan lokal juga dapat gaji tapi gaji
lokal kira-kira Rp 1,2 juta itu gaji mereka,
jadi standar lokal," papar Fetter.


Fetter mengaku mendapat subsidi dari
pemerintah sebesar 15 persen dari total biaya
operasional. Namun angkanya masih jauh
dari biaya operasional yang dibutuhkan. Oleh
sebab itu, Fetter memutuskan untuk membuka
bisnis jual beli secara online di Jakarta
untuk memenuhi kebutuhan operasional
yayasan.



"Saya bersama istri dan anak pindah ke
Jakarta, buat perusahaan disini. Dari
keuntungan perusahaan, lima persen akan
didonasikan ke Yayasan Peduli Anak setiap
bulan. Jadi saya mulai dengan jualo.com, itu
e-classified market place untuk jual beli,
tapi bukan fokus untuk yang penjual tapi
untuk pembeli," ungkap Fetter.
Dibangun awal tahun ini jualo.com kini sudah
punya 120 ribu pengguna aktif.



[url= m.merdeka.com/dunia/bikin-yayasan-di-lombok-malah-dituding-kristenisasi.html] Sumber [/url]
0
2.3K
20
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan