Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Saat siswa SD meregang nyawa di sekolah

Ilustrasi kegiatan di sekolah dasar. Dua pengajar asal Korea Selatan memberi pelajaran di SD Model di Banyuwangi, Jawa Timur,
21 Juli 2017.
© Budi Candra Setya /Antara Foto


Kabar duka hadir dari Sekolah Dasar (SD) Negeri Longkewang di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Seorang muridnya berinisial SR, kelas dua, meninggal pada Selasa (8/8/2017).

SR (8) meninggal dunia di sekolah setelah sempat tidak sadarkan diri usai berkelahi dengan D, kolega sekelasnya. D sambil menangis bercerita kepada wali kelasnya, Ruhiyat.

"Saat ditanya oleh saksi, D mengatakan telah berkelahi dengan korban di halaman sekolah dan korban dalam kondisi pingsan," kata Kombes Polisi Yusri Yunus, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Barat, dikutip Viva (Rabu 9/8).

Ruhiyat langsung berusaha memberi pertolongan kepada SR, tapi tak membuahkan hasil. Pihak sekolah kemudian membawa SR ke puskesmas dan di sana dinyatakan meninggal.

Sementara Kapolres Sukabumi, AKBP M. Syahduddi, dalam laman Merdeka.com, mengatakan belum mengetahui kisah persis peristiwa tragis ini. Polisi masih mempertimbangkan psikologis D yang disebut masih terpukul (shock).

Peristiwa menjadi perbincangan terbatas di media sosial. Di Facebook misalnya, akun bernama Yuni Rusmini menceritakan kronologi peristiwa termaksud yang disebut bernada perisakan (bullying) dan kekerasan.

Lebih lanjut akun itu seperti menyalin sebuah berita yang berisi kesaksian kakak kandung SR, Abdurohim (37 tahun). Disebutkan Abdurohim yang mendapat keterangan dari teman-teman SR, adiknya dipukul hingga terjatuh dan telinganya disumbat keripik serta disiram dengan minuman ringan.

Sejauh ini polisi belum memberi keterangan soal kronologi karena D belum bisa ditanyai. Namun hasil autopsi yang dilansir detikcom mengatakan memang ada sejumlah luka di tubuh korban, termasuk memar di pelipis kiri, yang diduga akibat kekerasan.

Dokter Forensik Arif Wicaksono di RSUD Sekarwangi Cibadak, Sukabumi, yang melakukan autopsi juga menemukan kelainan di kepala korban. Namun untuk mengetahui kelainan itu secara persis, dibutuhkan uji laboratorium.

"...hasilnya baru bisa diketahui dua minggu kemudian," ujar Arif.

Namun tidak sampai dua pekan, bahkan hanya sehari, beredar kabar hasil autopsi. Kabar yang tidak terkonfirmasi itu dilansir akun Instagram @ndorobeii pada Rabu.

Akun itu terlihat mengunggah tangkapan layar percakapan di aplikasi WhatsApp. Di bagian atas layar terdapat nama Abd. Rivai Camat Cantayan.

Pada gambar dinding WhatsApp yang penuh dengan kesalahan tik itu diungkap bahwa SR memiliki kelainan bawaan sejak lahir. Kelainan itu terletak dalam pembuluh darah di otak.

Sementara akun @ryaldiserviana dalam kolom komentar mengaku bekerja di Puskesmas Cicantayan. Ia mengutip dokter puskesmas bahwa belum terbukti ada bekas tonjokan. (Kiriman itu kini menghilang dari Instagram).

Di sisi lain; Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, Maman Abdurachman, meminta semua pihak tetap tenang dan bersabar menunggu hasil pemeriksaan autopsi tim dokter dan kepolisian.

Yang jelas, Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi akan membina seluruh kepala sekolah dan guru agar kejadian seperti ini tidak terulang. "...musibah ini agar bisa diambil hikmahnya," ujar Asep Saepudin, Kepala Seksi Kesiswaan Sekolah Dasar.

Sementara Abdurahim, bukan Abdurohim seperti ditulis di atas, dalam kesempatan berbeda mengatakan bahwa adik tirinya yang bungsu itu diklaim kerap menerima kekerasan dari D. Bahkan peristiwanya terjadi sejak kelas satu.

Abdurahim mewakili keluarga berharap ada keadilan meski menyadari bahwa terduga penyebab kematian masih di bawah umur.

Bila mengacu pada UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, polisi wajib melakukan diversi atau pengalihan penyelesaian perkara. Penyebabnya ya itu tadi, dugaan penyebab kematian adalah anak di bawah umur.

Namun sekali lagi, polisi belum memiliki jawaban karena belum melakukan pemeriksaan maupun penyelidikan kasus ini. Artinya belum ada siapapun yang bisa diduga sebagai penyebab meski keluarga sudah punya dugaan.

Catatan redaksi: Kiriman di Instagram yang dimaksud dalam tulisan, tak dapat ditemukan lagi. Bahkan akun @ndorobeii pun kemungkinan telah dihapus. (9:28 WIB, 10/8/2017)

Quote:


Simak berita lainnya dari kanal Laporan Khas, berita terkait:

Jokowi dinilai mulai antikritik

Depresi bisa dikenali lewat Instagram

Persib dan Persiba nihil kartu merah, Perseru minim kartu kuning
Diubah oleh BeritagarID 10-08-2017 07:34
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
17.4K
84
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan