Pekerja memerah susu sapi di sentra produksi susu sapi perah di Tirto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (9/8/2017)
Susu kental manis, berjaya di antara jenis susu yang lain, pada berbagai kalangan rumah tangga di berbagai wilayah di Indonesia. Selain susu kental manis, data belanja susu bulanan juga mencatat susu bubuk dan susu cair olahan pabrik. Namun catatan konsumsi susu, masih dibayangi tingkat produksinya.

Slogan empat sehat lima sempurna yang pernah populer sejak 1952, memang tak lagi digunakan pasca-disempurnakan menjadi Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Peran susu tetap penting dalam pemenuhan gizi, mengingat target Sustainable Development Goals (SDGs) pun menyorotnya dalam bidang kesehatan.

Tanpa mengesampingkan pentingnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif untuk bayi selama 6 bulan, belanja susu di tingkat rumah tangga juga perlu perhatian. Rata-rata 33 persen atau hanya satu pertiga rumah tangga di Indonesia yang membelanjakan uangnya untuk beli susu per bulan pada 2016.

Belanja dapur untuk bahan pangan hewani berprotein tinggi itu hasil ekstraksi Lokadata Beritagar.id dari mikro data Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) BPS 2016. Tercatat jumlah rumah tangga di Indonesia mencapai 68 juta dan rata-rata beranggotakan tiga sampai empat orang.

Menurut Outlook Susu 2016 yang dilansir Kementerian Pertanian (Kementan) RI, konsumsi susu Indonesia sekitar 11,8 liter/kapita/tahun. Jumlah itu sudah termasuk produk olahan yang mengandung susu. Terhitung paling rendah di kawasan ASEAN, apalagi dibanding sejumlah negara di Eropa yang sudah mencapai 100 liter/kapita/tahun.

Tengoklah Myanmar yang pada 2016 Produk Domestik Bruto (PDB)-nya 13 kali lipat lebih kecil dari Indonesia. Konsumsi rumah tangga di Myanmar mencapai 26,7 liter per kapita per tahun. Pun di Filipina sudah mencapai 17,8 liter/kapita/tahun, Thailand 22,2 liter/kapita/tahun, dan Malaysia 36,2 liter/kapita/tahun.

Rendahnya angka konsumsi susu Indonesia, dibayangi produktivitas yang juga tak membanggakan. Pertumbuhan produksi susu sapi dalam negeri pada kisaran 3 persen per tahun, sedangkan kebutuhannya tumbuh lebih dari 4 persen per tahun. Dalam empat tahun kedepan, Indonesia diperkirakan mengalami defisit susu sapi.

Belanja susu berdasarkan jenis
Berdasarkan jenis susu yang dibeli, tahun lalu rumah tangga Indonesia lebih banyak membeli susu kental manis per bulan dibandingkan jenis susu bubuk dan susu cair olahan pabrik. Sebanyak 66,1 persen rumah tangga Indonesia membeli jenis susu kental manis; 28,3 persen pembeli susu bubuk; dan 14,6 persen membeli susu cair olahan pabrik.

Konsumsi susu cair murni rumah tangga Indonesia paling rendah di antara jenis susu yang lain yaitu sebanyak 0,15 liter (150 mililiter) pada 2016. Jumlah ini jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan konsumsi susu cair olahan pabrik yang mencapai 0,74 liter (740 mililiter) pada tahun yang sama.

Susu kental manis sebenarnya disukai rumah tangga yang tinggal di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Namun rumah tangga di kota pilihannya lebih beragam, sebanyak 61,3 persen membeli susu kental manis, pembeli susu bubuk 33,9 persen, dan susu cair olahan pabrik 16,2 persen.

Sedangkan rumah tangga di wilayah perdesaan lebih dominan membeli susu kental manis. Persentasenya mencapai 74,1 persen, dan untuk dua jenis susu lainnya jauh lebih kecil; 19 persen untuk susu bubuk; dan 11,9 persen untuk susu cair olahan. Khusus jenis susu bubuk, angkanya nyaris dua kali lipat lebih rendah dibanding belanja di perkotaan.

Kesenjangan belanja susu
Secara nasional, pembeli susu yang mencapai lebih dari 40 persen populasi rumah tangga baru berlaku di lima provinsi. Rumah tangga di DKI Jakarta paling banyak dalam beli susu, sebanyak 52,79 persen. Disusul Daerah Istimewa Yogyakarta, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara sebanyak 41,16 persen.

Kebalikannya, terdapat empat provinsi yang mencatat seperlima populasi rumah tangga pembeli susu. Keempat provinsi itu adalah Gorontalo sebanyak 17,26 persen, Aceh, NTB, dan NTT sebanyak 15,82 persen.

Provinsi besar seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan, 20 sampai 39 persen rumah tangganya membeli susu. Padahal produksi susu dominan di Pulau Jawa dengankontribusi mencapai 98,34 persen, sementara dari luar Jawa hanya 1,66 persen.

Pemenuhan kebutuhan susu rupanya bukan milik kelas rumah tangga dengan tingkat pengeluaran tertentu. Dalam pengelompokan rumah tangga berdasarkan pengeluaran bulanan, mereka yang pengeluarannnya di bawah Rp2,5 juta per bulan, juga rutin beli susu meski persentasenya kecil.


Berdasarkan pengeluaran bulanan rumah tangga ini, distribusi jenis susu yang dibeli kian beragam. Semakin tinggi pengeluaran bulannya, semakin merata jenis susu yang dibeli. Susu kental manis masih jadi pilihan belanja rumah tangga di berbagai kelas.

Namun semakin tinggi pengeluaran, popularitas susu kental manis cenderung turun. Rumah tangga dengan pengeluaran di bawah Rp10 juta per bulan paling dominan membeli susu jenis ini, khususnya dengan pengeluaran di bawah Rp2,5 juta per bulan. Jenis susu bubuk selalu menjadi pilihan kedua untuk kategori ini.

Susu kental manis hanya kalah secara persentase di kalangan rumah tangga dengan pengeluaran Rp10 juta ke atas. Rumah tangga kelas ini, lebih banyak membeli jenis susu bubuk, sebanyak 54 persen. Persentase keluarga yang belanja susu kental manis sebanyak 46,2 persen, dan susu cair kemasan 26 persen.

Dalam tinjauan yang dilakukan Marketeers.com, salah satu penyebab tingginya penjualan jenis susu kental manis karena mudah dalam distribusi untuk semua kontur wilayah di Indonesia. Selain itu, masa kedaluwarsanya relatif lama plus harga yang lebih terjangkau.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...n-rumah-tangga

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Kekerasan oleh anggota polisi masih jadi sorotan

- Belanja online orang Indonesia tembus Rp75 triliun

- Saat siswa dasar meregang nyawa di sekolah