Kaskus

News

User telah dihapusAvatar border
TS
User telah dihapus
Susul Panglima Gatot Nurmantyo, Tito Karnavian Masuk Bursa Cawapres
Susul Panglima Gatot Nurmantyo, Tito Karnavian Masuk Bursa Cawapres

JawaPos.com - Pemilihan presiden (pilpres) masih dua tahun lagi. Namun, kontestasi perebutan kursi Istana mulai menghangat. Beberapa partai politik sudah unjuk dukungan kepada calon tertentu. Sementara itu, beberapa nama tenar juga mulai dielus-elus untuk masuk bursa kandidat Salah satu nama yang baru saja mencuat adalah Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Sosok kelahiran Palembang, 26 Oktober 1964, itu mengakui memang ada beberapa pihak yang memintanya terjun ke kancah Pilpres 2019. Salah satu skenarionya adalah menjadi calon wakil presiden (cawapres) berpasangan dengan Presiden Joko Wi­dodo (Jokowi).

Rupanya, dukungan dan iming-iming itu justru membuat Tito merasa tidak nyaman. Tak ingin terseret lebih jauh dalam pusaran isu politik praktis, mantan Kapolda Metro Jaya itu pun buru-buru meredam. "Saya tidak menanggapinya, saya tetap fokus bertugas sebagai Kapolri," ujar pria 52 tahun itu kemarin (5/8).

Menurut Tito, tanggung jawab sebagai Kapolri merupakan tugas yang berat sehingga dirinya tidak ingin terpancing masuk arena politik. "Saya tidak tertarik masuk dunia politik," tegas mantan Kapolda Papua tersebut.
 
Tito pun meminta semua pihak untuk menahan diri agar tidak menyeret namanya ke panggung politik. Apalagi, sebelumnya, Tito juga pernah menyampaikan keinginannya untuk pensiun lebih dini dari jabatan Kapolri. Dengan usia saat ini, Tito masih berpeluang menduduki kursi Kapolri hingga 2021 mendatang. Namun, pensiun dini itu dia sebut bukan untuk terjun di Pilpres 2019. "Saya lebih tertarik menjadi seorang pengajar daripada politikus," papar mantan Kadensus 88 Antiteror itu.

Susul Panglima Gatot Nurmantyo, Tito Karnavian Masuk Bursa Cawapres

Upaya cek ombak dengan memunculkan nama-nama tokoh yang kini masih menjabat tidak hanya dilakukan pada Tito. Sebelumnya, nama Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo juga sering dielus-elus sebagai calon kandidat cawapres atau bahkan capres.

Sumber Jawa Pos di Istana Kepresidenan menyebutkan, nama Gatot memang beberapa kali disebut dalam pembicaraan informal. Namanya masih ditimang-timang dan peluangnya dikalkulasi untuk menjadi cawapres mendampingi Jokowi pada 2019 nanti.

Di beberapa survei lembaga konsultan politik, nama Gatot juga sering muncul, baik sebagai calon presiden maupun calon wakil presiden. Karena itu, seiring munculnya suara-suara yang mendukung Tito Karnavian seba­gai cawapres pada 2019, namanya pun diprediksi mulai diperhitungkan dalam survei-survei politik mendatang.

Rupanya, selain Kapolri, beberapa perwira tinggi (pati) Polri lainnya disebut-sebut bakal meramaikan ajang Pilkada 2018 nanti. Beberapa nama yang muncul adalah Dankorbrimob Irjen Murad Ismail, Kapolda Jawa Barat Irjen Anton Charliyan, dan Kapolda Sumatera Utara Irjen Paulus Waterpau.

Murad Ismail rencananya maju sebagai calon gubernur Maluku. Anton Charliyan dikabarkan maju sebagai calon gubernur di daerah sendiri, Jawa Barat. Sedangkan Paulus Waterpau juga akan bersaing menjadi calon gubernur Papua, daerah asalnya.

Dankorbrimob Irjen Murad Ismail mengakui memang memiliki rencana untuk maju sebagai calon kepala daerah di Maluku. "Maluku ini perlu diperbaiki," ujarnya.

idr/c17/owi

Sumur : http://www.jawapos.com/read/2017/08/...bursa-cawapres

Luar biasa menjelang pemilu 2019, setelah sukses membubarkan Ormas HTI lewat perppu karena kepanikan dan juga sudah menggolkan RUU pemilu 2019 yang sangat kontroversial menjadi UU pemilu 2019, kini JKW dan para pendukungnya kebanjiran dukungan, beberapa parpol jauh-jauh hari pun sudah mendeklarasikan dukungan kepada JKW, seperti Nasdem, Hanura, Golkar, PPP dan terakhir Perindo, dan mungkin tidak lama lagi menyusul PSI. Bukan itu saja bahkan JKW juga diberikan banyak opsi terkait siapa sosok cawapresnya yang akan mendampinginya mulai dari Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Kapolri Tito Karnavian hingga, Ketua Umum PKB Cak Imin hingga 1 dari 9 Srikandi2 Mentrinya,serta si Ngahog emoticon-Shutup, dan tentu hal itu disambut dengan Sumringah dan sorak sorai bagi Jokower dan Ahokers, tapi anehnya PKB masih belum mendeklarasikan dukungan kepada JKW . Jokower dan Ahoker tidak sadar. Padahal dukungan itu hanya di level ellit bukan dilevel akar rumput.

Kini hari-hari di kubu JKW dihiasi dengan sosok-sosok siapa yang layak untuk menjadi cawapres yang akan mendampingi JKW di pemilu 2019 kelak, ada yang menginginkan Gatot, Tito, SIM, Puan, Susi, dan Ngahog. Over Pede bakalan akan memenangkan pemilu serentak 2019 yang masih +- 2 tahun lagi, hingga melupakan apa itu Nawacita dan Tri sakti dari JKW, dan isu2 seperti kesenjangan sosial-ekonomi, hutang LN, dan bahkan sudah mulai acuh terhadap penegakan Hukum. Itulah Jokower dan Ahoker. Btw soal pencawapresan Tito bilang tidak mau masuk dalam kancah politik dan akan tetap fokus menjadi Kapolri hingga usai.

Nah pemandangan yang sangat berbeda terlihat dikubu Oposisi, Gerindra misalnya setelah kemenangan yang tak disangka-sangka di pilkada DKI Jakarta kemarin, mereka tidak mau terlena akan euforia kemenangan itu, mereka sadar betul bahwa mengalahkan petahana ( JKW ) tidaklah mudah, butuh banyak strategi khusus dan jurus jitu dalam Menapaki pemilu 2019 demi meraih kemenangan, jika dicermati benar langkah mereka benar2 sangat berhati-hati, pelan tapi pasti, dan teratur, serta bekerja dengan sungguh2, mereka tidak mau ikut2an berbicara soal pemilu 2019, siapa capres dan siapa cawapres dan untuk sementara juga tidak terlihat adanya deklarasi dukungan yang mengalir ke Gerindra dari partai2 yang berseberangan dengan rezim JKW, baik dari PAN, Demokrat hingga sekutu abadinya PKS.

Mereka ( Gerindra ) strategi dan persiapannya memang briliant, mereka secara militin membangun galangan dan dukungan dari rakyat bawah yang kecewa akan rezim JKW, mereka juga membuka akun resmi di instagram dan membuat aplikasi MasGar, demi menggaet kawula muda, dan demi pemilu 2019, mereka rela mengalah bukan kalah di pembahasan UU pemilu kemarin, keluar dari angket KPK, setiap kader mencoba mencekram dengan kuat wilayahnya masing2, menggelar baksos, menggelar bazar sembako murah ( bukan bagi2 sembako) dan fokus memenangkan pilkada serentak 2018 utamanya pilkada di Jawa ( Jabar, Jateng, Jatim ), Jakarta, Banten sudah mereka kuasai, Tinggal Jawa. Ditambah setelah itu dengan bantuan SBY yang terkenal akan ahli streteginya di saat yang tepat maka dengan manuver2nya SBY bisa merayu Golkar dan PKB yang sudah mulai kecewa kepada kebijakan JKW, untuk bergabung di koalisinya dengan Gerindra. PKB dengan figur Cak Imin yang juga keturunan pendiri NU, kini PKB semakin kuat.

PKB pada pemilu 2014 adalah satu2nya partai dengan berbasis agama yang mendukung JKW, hingga JKW menang. Jika Jawa dikuasai Gerindra dan dengan kondisi Golkar yang sekarang dan jika tidak bisa segera diperbaiki oleh para King Maker pendukung JKW maka Golkar bisa jatuh ketangan SBY-PS dan beberapa partai islam dan ditambah PKB bergabung bisa jadi pada pemilu 2019 JKW kalah.
Diubah oleh User telah dihapus 07-08-2017 20:53
0
3.1K
22
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan