Hikmah, nama salah satu anggota Pasukan Palang Hitam, pernah menyelamatkan mayat dalam kondisi pecah. Dan Hikmah serta timnya pertama kali turun ke lapangan mengangkat jenazah orang-orang tak dikenal, tanpa identitas dan tidak memiliki keluarga. Ada mayat yang sangat berat diangkat padahal mayat itu bertubuh kurus, sebaliknya ada mayat bertubuh gemuk malah ringan diangkat.

"Kalau jenazah kurus biasanya berat banget diangkatnya. Pernah ada jenazah pecandu narkoba, dia kurus dan mati karena over dosis. Kata warga sebelum mati, dia sempat main sama WTS (wanita tuna susila). Pas diangkat beratnya minta ampun, saya enggak kuat, akhirnya saya nyerah, minta tolong orang laki yang ngangkat. Pas orang laki yang ngangkat juga begitu, berat bener, dia juga enggak kuat. Jadi berat enggaknya jenazah tergantung amal perbuatannya semasa hidup," tutur Hikmah.


Cerita ke dua.
Setelah beberapa bulan di lapangan sebagai penyisir jenazah. Hikmah akhirnya menjadi team ke-2 yang bertugas untuk merawat, memandikan, mendandani, dan mengantarkan jenazah ke liang Lahat. Ada salah satu cerita unik yang ditemuinya saat ia memandikan jenazah yang diambil dari sebuah panti sosial, Jakarta. Hikmah mengurus dan memandikan seorang jenazah seorang ibu yang baru melahirkan, namun jenazah tersebut mengidap HIV Aids. "Waktu itu mandiinnya di RSUD Tarakan. Dia baru ngelahirin anaknya yang juga tertular HIV. Karena darahnya banyak banget, saat itu saya ngerawatnya asal-asalan aja, sampai ada beberapa organ dalamnya yang tidak bersih saya cuci, karena saat itu saya merasa geli," kenang Hikmah. "Eh..malemnya dia datengi saya, enggak pake baju, orangnya yang tadi siang saya mandiin. Dia mainin keranjang baju, naik-turun. Nah tuh keranjang baju, naik-turun, enggak taunye dia yang mainin. Trus saya bilang, maafin deh bukannya saya tadi enggak mau mandiin. Maafin deh ye, abis ngomong gitu arwahnya hilang, udah enggak nongol lagi," kenangnya.
"Seminggu kemudian anaknya yang kemarin dilahirin meninggal. Udah deh saya urusin sebersih mungkin, daripada emaknya datang lagi ke rumah gue," tutur Hikmah dengan logat betawinya yang kental.

Cerita ke tiga.
"Pernah waktu itu mandiin jenazah yang punya penyakit gula. Kakinya ada koreng dalem, diperban. Terus saya pikir, udah dibersihin aja. Tapi enggak usah dibuka perbannya, abis kan korengan. Saya sempet geli, Mas. Dalam perjalanan ke kuburan, di dalam mobil tau-tau itu kurung batang (keranda) kebuka sendiri, nah saya kaget, enggak ada angin, enggak ada goyangan hebat, tau-tau kurun batang kebuka sendiri, abis itu besoknya saya sakit keras selama 3 hari enggak bisa bangun," ujarnya mengenang. Setelah kejadian tersebut, Hikmah mengaku kapok dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama seperti yang pernah ia buat kepada jenazah wanita yang baru melahirkan atau terhadap jenazah yang memiliki penyakit koreng, meski kondisi jenazahnya penuh balutan perban.