- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Wuiih! Bappenas Terinspirasi Go-Jek, Bakal Gali Ide Inovatif Pengusaha


TS
imiimi
Wuiih! Bappenas Terinspirasi Go-Jek, Bakal Gali Ide Inovatif Pengusaha

Quote:
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) Bambang PS Brodjonegoro mengaku, akan lebih getol menggali ide-ide pembangunan yang lebih inovatif dari kalangan pelaku usaha.
Hal ini dikarenakan banyak pelaku usaha yang mampu mencetak pembangunan ekonomi dan berkontribusi pada perbaikan ketimpangan dan kemiskinan masyarakat.
“Karena solusi mengatasi kemiskinan dan ketimpangan itu bisa datang dari dunia usaha dan kalangan di luar pemerintah,” ujarnya di kantornya, Jumat (4/8).
Salah satu ide bisnis yang diapresiasi, yakni Gojek, yang dianggap berhasil memberi kontribusi pada pembangunan dan penurunan ketimpangan melalui kehadiran transportasi berbasis aplikasi yang diusung sejak 2010 silam.
Menurut dia, ide pengurangan ketimpangan dari Gojek tersebut murni berawal dari ide bisnis yang tercipta lantaran kebutuhan yang besar dari masyarakat akan transportasi yang cepat dan memudahkan masyarakat, yaitu ojek motor.
Selain itu, tingkat keakraban masyarakat dengan ojek sangat tinggi yang tercermin dari data penjualan sepeda motor yang tinggi. Terakhir, jumlah masyarakat yang besar, sehingga membuat pasar menjadi luas.
Gojek tercatat menyerap banyak tenaga kerja, sekaligus memberikan kesempatan bagi masyarakat memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang lebih pasti. Bahkan, juga memberikan jaminan keamanan bagi pekerja.
“Tadinya, sewa sepeda motor, sekarang pegawai Gojek sudah dengan pekerjaan yang sama, penghasilan yang lebih tetap, kualitasnya meningkat. Itu bukan program pemerintah, tapi ide usaha yang bisa berkontribusi,” kata Bambang.
Baca:
Larang Gojek Beroperasi, Walikota Salatiga Dipetisi dan Ramai Dicibir Netizen
Taksi Online Masih Miliki Keunggulan dari Konvensional, Apa Itu?
Namun begitu, ide-ide bisnis yang mampu berdampak pada pembangunan dari kalangan pengusaha tetap harus disaring oleh pemerintah. Pasalnya, di satu sisi ada bayang-bayang kekhawatiran bahwa pesatnya teknologi justru juga memberi peluang bagi tumbuhnya ketimpangan.
“Contoh daftar 10 orang terkaya di dunia itu di bidang teknologi, misal miliarder pemilik Google, Facebook, Amazon. Mereka tambah kaya itu. Jadi, teknologi juga harus diwaspadai karena bisa menciptakan ketimpangan di sektor lain,” ucap Bambang.
Saat ini, tingkat ketimpangan (gini ratio) Indonesia sebesar 0,393. Angka ini membaik dari tahun lalu sebesar 0,397 dan 2015 sebesar 0,408. Sementara per Maret 2016, struktur konsumsi menurut kelompok ekonomi terbagi atas 46,41 persen dari 20 persen kalangan ekonomi atas, 36,47 persen dari 40 persen kalangan menengah, dan 17,12 persen dari kalangan terbawah.
(cnn/tow)
Hal ini dikarenakan banyak pelaku usaha yang mampu mencetak pembangunan ekonomi dan berkontribusi pada perbaikan ketimpangan dan kemiskinan masyarakat.
“Karena solusi mengatasi kemiskinan dan ketimpangan itu bisa datang dari dunia usaha dan kalangan di luar pemerintah,” ujarnya di kantornya, Jumat (4/8).
Salah satu ide bisnis yang diapresiasi, yakni Gojek, yang dianggap berhasil memberi kontribusi pada pembangunan dan penurunan ketimpangan melalui kehadiran transportasi berbasis aplikasi yang diusung sejak 2010 silam.
Menurut dia, ide pengurangan ketimpangan dari Gojek tersebut murni berawal dari ide bisnis yang tercipta lantaran kebutuhan yang besar dari masyarakat akan transportasi yang cepat dan memudahkan masyarakat, yaitu ojek motor.
Selain itu, tingkat keakraban masyarakat dengan ojek sangat tinggi yang tercermin dari data penjualan sepeda motor yang tinggi. Terakhir, jumlah masyarakat yang besar, sehingga membuat pasar menjadi luas.
Gojek tercatat menyerap banyak tenaga kerja, sekaligus memberikan kesempatan bagi masyarakat memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang lebih pasti. Bahkan, juga memberikan jaminan keamanan bagi pekerja.
“Tadinya, sewa sepeda motor, sekarang pegawai Gojek sudah dengan pekerjaan yang sama, penghasilan yang lebih tetap, kualitasnya meningkat. Itu bukan program pemerintah, tapi ide usaha yang bisa berkontribusi,” kata Bambang.
Baca:
Larang Gojek Beroperasi, Walikota Salatiga Dipetisi dan Ramai Dicibir Netizen
Taksi Online Masih Miliki Keunggulan dari Konvensional, Apa Itu?
Namun begitu, ide-ide bisnis yang mampu berdampak pada pembangunan dari kalangan pengusaha tetap harus disaring oleh pemerintah. Pasalnya, di satu sisi ada bayang-bayang kekhawatiran bahwa pesatnya teknologi justru juga memberi peluang bagi tumbuhnya ketimpangan.
“Contoh daftar 10 orang terkaya di dunia itu di bidang teknologi, misal miliarder pemilik Google, Facebook, Amazon. Mereka tambah kaya itu. Jadi, teknologi juga harus diwaspadai karena bisa menciptakan ketimpangan di sektor lain,” ucap Bambang.
Saat ini, tingkat ketimpangan (gini ratio) Indonesia sebesar 0,393. Angka ini membaik dari tahun lalu sebesar 0,397 dan 2015 sebesar 0,408. Sementara per Maret 2016, struktur konsumsi menurut kelompok ekonomi terbagi atas 46,41 persen dari 20 persen kalangan ekonomi atas, 36,47 persen dari 40 persen kalangan menengah, dan 17,12 persen dari kalangan terbawah.
(cnn/tow)
Subhanallah

0
1.1K
Kutip
10
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan