- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Etika Guru dalam Pandangan KH. Hasyim Asy'ari


TS
fajarnews17
Etika Guru dalam Pandangan KH. Hasyim Asy'ari

Oleh : Achmad Nasrudin, S.Pd.I, M.Pd.*
Selama ini, nama KH. Hasyim As’ary dikenal sebagai sosok ulama besar dari Jawa Timur, pahlawan Nasional dan pendiri jam’iyyah Nahdhatul Ulama (NU). Akan tetapi, belum banyak yang mengetahui bahwa beliau adalah tokoh dan pemikir dalam dunia pendidikan. Selama hidupnya, selain betindak sebagai pengesuh pesantren, ternyata Beliau juga menulis kitab panduan pendidikan dan pengajaran yang dapat selalu “hidup” untuk diteladani bagi dunia pendidikan modern. Mutiara pemikiran KH. Hasyim dalam bidang pengajaran tertuang dalam kitab Adab Alim wal Muta’alli. Melalui tulisan singkat ini, saya ingin menggali buah pikir beliau etika guru dalam mendidik.
Dalam konteks Pendidikan Indonesia dewasa ini, tuntutan menjadi guru profesional adalah sebuah keniscayaan. Dimana penguasaan terhadap empat aspek kompetensi harus melekat pada sosok guru. Baik itu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional harus sama-sama bersinergi didalam usaha mewujudkan tujuan pendidikan. Jadi Keseluruhan etika guru yang disampaikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari tersebut sangat relevan untuk diterapkan tentunya dengan peningkatan-peningkatan konsep yang lebih riil dan menjawab tantangan dan tuntutan zaman yang selalu berubah. Profil guru yang professional (meminjam istilah guru pada perkembangan pendidikan sekarang) menurut K.H. Hasyim Asy’ari adalah sosok yang dapat menampilkan dan memenuhi aspek-aspek lahiriyyah dan bathiniyyah secara sekaligus.
Etika atau ethics berasal dari kata Yunani, yakni ethos artinya kebiasaan. Etika membicarakan kebiasaan (perbuatan), tetapi bukan menurut arti tata-adat, melainkan tata-adab, yaitu berdasar pada inti sari/sifat dasar manusia; baik buruk. Ketika sinonim dengan moral dan akhlak. Etika berasal dari bahasa latin, ethos yang berarti “kebiasaan”, moral berasal dari bahasa latin juga, mores yang berarti “kebiasaannya”. Adapun akhlak berasal dari bahasa arab, Akhlak bentuk jamak dari mufradnya khuluq yang berarti “budi pekerti”. (Kahar Masyhur, 1994).
K.H. Hasyim Asy’ari menggunakan kata ‘alim untuk menyebut pengajar atau seorang guru. Istilah ‘alim yang digunakan oleh K.H. Hasyim Asy’ari menggambarkan sosok orang yang benar-benar telah memahami ilmu yang akan diajarkannya. Secara tinjauan makna bahasa ‘alim berasal dari kata ‘alima yang berarti mengetahui. Dan mu’allim adalah orang yang mengajarkan ilmunya. Jadi kata ‘alim dapat dimaknai sebagai sifat pribadi yang melekat pada seseorang sebagai ahli ilmu, sedangkan mu’allim adalah profesi yang dilakukan didalam menyampaikan ilmunya (mengajar).
Dalam pandangan K.H. Hasyim Asy’ari guru adalah sosok yang memiliki peran sentral dan sangat penting didalam proses Etika Guru dalam Pandangan KH. Hasyim Asy'ari http://nusantaranews.co/etika-guru-d...hasyim-asyari/
0
959
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan