

TS
oodrixneo
(In Progress) Kumpulan Luapan Rasa Dalam Aksara

Welcome to my Thread
Kumpulan aksara ini nyata luapan rasa, yang ku dedikasikan untuk Adinda.
Karena bibir terlalu kaku untuk berucap, juga batin terlampau segan ungkapkan, apa salahnya jika ku tuangkan dalam aksara.
Jika berkenan cendol gan

Spoiler for 1:
Antara Adinda dan Langit
Untuk langit beserta isinya yang jujur ungkapkan rasa
Saat lara jiwamu, kau curahkan peluh air mata itu kebumi.
Saat tentram jiwamu, hangat mentari masuk merasuk tak terhalang awan hingga terlihat indah birumu.
Untukmu Adinda, Pandanglah langit itu. Curahkanlah sedih dalam tangismu bagai langit turunkan hujan
yakinlah ada pelangi sesudahnya.
Lihatlah Jingga langit di diujung cahaya timur itu
Matahari senja dengan jujur dan lugas dia tegaskan untuk pamit, sejenak singgah menuju belahan bumi lainnya.
Andai dirimu sejujur langit..
Adinda, Jika ingin akhiri jangan berikan khianat.. Takkan gila hamba dibuatmu, keparat..
-Suatu hari yang mendung diujung barat pulau Jawa 29 Mei 2016
Spoiler for 2:
Hujan Senja Itu
Di sudut kedai kopi, milik koloni kapitalis
Di balik Kaca jendela kupandang rintik air mata langit, menangis.
Di dalam batinku, semesta seolah tersenyum miris melihat rasa rinduku, pedih meringis.
Remang cahaya senja hiasi semesta
Menyelip menyelusup, berpadu rintik air mata langit terjun basahi bumi.
Melayang jiwaku dalam alam pikirku
Bangkitkan memori dalam emosi, hanyut dalam ketakterbatasan imaji.
Bolehkah barang sejenak aku ijin kepada semesta,
Untuk menjeda perputaran waktu?
Ketika Langit menggoreskan takdir mempertemukan kembali kita
Dimana jiwaku mendamba hangat genggam tanganmu, dalam ruang dunia ku yang dingin membeku.
-Semarang, 28 Juli 2017.
Ketika Penentuan Takdir Anak Negara Telah Genap
Spoiler for 3:
Teruntuk Adinda yang memberi cintanya dengan tulus selama kurang lebih setahun, yang kuharap akan terus berlanjut menuju pengakhiran yang jadi awal titik balik hidup bersama seumur hidup...
Adinda, aku bukan orang yang terbuka mengekspresikan perasaanku, bahkan kurasakan sendiri bahwa jiwaku beku terbelenggu. Dingin. Mungkin kau rasa datar hubungan kita, bisa jadi kau rasakan titik jenuh lalu cari pelarian dari kekeringan hatimu akan romansa.
Maafkan Adinda. Maafkan jika berkirim kabar maupun bertukar dengar-bicara lewat layar 5 inchi itu sangat istimewa bagimu, Maafkan jika perhatian ini terlalu kaku hingga kau anggap basa basi warung kopi.
Andai kau tau, jika lautan kujadikan tinta, takkan habis kutuliskan rindu ini untukmu. Maafkan aku adinda, seringkali rindumu bergumpal menumpuk, aku abaikan rasamu karena aku ada didalam ruang lain dimana dirimu tidak kusertakan didalamnya. Bukannya aku tidak pengertian, Bukan juga karena engkau bukan prioritasku. tapi jika kulalaikan kerjaku, akan ada teriak darah dari nyawa tak bersalah yang terangkat naik ke nirwana. Andai aku pengangguran, akankah kau masih mau hidup bersama denganku? Aku punya banyak waktu untuk menjejalkan perhatian, seperti halnya bertanya tuntaskah kau makan siang tanpa membawa bekal untukmu. Maaf Adinda, aku tidak suka ulur waktu, aku tidak biasa basa-basi. Jika kau ingin perhatianku, tidak akan ku lontarkan tanya-jawab konyol makan siang itu, aku lebih pilih untuk menjemputmu sendiri atau ku antarkan makan siang itu, dimana kita duduk makan bersama bercerita tentang impian bersama tentang masa depan.
Adinda, Aku diajarkan untuk dapat menahan rasa sakit fisik dan menempa mental, dimana secara lahir dan batin diharapkan siap untuk pertempuranku melawan dunia. Namun tidak pernah setitikpun aku diajar untuk menahan rasa rindu yang memberontak perlahan menyeruak di dada ini seperti halnya perasaanku sekarang kepadamu.
Adinda, sekarang genggaman tanganmu dan tanganku terlepas karena jarak dan waktu yang makin merentang, namun kumohon, tetaplah menggenggamku dalam hatimu sebagaimana aku menggenggam memori tentangmu dalam sanubari ku. Ijinkan aku untuk selami relung batinmu, mampir sejenak mengetuk pintu hatimu untuk memastikan aku ada disana.
Adinda, lautan kehidupan tidak selamanya tenang. Akankah engkau bertahan berjuang bersamaku melawan ombak arus kehidupan ini saat ada yang ingin menggoyahkan kita dimana kita saling menjaga agar kita tidak terpisah ; tenggelam didalamnya? Dalam senang maupun susah, akankah dirimu dan diriku tetap tabah saling mendukung untuk maju melangkah lewati kecut manisnya kehidupan?
Satu hal yang kau harus kau tahu Adinda, aku mengasihimu dalam cinta kasih yang Tuhan Anugerahkan untuk manusia. Tuhan menyertaimu, Tuhan menyertai kelanjutan cerita kita berdua. Semoga tiba waktunya saat aku dan kamu berdiri diatas altar didepan pendeta saat pemberkatan nikah kita kelak.
-Dari Seorang lelaki yang menyerahkan Hidupnya untuk negara, namun hatinya tertaut untuk sang Adinda-
Semarang, 13 April 2017
Untaian kata yang tak tersampaikan
Adinda, aku bukan orang yang terbuka mengekspresikan perasaanku, bahkan kurasakan sendiri bahwa jiwaku beku terbelenggu. Dingin. Mungkin kau rasa datar hubungan kita, bisa jadi kau rasakan titik jenuh lalu cari pelarian dari kekeringan hatimu akan romansa.
Maafkan Adinda. Maafkan jika berkirim kabar maupun bertukar dengar-bicara lewat layar 5 inchi itu sangat istimewa bagimu, Maafkan jika perhatian ini terlalu kaku hingga kau anggap basa basi warung kopi.
Andai kau tau, jika lautan kujadikan tinta, takkan habis kutuliskan rindu ini untukmu. Maafkan aku adinda, seringkali rindumu bergumpal menumpuk, aku abaikan rasamu karena aku ada didalam ruang lain dimana dirimu tidak kusertakan didalamnya. Bukannya aku tidak pengertian, Bukan juga karena engkau bukan prioritasku. tapi jika kulalaikan kerjaku, akan ada teriak darah dari nyawa tak bersalah yang terangkat naik ke nirwana. Andai aku pengangguran, akankah kau masih mau hidup bersama denganku? Aku punya banyak waktu untuk menjejalkan perhatian, seperti halnya bertanya tuntaskah kau makan siang tanpa membawa bekal untukmu. Maaf Adinda, aku tidak suka ulur waktu, aku tidak biasa basa-basi. Jika kau ingin perhatianku, tidak akan ku lontarkan tanya-jawab konyol makan siang itu, aku lebih pilih untuk menjemputmu sendiri atau ku antarkan makan siang itu, dimana kita duduk makan bersama bercerita tentang impian bersama tentang masa depan.
Adinda, Aku diajarkan untuk dapat menahan rasa sakit fisik dan menempa mental, dimana secara lahir dan batin diharapkan siap untuk pertempuranku melawan dunia. Namun tidak pernah setitikpun aku diajar untuk menahan rasa rindu yang memberontak perlahan menyeruak di dada ini seperti halnya perasaanku sekarang kepadamu.
Adinda, sekarang genggaman tanganmu dan tanganku terlepas karena jarak dan waktu yang makin merentang, namun kumohon, tetaplah menggenggamku dalam hatimu sebagaimana aku menggenggam memori tentangmu dalam sanubari ku. Ijinkan aku untuk selami relung batinmu, mampir sejenak mengetuk pintu hatimu untuk memastikan aku ada disana.
Adinda, lautan kehidupan tidak selamanya tenang. Akankah engkau bertahan berjuang bersamaku melawan ombak arus kehidupan ini saat ada yang ingin menggoyahkan kita dimana kita saling menjaga agar kita tidak terpisah ; tenggelam didalamnya? Dalam senang maupun susah, akankah dirimu dan diriku tetap tabah saling mendukung untuk maju melangkah lewati kecut manisnya kehidupan?
Satu hal yang kau harus kau tahu Adinda, aku mengasihimu dalam cinta kasih yang Tuhan Anugerahkan untuk manusia. Tuhan menyertaimu, Tuhan menyertai kelanjutan cerita kita berdua. Semoga tiba waktunya saat aku dan kamu berdiri diatas altar didepan pendeta saat pemberkatan nikah kita kelak.
-Dari Seorang lelaki yang menyerahkan Hidupnya untuk negara, namun hatinya tertaut untuk sang Adinda-
Semarang, 13 April 2017
Untaian kata yang tak tersampaikan
Spoiler for 4:
Karena Jarak kita Sejauh Doa
Kasihku, takkan ku lupa saat tangan ini ada dalam genggamanmu
Masih terasa hangat pundakku tempat dirimu menyandar mesra
Dengan roda dua butut ini, kita susuri jalanan kota kecil itu
Untuk sekedar menikmati angin malam, membisikan seribu harapan kita kepada langit untuk cerita hidup kita bersama.
Tidakkah menyesalkah kau menyita waktu dan perhatianmu untuk ku?
Ketika jarak dan waktu akan jadi godaan untuk kita kelak saat diriku hidup di rantau?
Dengan tulus, kudengar ucap mesra dari bibirmu
"Jarak dan waktu... Jika semesta berkenan kita bersama, biarlah hal itu terjadi. Semakin jauh dirimu melangkah, semakin besar rinduku yang kelak akan ku curahkan ketika langit ijinkan kita bertemu kembali. Kumohon, jagalah dirimu sebagaimana kau jaga hatiku dalam dirimu."
5 bulan kemudian...
Inginku teriakkan rindu ini kepada langit
Untuk ku nikmati pantulan gemanya
Berharap sosokmu hadir terselip diantara gema suaranya
Ketika jarak dan waktu jauh terentang
Saat layar 5 inchi itu belum mampu puaskan renjanamu
Tunduklah, tengadahkan tanganmu, bisikanlah namaku dalam doamu kepada sang khalik sebagaimana namamu ku sebut dalam curahan hatiku kepada-NYA.
Karena jarak kita, hanya sejauh doa...
-Semarang, Akhir Tahun 2016.
Dari pecandu rindu yang sedang sakaw karena sang Adinda, yang berharap takkan pernah sembuh dari adiksinya sampai mati
Spoiler for 5:
Adinda, apa artinya cinta itu bagimu?
Apakah sebuah kompetisi tentang siapa paling banyak memberi atensi?
Apakah itu seperti debt collector, Memburu perhatian menyita waktu?
Adinda, jika kau tanyakan padaku arti cinta itu seperti apa...
Cinta Itu seperti senggama
Sakit dan perih..
Jika memaksa dan dipaksa
Untuk dituai sebelum matang
Hangat dan nikmat..
Jika cinta murni berkuasa diatasnya
Saat kedua insan bertaut merindu berselimut nafsu
-Semarang, 1 Agustus 2017.
Pecandu rindu yang hobi bermain sabun batang
Apakah sebuah kompetisi tentang siapa paling banyak memberi atensi?
Apakah itu seperti debt collector, Memburu perhatian menyita waktu?
Adinda, jika kau tanyakan padaku arti cinta itu seperti apa...
Cinta Itu seperti senggama
Sakit dan perih..
Jika memaksa dan dipaksa
Untuk dituai sebelum matang
Hangat dan nikmat..
Jika cinta murni berkuasa diatasnya
Saat kedua insan bertaut merindu berselimut nafsu
-Semarang, 1 Agustus 2017.
Pecandu rindu yang hobi bermain sabun batang
Spoiler for 6:
Selongsong peluru Tuhan
Ngeri kudengar teriaknya..
Ketika laras baja itu muntahkan timah..
Sang penggenggam bedil itu pun berteriak dengan jumawa..
Berseru memanggil nama penciptaNYA..
Ingin keluar isi perutku..
Mencium aroma amis..
Diantara puing pertempuran ini..
Jasad tanpa kepala..
.
Digantung
.
Terbalik..
.
Bagai binatang pedaging
Dirumah jagal..
Seolah-olah semua itu akan membuat DIA menari kegirangan..
mendengar teriak nyawa dalam darah..
Yang ke tanah tertumpah..
Bolehkah aku protes? Bukan denganmu saudaraku..
Namun kepada Tuhan..
Kalau halal darah kami yang percaya kepadamu..
Lantas demi kemuliaan namaMU ditumpahkan..
Mengapa Engkau hembuskan nafas.. kepada abu tanah ini?
Yang pada akhirnya..
Oleh karena meyakini Tuhannya dalam nama lain..
nyawaku diburu..
Demi nama tuhan mereka..
Diujung mata belati..
Dalam selongsong peluru..
Mereka mencari kehadiran tuhannya...
-Menunggu pagi di Warung Kopi, Semarang awal bulan Agustus 2017.
Spoiler for 7:
Andai kau tau, betapa terberkati diriku
Dapat dipertemukan dengan sosok bidadari
Mungkin parasnya tidak seindah putri
Mungkin senyumnya tidak sehangat mentari.
Namun,
Dia..
Sederhana..
Sesederhana dirinya mencintai, sesederhana dirinya ingin dicintai.
Dia..
Baik Hati..
Dia begitu baik hati, dan dengan berbaik hati ia mau menambatkan hatinya dalam kekosongan dihatiku.
Dia..
Tulus..
Berbagai kekurangan disegala hal dalam hidupku, ia mau menerima semua dengan tulus.
Ia akan berjuang dengan tulus demi hati yang Ia titipkan, sebagaimana Ia ingin melihat ketulusan diriku memperjuangkan dirinya.
Dia itu adalah, kamu.. Adinda
-Keparat ini belum bisa tidur pada pukul 03.19 Wib, Sebelas Juni duaribu tujuh belas di bagian tengah pulau Jawa
Spoiler for 8:
Tatap matamu begitu dalam adinda
Lebih-lebih isi hatimu
Saking dalamnya, Tak ada yang sanggup selami hingga dasarnya
Ijinkan aku, bertaruh dengan maut
Menyelami isi hati dan benakmu hingga kedasar lintas realita dan imaji mu
Andai aku mati lemas, Paling tidak jasadku kekal dalam hatimu.
-Bagian Utara Jawa tengah, 29 Juli '17
Spoiler for 9:
Usah kau risaukan bagaimana dan kapan aku mencapai ujung usiaku
Cepat atau lambat Jiwaku akan datang sendiri dirangkul olehNYA
Kalau DIA ijinkan ku memilih jalan untuk masuk kedalam FirdausNYA
Aku ingin..
Antara kanker akibat hembusan tembakau ku atau biji timah panas yang menembus dadaku
Biarlah Jasadku memilih cara yang damai untuk diriku sendiri
-Ketika Pikiran dan nurani berontak dalam batin mencoba berhenti adiksi tembakaunya, 14 Agustus '17
Spoiler for 10:
Kembali, timur fajar tenggelam
keparat jalanan ini gundah
Larut dalam batinnya seraya cahaya merayap pudar disela gelap meredup
Dalam pikir ia berbatin
"akankah jasad ini beserta nyawa dan harapannya masih diijinkan semesta menatap temaram senja ini untuk besok dan seterusnya?"
Sayup suara mesra semesta berbisik
"Jika langit berkenan, maka terwujudlah asa mu, Nak"
Si keparat tersenyum, menyeka kembali peluh yang muncul di pelupuk mata
Dengan segenap mimpi, memupuk kembali harapan yang hampir pupus.
Adinda, Jika boleh hatiku jujur..
Kaulah Senja ku, Ingin ku nikmati indahmu walau hanya sekejap
Walau ragamu tidak dapat ku peluk
Namun apa salahnya aku berharap muluk-muluk?
"Temaram senja, janganlah membenciku"
Semarang, 18 Agustus '17
Ketika batin dan nurani sedang berontak
Spoiler for 11:
Tunggu sebentar adinda..
Tunggu..
Aku paham rasa pilu
Disaat tersayat rasa rindu
Diiris rapi rasa cemburu
Aku mengerti isi pikir dan batinmu
Telah lama jenuh menunggu
Bolehkah aku mengemis darimu
Meminta setitik harap akan sabarmu
Walau telah yakin niatmu
Untuk melepas apa yang telah lama digenggam?
Tunggulah sejenak adinda
Menunggu adalah proses
Proses adalah perjuangan
Pahit dijalani
Indah dituai
Persetan mereka bilang diriku budak cinta...
Jika hanya denganmu jiwaku damai...
Maka lebih baik aku pilih membusuk terkurung bersamamu dalam ruang itu..
Ruang Rindu
Adinda, mohon bertahanlah!
Utara Jawa tengah, 20 Agustus '17
Spoiler for 12:
Apa hal yang pasti dalam kehidupan?
Ketidakpastian hidup adalah hal yang pasti dalam kehidupan
Hidup memang penuh ketidakpastian
Namun maut, adalah hal pasti
Tiada yang abadi dalam hidup
Hari ini aku bernyawa, siapa yang tahu jika besok mungkin jadi jasad?
Segores aksara inipun, fana
Kelak terlupa, terlebih si penciptanya
Pantang bibir ini curahkan janji
Hidup bersama selamanya, kataku..
Enggan aku berutang, untuk suatu yang tidak pasti terlunaskan.
Namun adinda, kalau engkau berkenan
Sudikah engkau mengijinkanku
Menjadi teman hidupmu
Tak peduli lama atau sekejap
Sampai ujung usiaku
Sampai ujung usiamu
Sampai DIA berkata
"Pulanglah.. AKU rindu denganmu, anak-KU"
Senja di Alastua, 25 Agustus '17
Spoiler for 13:
Dewasa? Apakah itu mengenai segala hal tentang siapa yang paling berumur?
Umur bukanlah hitungan perkurangan eksistensi di dunia
Bukan pula sebagai ukuran kedewasaan
Dewasa itu adalah hal yang subjektif
Dimana kombinasi pengalaman dan penguasaan diri membuat sebuah kedewasaan itu nyata terlihat.
Ketika dirimu yang berumur mampu merendahkan hatimu mendengar nasehat nurani hasil buah tangan roh hikmat, disitulah saatnya semesta mengucapkan "Selamat menjadi dewasa, bajingan"
Spoiler for 14:
Gadisku..
Kalau ingin segera beranjak, silakan..
Aku pun tidak pernah mengharapmu menetap..
Gadisku..
Jika ingin melupakanku, silakan..
Aku pun tidak pernah mengemis minta diingat olehmu..
Sesederhana diriku datang, sesederhana itu pun kau melenggang pergi
Sesederhana itu, sesulit itu..
Spoiler for 15:
2 Raga
1 Rasa
Jutaan kenangan
Diubah oleh oodrixneo 28-10-2017 13:54
0
6.4K
Kutip
31
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan