ryan.manullangAvatar border
TS
ryan.manullang
Kumpulan Catatan Harian Ahmad Wahib


Ini adalah beberapa catatan harian Ahmad Wahib yang dituangkan dalam buku yang berjudul Pergolakan Pemikiran Islam. A. Wahib adalah seorang mahasiswa F.MIPA UGM angkatan 1961 dan aktivis pembesar HMI era 1961 hingga 1970an. Beliau meninggal akibat kecelakaan pada 31 Maret 1973.
Melalui beberapa catatan hariannya ini yang menuai pro dan kontra mungkin beberapa pergejolakan pemikirannya masih sangat relevan untuk kita kaji hingga saat ini.


Tuhan Maklumilah Aku

Tuhan, bisakah aku menerima hukum-hukum-Mu tanpa meragukannya lebih dahulu? Karena itu Tuhan, maklumilah lebih dahulu bila aku masih ragu akan kebenaran hukum-hukum-Mu. Kalau Engkau tak suka hal ini, beri aku pengertian-pengertian sehinga keraguan itu hilang dan cepat-cepatlah aku dibawa dari tahap keraguan-keraguan kepada tahap penerimaan.
Tuhan, mukarkah Engkau bila aku berbicara dengan-Mu dengan hati dan otak yang bebas, hati dan otak yang Engkau sendiri telah berikan padaku dengan kemampuan-kemampuan bebasnya sekali?
Tuhan, murkakah Kau bila otak dengan kemampuan-kemampuan mengenalnya yang engkau berikan itu menggunakan sepenuh-penuhnya kemampuan itu?
Tuhan aku ingin berbicara dengan engkau dalam suasana bebas. Aku percaya bahwa engkau tidak hanya benci pada ucapan-ucapan yang munafik, tapi juga benci pada pikiran-pikiran yang munafik, yaitu pikiran-pikiran yang tidak berani memikirkan yang timbul dalam pikirannya, atau pikiran-pikiran yang pura-pura tidak tahu akan pikirannya sendiri.
9 Juni 1969

Aku Bukan...

Aku bukan nasionalis, bukan katolik, bukan sosialis. Aku bukan Budha, bukan Protestan, bukan westernis. Aku bukan komunis. Aku bukan humanis. Aku adalah semuanya. Mudah-mudahan inilah yang disebut muslim. Aku ingin bahwa orang memandang dan menilaiku sebagai suatu kemutlakan (absolute entity) tanpa menghubung-hubungkan dari kelompok mana saya termasuk serta dari aliran apa saya berangkat.
Memahami manusia sebagai manusia
9 Oktober 1968

Aku Bukan Wahib

Aku bukan Hatta, bukan Soekarno, bukan Sjahrir, bukan Natsir, bukan Marx, dan bukan pula yang lain-lain. Bahkan... aku bukan Wahib. Aku adalah me-Wahib. Aku mencari, dan terus menerus mencari, menuju dan menjadi Wahib. Ya, aku bukan aku. Aku adalah meng-aku, yang terus menerus berproses menjadi aku.
Aku adalah aku, pada saat sakratul maut!
1 Desember 1969

Filsuf dan Agama

Seorang filsuf itu sebetulnya tidak perlu beragama dan tidak boleh beragama. Begitu dia beragama, begitu dia berhenti jadi filsuf. Untuk masing-masing filsuf itu biarlah ada “agama” sendiri-sendiri yang langsung dia sendiri bicarakan dengan Tuhan.
Saya pikir, agama-agama yang ada sebagai aturan-aturan sekarang ini adalah agama untuk orang-orang awam yang kurang berpikir atau yang telah merasa selesai dalam berpikir.
Kisahnya, atau malah ini kehebatannya, filsuf adalah orang yang selalu berada dalam krisis. Dan demi kesejahteraan dunia, tidak perlu semua orang tenggelam dalam krisis yang abadi.
25 Desember 1968

Ciri-ciri Apologia

Apakah ciri-ciri apologia? Pertama, kalau merasa diserang, yang bersangkutan akan menangkis atau membela diri. Kedua, kalau merasa akan diserang yang bersangkutan akan bikin “excuse” lebih dulu. Ketiga, ada kecenderungan membangkit-bangkitkan kembali hal-hal yang lama. Keempat, tidak jarang mengagung-agungkan kejayaan masa lampau. Dan kelima, normatif.
6 Pebruari 1970

Nabi Level Internasional

Saya heran mengapa Tuhan tidak menurunkan lagi seorang Nabi ke dunia ini. Apakah perbedaan kualitatif antara masa Isa dengan masa Muhammad jauh lebih besar dari pada masa Muhammad dengan masa abad 20?
Saya rindukan seorang Nabi yang bisa menjawab kemelut-kemelut idiil dalam “Islam” kini yang bisa berbicara dalam level internasional selain memiliki besluit internasional.
9 Pebruari 1970

Tuhan Egoistis?

Andaikata Tuhan sendiri juga berpendapat bahwa inti dari Islam itu tauhid, apakah itu tidak menunjukkan bahwa Tuhan itu egoistis?
Sayakira pertanyaan macam ini wajar-wajar saja. Bukan pertanyaan gila dan bukan pula pertanyaan sederhana.
29 Maret 1970

Kalimat-kalimat dalam Al-Quran Berasal dari Siapa?

Apakah kalimat-kalimat dalam Al-Qur’an itu memang asli dari Tuhan atau berasal dari Nabi Muhammad sendiri (dengan berdasar pada wahyu berupa “inspirasi sadar”) yang diterima dari Tuhan?
Kalau yang pertama yang terjadi, maka proses “ideation” akan sukar untuk dibenarkan, kata-kata Tuhan itu mesti tertuju pada seluruh ruang dan waktu baik harfiyah maupun maknawi!
9 April 1970

Hawa Nafsu yang Terkekang Menimbulkan Hipokrisi

Hawa nafsu itu harus dihargai dan disalurkan. Dia tak boleh ditentang, dilemahkan atau dibunuh. Kesalahan kita bangsa Indonesia, terutama umat Islam, selama ini melakukan “penjijikan” atau “memandang rendah” hawa nafsu dan selalu membawa slogan: harus ikhlas, sukarela, tanpa pamrih, tidak interest dan lain-lain. Padahal nafsu-nafsu pribadi merupakan motivasi-motivasi yang sangat berguna untuk memperoleh kemajuan. Dan dalam masa pembangunan sekarang ini justeru kita harus bisa mengeksploitir nafsu-nafsu itu untuk lancarnya pembangunan.
Bahaya dari pengekangan hawa nafsu ialah menimbulkan macam-macam kemunafikan. Jadi nafsu hendaknya diarahkan dan dikombinir dengan rasio (plus wahyu).
28 April 1970

Wahyu Turun Secara tak Langsung


Apakah setelah Muhammad wafat Tuhan tak lagi membimbing manusia? Ataukah Tuhan terus membimbing manusia? Saya yakin wahyu Tuhan turun terus secara tak langsung pada manusia-rnanusia yang berusaha sesudah Muhammad.
29 April 1970

Yang penting: Berbuat dan Bertanggungjawab!

Kalau kita berani berkata bahwa orang yang beragama non- Islam itu masuk neraka, atau seorang pencuri itu tak akan masuk syurga, maka hal itu berarti bahwa kita telah berani memegang jabatan Tuhan, sebab hanya Tuhanlah yang tahu ke mana tiap-tiap orang itu dimasukkan.
Yang penting bagi kita ialah berbuat dan bertanggung jawab. Kebenaran adalah sesuatu yang kita usahakan mendapati dan kesalahan adalah sesuatu yang kita usahakan menghindari. Dalam sikap demikian, maka kemungkinan melakukan kebenaran atau kesalahan adalah hirarkis di bawah pentingnya berbuat dan bertanggung jawab. Lebih baik bebuat, melakukan kesalahan dan bertanggung jawab daripada takut bertanggung jawab sebab selalu ragu tentang kebenaran tindak dan karenanya tak pernah berbuat apa-apa.
6 Mei 1970

Gambaran Tuhan yang Lain

Terus terang saja, kalau saya membaca, buku antropologi misalnya, saya tidak merasa wajib sholat lima waktu seperti yang itu tidak heran bila salah satu semangat yang diwariskan kedua orang besar itu adalah semangat apologi yaitu semangat membela diri dalam segi doktrin (teologi) dengan tema utamanya: Islam sesuai dengan tuntutan ilmu pengetahuan moderen. Dan tentu saja semangat macam ini tidak punya daya problem solving (memecahkan persoalan). Kelemahan-kelemahan sosiologis umat Islam tidak akan dapat sama sekali dipecahkan dengan apologi teologis. Bagaimanapun kedua orang tokoh itu telah berjasa besar memperlihatkan pada umat Islam kelemahan-kelemahan dirinya dan kekuatan-kekuatan fihak lain. Dan umat Islam semangatnya menyala-nyala kembali, terutama di kalangan intelektual yang pernah mendapat didikan Barat. Inilah jasa Abduh dan Ameer Ali! Tapi sayang sekali mereka gagal dalam memberikan arah atau penyaluran yang tepat dari semangat kebangkitan Islam tadi. Karena itu umat Islam terus meluncur ke arah kehancuran tanpa sempat dihentikan dan pemimpin-pemimpin Islam post-Abduh dapat dikatakan melanjutkan semangat Abduh saja.
Apa yang telah terjadi?
Reformer baru tak kunjung timbul! Dan sudah lebih setengah abad kaum muslim moderen terbeliak oleh kenikmatan-kenikmatan ide-ide Abduh dan menelannya begitu saja!
23 Juli 1970

Sikap Insan Merdeka

Cara bersikap kita terhadap ajaran Islam, Qur’an dan lain-lain sebagaimana terhadap Pancasila harus berubah, yaitu dari sikap sebagai insan otoriter menjadi sikap insan merdeka yaitu insan yang produktif, analitis dan kreatif. Kita jangan lagi merumuskan kejayaan kita karena adanya Islam sebagai tempat kita berpijak, melainkan: bahwa kejayaan kita terletak pada potensi-potensi diri kita sendiri sesuai dengan dorongan-dorongan moral yang ada dalam ajaran Islam. Kunci pemikiran harus diletakkan pada fungsionalisasi Islam dalam kreatifitas pribadi-pribadi kita dan bukan lagi pada status ajaran Islam dalam kehidupan kita!
Islam jangan lagi dipandang sebagai bangunan emas yang megah yang bisa dipuja dimana kita mungkin hidup di dalamnya dengan berbuat atau tidak berbuat, tapi Islam bisa ada atau tidak ada tergantung pada ada atau tidak adanya kekerasan ker ja dalam diri kita masing-masing untuk mengamalkan ajaran-ajaran spiritual Islam.
Dengan demikian Islam tidak perlu dicari pada rumah atau lingkungan kita tapi sebaliknya dalam gejolak tiap-tiap pribadi yang berkarya.
16 Agustus 1970

Andaikata Nabi Muhammad Filsuf

Andaikata jabatan duniawi Nabi Muhammad adalah filsuf, cukuplah alasan bagi kita untuk menerima langkah-langkah dan kata-katanya waktu itu sebagai sesuatu yang berlaku abadi atau setidak-tidaknya hampir abadi. Tetapi karena jabatan duniawinya adalah Kepala Pemerintahan, bahkan juga Panglima Perang, maka kita tak mungkin berfikir demikian. Jenis-jenis jabatan duniawi yang dipegang beliau menghadapkan beliau pada masalah-masalah konkrit zamannya atau umatnya yang kepadanya beliau harus memberikan pendekatan dan jawaban-jawaban yang konkrit pula.
Inilah kira-kira suatu jalan untuk lebih memahami persoalan-persoalan Islam sekarang ini.
15 Juni 1971

Tuhan Bukan Iman

Dengan makin banyak belajar dari sejarah manusia dari dulu hingga kini, pengertian kita tentang Tuhan dan Islam akan makin “dimurnikan” dari gambaran-gambaran insani yang temporer. Sekaligus ini berarti “pemurnian” dari akibat-akibat kekurang-dewasaan manusia-manusia dahulu. Dan kemakin-dewasaan membawa kepada kelebih-benaran, karena kemakin-dewasaan itu memberikan potensi untuk belajar dari manusia-manusia sebelumnya yang relative kurang dewasa.
Sehubungan dengan Islam, saya ingin menyinggung soal kalam. Saya kira dengan mengatakan bahwa Qur,an bukan wahyu Allah, justru saya lebih memuliakan Allah, mengagungkan Allah. Dengan mengidentikkan Qur,an sebagai kalam Allah, justru kita telah menghina Allah, merendahkan Allah dan kehendak-kehendakNya sebagai obyek dan kehendak yang bisa diterangkan dengan bahasa manusia. Allah dan wahyu-wahyunya tidak bisa dilukiskan dengan sejuta macam kata-kata manusia dari bahasa apapun juga. Allah dan wahyu jauh di atas potensi dan ekspresi akal dan budi manusia. Dia adalah “yang tak terucapkan”. Dialah pemilik firman-firman yang hidup kekal. Dia dan kalamNya adalah dia yang tersembunyi bagi potensi dan ekspresi akal budi kita. Namun Dia selalu mendekati dan membimbing manusia sebagaimana juga manusia berusaha mendekati dan mencari hubungannya. Dia menemui manusia dalam akal budi dan iman manusia, tapi Dia sendiri jauh lebih agung daripada akal budi dan iman itu sendiri. Dengan iman kita mencoba menerima Tuhan. Tapi Tuhan sendiri bukan iman. Iman sekedar medium pertemuan. Karena itu konsep iman bisa berubah sesuai dengan dataran pengalaman manusia yang akan mempergunakannya.
15 September 1971

Ingin Tuhan Yang lain

Adakah Tuhan besar karena manusia merasa kecil di hadapan ombak yang gemuruh bergelora? Adakah Tuhan Agung karena manusia merasa tidak berdaya di hadapan alam yang luas, laut yang tiada bertepi? Kalau begitu Tuhan besar karena kekecilan manusia. Alangkah sederhananya ketuhanan yang demikian.
Aku tak mau Tuhan seperti itu!
Bagiku Tuhan tidak kontradiksi dengan manusia. Aku mencari Tuhan yang lain.
17 Oktober 1971

Bunda Maria dalam Mimpi

Tadi malam aku bermimpi ketemu Bunda Maria. Dia berbaju putih, berwajah agung penuh kekudusan. Bunda Maria tersenyum dan memandangku. Aku merasa bahagia dan sejuk dalam pandangan kasihnya.
Aku sendiri bukan penganut Kristen. Tapi aku tidak tahu, mengapa aku merasa memperoleh kedamaian dan kebeningan fikir sewaktu berhadapan dengannya. Adakah yang seperti itu akan pernah terjadi dalam hidupku yang Nyata?
Aku merindukan dia yang penuh kebijaksanaan, yang pandangannya lembut dan teduh, yang setiap pernyataan pribadinya membuatku kagum dan hormat.
13 Desember 1971

Kontemplasi

Giat melakukan kontemplasi menolong kita melepaskan diri dari slogan-slogan dan membuat kita lebih kritis pada kebiasaan-kebiasaan. Sayang sekali kontemplasi memerlukan banyak waktu. Banyak orang-orang yang pandai atau ahli dalam suatu bidang tetapi gagal atau bersikap sloganistis dalam bidang lain. Hal ini dikarenakan dia tidak sempat melakukan renungan-renungan di bidang lain tersebut.
Lihatlah tulisan-tulisan keagamaan dari Hatta, Bintoro, Sudjoko Prasojdo, Sudirman, Dawam, Mukti Ali dan lain-lain. Kemudian bandingkan tulisan-tulisan itu dengan tulisan Sudjatmoko atau Bung Karno! Akan kelihatan bahwa kebenaran berpikir tidak dimiliki oleh semua orang pandai.
28 Desember 1971

Sorga dan Neraka

Sorga dan neraka merupakan situasi-situasi kejiwaan yang selalu membuntuti dan berada dalam kehidup
an seorang manusia. Karena itu sorga atau situasi sorgawi serta penghindaran diri dari neraka akan diperjuangkan terus menerus dalam detik demi detik kehidupan ini. Sorga harus dibentuk setiap saat!
22 April 1972

[b]Hawa Nafsu yang Terkekang Menimbulkan Hipokrisi[b]

Hawa nafsu itu harus dihargai dan disalurkan. Dia tak boleh ditentang, dilemahkan atau dibunuh. Kesalahan kita bangsa Indonesia, terutama umat Islam, selama ini melakukan “penjijikan” atau “memandang rendah” hawa nafsu dan selalu membawa slogan: harus ikhlas, sukarela, tanpa pamrih, tidak interest dan lain-lain. Padahal nafsu-nafsu pribadi merupakan motivasi-motivasi yang sangat berguna untuk memperoleh kemajuan. Dan dalam masa pembangunan sekarang ini justru kita harus bisa mengeksploitir nafsu-nafsu itu untuk lancarnya pembangunan.
Bahaya dari pengekangan hawa nafsu ialah menimbulkan macam-macam kemunafikan. Jadi nafsu hendaknya diarahkan dan dikombinir dengan rasio (plus wahyu).

28 April 1970
Sumber Foto: id.wikipedia.org
Diubah oleh ryan.manullang 01-08-2017 13:57
0
20.8K
101
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan