Tua-tua keladi makin tua makin jadi, mungkin inilah pepatah yang paling khas untuk mewakili Muhammad Arsyad atau orang banjarmasin mengenal beliau dengan Kai api (kakek api), orang Banjarmasin ataupun sekitarnya sudah pasti sudah tidak asing lagi dengan kakek yang satu ini, bagaimana tidak, kakek ini selalu tampil menghibur setiap hari minggu maupun ketika ada perayaan-perayaan hari besar di kota Banjarmasin. Walaupun sudah berumur 78 tahun, semangat yang ada di dalam tubuh kakek yang sudah mempunyai 22 orang cucu ini tidak bisa diremehkan, ketika hendak tampil menghibur masyarakat, kakek api hanya menggunakan sepeda yang sudah dimodifikasi nya untuk membawa barang barang yang beraneka macam, yang mana jarak rumah beliau dengan tempat dimana beliau sering melakukan atraksinya yaitu siring menara pandang Banjarmasin setiap minggu lumayan jauh

Ketika penulis mendatangi kediaman beliau di jalan antasan kecil timur, Banjarmasin utara, beliau langsung menjamu penulis dengan sangat ramah, rumah beliau bisa dibilang cukup besar walaupun terletak didalam gang yang sempit, ketika penulis berbincang dengan beliau,beliau sangat antusias mengisahkan cerita hidup beliau sambil mengeluarkan alat-alat yang beliau pakai ketika beratraksi, ternyata beliau tidak hanya kebal dengan api, tapi juga dengan senjata tajam, sambil memperagakan kekebalan beliau, beliau juga menunjukan kalung yang beliau sering pakai, ternyata di kalung tersebut terdapat berbagai minyak, seperti minyak Rindu Menangis, Kijang Putih, Wali 9, Arjuna, Hanuman, Raja, hingga Al Fatihah.

Kakek api menceritakan bahwa beliau sudah melakukan atraksi-atraksinya dari tahun 1989, pada tahun 1960 beliau merantau ke palangkaraya di daerah pegunungan dimana para anggota suku dayak tinggal, kakek api sendiri berteman dan diterima oleh para anggota suku dayak itu sendiri sampai diajak oleh mereka untuk mendatangi gua khusus bagi anggota suku dayak yang didalamnya berisi banyu lampahan (air lampahan) yang mana air tersebut menurut penjelasan beliau sudah berumur ratusan tahun, ketika meminum air tersebut, kakek api merasa menjadi lebih kuat dan bugar, dan beliau juga dapat merasakan apabila ada orang yang berniat buruk disekitar beliau. beliau juga mengisahkan ketika insiden kerusuhan antara suku dayak dan suku madura, dimana beliau diminta untuk membantu suku dayak dalam “berperang”, namun dengan berat hati beliau menolak karena beliau merasa itu bukan bidang beliau. Tak hanya itu, ketika sedang atraksi pun beliau mengaku sering “diserang” secara gaib oleh orang-orang yang mempunyai ilmu, namun beliau hanya melambaikan tangan dan menyapa orang yang “menyerang” beliau dikarenakan beliau beranggapan mereka hanya ingin berteman.

Usut punya usut, ternyata beliau ini adalah mantan atlet lari yang mengharumkan nama kalimantan Selatan di tingkat nasional sampai internasional, beliau bercerita tentang masa beliau dulu ketika menjadi atlet sambil memperlihatkan mendali-mendali yang pernah beliau peroleh. Kakek api berkata beliau tidak pernah meminta imbalan khusus dalam melakukan atraksi-atraksinya namun para penonton tetap saja memberikan uang kepada kakek api, kakek api mengaku dalam sekali atraksi dapat memperoleh uang kurang lebih Rp. 400,000 hingga Rp. 500,000. Di umur beliau yang sudah tua, kakek api sangat bersyukur masih diberikan tuhan badan yang sehat sehingga masih dapat menghibur masyarakat kota banjarmasin ataupun wisatawan-wisatawan yang datang ke kota Banjarmasin, kakek api berkata “Umur kakek sudah 78 tahun lebih, kakek bersyukur masih diberikan oleh tuhan badan yang masih bugar sehingga dapat menghibur masyarakat”,

Nah, jadi semakin tahu kan tentang cerita kehidupan sang kai api, beliau yang sudah tua aja masih terlihat sangat bugar,
bahkan masih bekerja untuk walaupun tujuan utama beliau bukan untuk mencari uang, masa kita yang masi muda kalah????
mungkin itu saja kata-kata penutup dari ts, terimakasih udah mampir di tread ts, sampai jumpai di tread selanjutnya