- Beranda
- Komunitas
- Cinta Indonesiaku
Kopi-kopi Indonesia yang Mendunia
TS
lytte17
Kopi-kopi Indonesia yang Mendunia
Indonesia seringkali diuntungkan dengan kondisi geografisnya. Dengan letak geografis sekitar khatulistiwa, Indonesia beriklim tropis dengan cuaca yang bersahabat, tidak terlampau panas maupun dingin secara ekstrem. Lintasan gunung berapi yang sejak jutaan tahun lalu mengeluarkan materi vulkanis juga turut berpengaruh terhadap kondisi tanahnya yang subur.
Masih ingat pada lagu Koes Plus yang menyebut, "tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman"? Memang benar adanya lirik lagu ini. Contoh nyatanya adalah kopi. Menurut catatan sejarah, kopi berasal dari negara Afrika, tepatnya di Ethiopia dan Eritrea. Meski bukan asli Indonesia, kopi dapat tumbuh subur di hampir seluruh daerah di Indonesia.
Kopi disebut-sebut sebagai komoditas paling luas diperdagangkan setelah minyak. Nyaris seluruh permukaan bumi ini telah tersinggahi kopi, tak terkecuali di negeri kita ini. Dalam beberapa kurun tahun terakhir, masyarakat kita tampaknya semakin keranjingan kopi. Kedai kopi dalam aneka rupa tampilan dan konsepnya terlihat semakin menjamur di sana-sini.
Sejalan dengan maraknya pertumbuhan usaha kedai kopi di Tanah Air, para pelakunya semakin gencar mempromosikan biji kopi dari berbagai daerah. Tak hanya pasar domestik, produksi kopi kita juga telah banyak merambah manca negara.
Menurut data Kementerian Perdagangan RI tahun 2016, saat ini pangsa pasar ekspor terbesar untuk kopi Indonesia adalah Brasil, Kolombia, Vietnam, Kanada, dan Guatemala, dan urutan ke-6 pasar Amerika Serikat.
Varian kopi Indonesia yang menjadi favorit di pasar internasional antara lain:
1. Kopi Mandailing
Kopi Mandailing (Mandheling coffee) merupakan jenis arabika yang dibawa oleh Belanda ke Indonesia pada tahun 1699. Jenis kopi arabika ditanam pertama kali di daerah Mandailing Natal, Kapubaten Pakantan, Sumatera Utara, berlokasi di sekitar Danau Toba, kemudian berlanjut ke Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah.
Kopi yang tumbuh di ketinggian 1.200 mdpl ini telah dikenal dunia sejak 1878. Saat ini pasar ekspornya hingga ke negara Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan.
Kopi arabika Mandailing hanya ditemukan di dataran Mandailing, dan tidak ada satu daerah pun di Indonesia dan di dunia yang dapat menanam kopi Mandailing yang memiliki cita rasa keasaman medium dan mirip cokelat, kekentalan yang pas, rasa akhir manis, serta aroma floral bercampur fruity yang kuat ini.
2. Kopi Gayo
Pada ajang Lelang Special Kopi Indonesia tanggal 10 Oktober 2010 di Bali, Kopi arabika Gayo merupakan kopi khusus (specialty), yang berhasil meraih skor cupping test di atas 80. Cupping test merupakan salah satu cara untuk menentukan cita rasa kopi dan memberikan jaminan mutu kopi. Sertifikasi dan prestasi ini semakin memantapkan posisi kopi Gayo sebagai kopi organik terbaik di dunia.
Lebih dari itu, kopi jenis arabika asal dataran tinggi Gayo ini menjadi kopi termahal di dunia pada 2011 lalu, mengalahkan produsen terbesar dunia, Brasil. Hal itu terungkap dalam pameran kopi dunia yang diselenggarakan organisasi Specialty Coffee Association of America (SCAA) di Portland, Oregon Convention Center, Amerika Serikat.
Kopi Amerika Latin dibandrol seharga 3,5-4 USD per kilogram atau sekitar Rp 32.000 -37.000 per kilogram, sedangkan kopi Arabika Gayo seharga 7,2-8 USD per kilogram atau sekitar Rp 67.000-74.000 per kilogram. Kopi Gayo memiliki cita rasa khas dibandingkan dari negara lain, sehingga harganya lebih mahal.
3. Kopi Luwak
Kopi luwak dianggap sebagai kopi termahal di dunia. Mahalnya kopi ini, karena metode dalam memproduksi biji kopi yang tidak biasa. Biji kopi luwak diambil dari feses hewan sejenis musang yang dikenal sebagai luwak.
Luwak digolongkan sebagai hewan omnivora yang memakan segala jenis makanan, termasuk buah dan biji-bijian. Biji kopi yang dimakan luwak tidak tercerna dengan baik, sehingga dikeluarkan kembali secara utuh dalam feses. Tapi selama proses pencernaan hewan nokturnal ini, biji kopi akan mengalami fermentasi yang menghasilkan cita rasa dan aroma kopi begitu kuat dan unik.
Produsen kopi luwak tersebar di berbagai kepulauan Indonesia, yakni Aceh, Sumatera Utara, Bali, Jawa, Flores, Papua. Kopi luwak mampu menembus pasar mancanegara meliputi Amerika Serikat, Korea, Jepang, Australia, dan Eropa.
Harga biji sangrai kopi luwak arabika dibanderol seharga Rp 200 ribu sampai Rp 2,4 juta per kilogram, sedangkan jenis biji sangrai kopi luwak robusta cenderung lebih murah, yaitu Rp 100-700 ribu per kilogram.
4. Kopi Gunung Puntang
Kabar terbaru datang dari Gunung Puntang, Bandung, Jawa Barat. Biji kopi dari daerah tersebut menjuarai lelang kopi dunia di Atlanta, Amerika Serikat, pada bulan April 2016 lalu. Kopi Gunung Puntang mendapat harga termahal di Specialty Coffee Association of America (SCAA), yaitu 55 USD per kilogram green bean.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengaku turut bangga akan prestasi yang diraih salah satu warganya itu. Adapun petani yang membudidayakan kopi juara ini adalah Ayi Sutedja Soemali (51).
Kopi yang dikenal sebagai Java Preanger harganya saat ini mencapai Rp 200.000 per kilogram untuk pasar lokal, dan Rp 600.000 per kilogram untuk harga ekspor.
Menurut catatan, bibit kopi Gunung Puntang berasal dari Kenya yang terletak di kawasan Afrika Timur. Namun cita rasa khas Kenya sudah tidak otentik lagi pada kopi Gunung Puntang ini.
5. Kopi Kintamani
Jenis kopi arabika ini dihasilkan dari kawasan dingin di Bali, Kintamani. Cara penanaman kopi ini menggunakan teknik tumpang sari yang sama dengan penanaman sayur, cokelat dan jeruk. Karena proses penanaman dekat dengan tanaman jeruk inilah yang menghasilkan cita rasa kopi agak asam dan terasa lebih light.
Pengolahan kopi Kintamani juga menarik karena melalui proses giling basah (wet processed), yakni metode yang lazim digunakan untuk jenis kopi arabika. Metode ini lebih mahal dibandingkan proses kering, tapi cukup worth it mengingat harga jual kopi arabika lebih mahal daripada kopi robusta.
Sejak 2008 lalu, kopi Kintamani tembus pasar mancanegara melalui kemitraan. Kopi Kintamani telah diekspor ke beberapa negara antara lain ke Jepang, beberapa negara Eropa, Arab Saudi, dan Australia. Tetapi yang paling banyak diekspor ke Jepang yang mencapai 125 ton per tahun.
6. Kopi Bajawa
Kopi Bajawa berasal dari Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur, daerah yang terkenal dengan keindahan alamnya. Kopi Bajawa disebut sebagai kopi single origin, memiliki harga jual yang cukup tinggi yaitu Rp 100 ribu per kilogram.
Sejak 2010, kopi Bajawa telah diekspor hampir keseluruh dunia, dengan ekspor paling banyak ke Amerika Serikat dan Eropa. Setiap tahun permintaan ekspor kopi Bajawa ke Amerika Serikat mencapai 1.000 ton per tahun, namun pada saat itu produsen Kopi Bajawa baru bisa memenuhi ekspor sebanyak 300 ton per tahunnya.
Kopi jenis arabika ini tumbuh di ketinggian 1.300 mdpl, di kelilingi oleh pegunungan yang masih aktif. Kopi Flores Bajawa diolah melalui proses giling basah. Kopi ini memiliki sedikit aroma buah-buahan dan sedikit aroma tembakau pada after taste-nya, sebuah keunikan yang mungkin tak didapatkan dari biji kopi dari daerah lain.
7. Kopi Toraja
Kopi Toraja sering disebut sebagai “Queen of Coffee” karena mempunyai cita rasa yang seimbang dan unik antara rasa pahit dan asam, dan aroma herbal yang tidak ditemukan pada kopi lainnya. Kopi jenis arabika ini berasal dari Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan.
Kopi Toraja terkenal di luar negeri, salah satunya adalah Key Coffee yang merupakan sebuah merk dagang kopi di Jepang dan Amerika Serikat yang mengkhususkan diri dalam memproduksi aneka produk kopi berbahan baku kopi Toraja. Di Jepang sendiri, kopi Toraja di anggap sebagai barang mewah, sekitar 40% kopi yang beredar di Jepang adalah kopi Toraja.
Sebenarnya ekspor kopi Toraja tersebut dianggap sebagai pelanggaran, karena tanpa melalui perusahaan lokal. Namun karena begitu istimewanya kopi Toraja sehingga membuat Key Coffee harus mendaftarkan kopi ini sebagai merek dagangnya.
8. Kopi Tanggamus
Sejak lima tahun lalu, Provinsi Lampung memiliki konsep “one village one product” atau satu desa satu produk. Di salah satu kabupaten di Lampung, Tanggamus menghasilkan produk berupa kopi robusta organik yang mampu menembus pasar mancanegara. Sejak 2011 lalu, produk kopi dari Tanggamus telah diekspor ke Singapura, Malaysia dan Dubai.
Ada sejarah unik dibalik jenis kopi robusta asal Tanggamus ini. Jenis kopi robusta masuk ke Indonesia pada tahun 1900-an, tepatnya pada saat kopi arabika habis diserang penyakit pada 1878. Robusta menjadi pilihan alternatif dengan sifatnya lebih tahan penyakit untuk perkebunan di dataran rendah. Kopi jenis ini segera menyebar ke daerah lain, khususnya Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Lampung, dan Aceh.
Kopi robusta dari Tanggamus ditanam pada ketinggian di atas 600 mdpl yang dekat dengan pegunungan, di lahan seluas kurang lebih 1.000 hektar. Kekhasan kopi Tanggamus selain karena faktor kesuburan tanah, budidaya kopi dilakukan secara organik dan tidak menggunakan pupuk kimia. Kopi Tanggamus bertekstur kasar, pahit, dan mengandung kafein yang tinggi.
Masih ingat pada lagu Koes Plus yang menyebut, "tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman"? Memang benar adanya lirik lagu ini. Contoh nyatanya adalah kopi. Menurut catatan sejarah, kopi berasal dari negara Afrika, tepatnya di Ethiopia dan Eritrea. Meski bukan asli Indonesia, kopi dapat tumbuh subur di hampir seluruh daerah di Indonesia.
Kopi disebut-sebut sebagai komoditas paling luas diperdagangkan setelah minyak. Nyaris seluruh permukaan bumi ini telah tersinggahi kopi, tak terkecuali di negeri kita ini. Dalam beberapa kurun tahun terakhir, masyarakat kita tampaknya semakin keranjingan kopi. Kedai kopi dalam aneka rupa tampilan dan konsepnya terlihat semakin menjamur di sana-sini.
Sejalan dengan maraknya pertumbuhan usaha kedai kopi di Tanah Air, para pelakunya semakin gencar mempromosikan biji kopi dari berbagai daerah. Tak hanya pasar domestik, produksi kopi kita juga telah banyak merambah manca negara.
Menurut data Kementerian Perdagangan RI tahun 2016, saat ini pangsa pasar ekspor terbesar untuk kopi Indonesia adalah Brasil, Kolombia, Vietnam, Kanada, dan Guatemala, dan urutan ke-6 pasar Amerika Serikat.
Varian kopi Indonesia yang menjadi favorit di pasar internasional antara lain:
1. Kopi Mandailing
Spoiler for :
Kopi Mandailing (Mandheling coffee) merupakan jenis arabika yang dibawa oleh Belanda ke Indonesia pada tahun 1699. Jenis kopi arabika ditanam pertama kali di daerah Mandailing Natal, Kapubaten Pakantan, Sumatera Utara, berlokasi di sekitar Danau Toba, kemudian berlanjut ke Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah.
Kopi yang tumbuh di ketinggian 1.200 mdpl ini telah dikenal dunia sejak 1878. Saat ini pasar ekspornya hingga ke negara Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan.
Kopi arabika Mandailing hanya ditemukan di dataran Mandailing, dan tidak ada satu daerah pun di Indonesia dan di dunia yang dapat menanam kopi Mandailing yang memiliki cita rasa keasaman medium dan mirip cokelat, kekentalan yang pas, rasa akhir manis, serta aroma floral bercampur fruity yang kuat ini.
2. Kopi Gayo
Spoiler for :
Pada ajang Lelang Special Kopi Indonesia tanggal 10 Oktober 2010 di Bali, Kopi arabika Gayo merupakan kopi khusus (specialty), yang berhasil meraih skor cupping test di atas 80. Cupping test merupakan salah satu cara untuk menentukan cita rasa kopi dan memberikan jaminan mutu kopi. Sertifikasi dan prestasi ini semakin memantapkan posisi kopi Gayo sebagai kopi organik terbaik di dunia.
Lebih dari itu, kopi jenis arabika asal dataran tinggi Gayo ini menjadi kopi termahal di dunia pada 2011 lalu, mengalahkan produsen terbesar dunia, Brasil. Hal itu terungkap dalam pameran kopi dunia yang diselenggarakan organisasi Specialty Coffee Association of America (SCAA) di Portland, Oregon Convention Center, Amerika Serikat.
Kopi Amerika Latin dibandrol seharga 3,5-4 USD per kilogram atau sekitar Rp 32.000 -37.000 per kilogram, sedangkan kopi Arabika Gayo seharga 7,2-8 USD per kilogram atau sekitar Rp 67.000-74.000 per kilogram. Kopi Gayo memiliki cita rasa khas dibandingkan dari negara lain, sehingga harganya lebih mahal.
3. Kopi Luwak
Spoiler for :
Kopi luwak dianggap sebagai kopi termahal di dunia. Mahalnya kopi ini, karena metode dalam memproduksi biji kopi yang tidak biasa. Biji kopi luwak diambil dari feses hewan sejenis musang yang dikenal sebagai luwak.
Luwak digolongkan sebagai hewan omnivora yang memakan segala jenis makanan, termasuk buah dan biji-bijian. Biji kopi yang dimakan luwak tidak tercerna dengan baik, sehingga dikeluarkan kembali secara utuh dalam feses. Tapi selama proses pencernaan hewan nokturnal ini, biji kopi akan mengalami fermentasi yang menghasilkan cita rasa dan aroma kopi begitu kuat dan unik.
Produsen kopi luwak tersebar di berbagai kepulauan Indonesia, yakni Aceh, Sumatera Utara, Bali, Jawa, Flores, Papua. Kopi luwak mampu menembus pasar mancanegara meliputi Amerika Serikat, Korea, Jepang, Australia, dan Eropa.
Harga biji sangrai kopi luwak arabika dibanderol seharga Rp 200 ribu sampai Rp 2,4 juta per kilogram, sedangkan jenis biji sangrai kopi luwak robusta cenderung lebih murah, yaitu Rp 100-700 ribu per kilogram.
4. Kopi Gunung Puntang
Spoiler for :
Kabar terbaru datang dari Gunung Puntang, Bandung, Jawa Barat. Biji kopi dari daerah tersebut menjuarai lelang kopi dunia di Atlanta, Amerika Serikat, pada bulan April 2016 lalu. Kopi Gunung Puntang mendapat harga termahal di Specialty Coffee Association of America (SCAA), yaitu 55 USD per kilogram green bean.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengaku turut bangga akan prestasi yang diraih salah satu warganya itu. Adapun petani yang membudidayakan kopi juara ini adalah Ayi Sutedja Soemali (51).
Kopi yang dikenal sebagai Java Preanger harganya saat ini mencapai Rp 200.000 per kilogram untuk pasar lokal, dan Rp 600.000 per kilogram untuk harga ekspor.
Menurut catatan, bibit kopi Gunung Puntang berasal dari Kenya yang terletak di kawasan Afrika Timur. Namun cita rasa khas Kenya sudah tidak otentik lagi pada kopi Gunung Puntang ini.
5. Kopi Kintamani
Spoiler for :
Jenis kopi arabika ini dihasilkan dari kawasan dingin di Bali, Kintamani. Cara penanaman kopi ini menggunakan teknik tumpang sari yang sama dengan penanaman sayur, cokelat dan jeruk. Karena proses penanaman dekat dengan tanaman jeruk inilah yang menghasilkan cita rasa kopi agak asam dan terasa lebih light.
Pengolahan kopi Kintamani juga menarik karena melalui proses giling basah (wet processed), yakni metode yang lazim digunakan untuk jenis kopi arabika. Metode ini lebih mahal dibandingkan proses kering, tapi cukup worth it mengingat harga jual kopi arabika lebih mahal daripada kopi robusta.
Sejak 2008 lalu, kopi Kintamani tembus pasar mancanegara melalui kemitraan. Kopi Kintamani telah diekspor ke beberapa negara antara lain ke Jepang, beberapa negara Eropa, Arab Saudi, dan Australia. Tetapi yang paling banyak diekspor ke Jepang yang mencapai 125 ton per tahun.
6. Kopi Bajawa
Spoiler for :
Kopi Bajawa berasal dari Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur, daerah yang terkenal dengan keindahan alamnya. Kopi Bajawa disebut sebagai kopi single origin, memiliki harga jual yang cukup tinggi yaitu Rp 100 ribu per kilogram.
Sejak 2010, kopi Bajawa telah diekspor hampir keseluruh dunia, dengan ekspor paling banyak ke Amerika Serikat dan Eropa. Setiap tahun permintaan ekspor kopi Bajawa ke Amerika Serikat mencapai 1.000 ton per tahun, namun pada saat itu produsen Kopi Bajawa baru bisa memenuhi ekspor sebanyak 300 ton per tahunnya.
Kopi jenis arabika ini tumbuh di ketinggian 1.300 mdpl, di kelilingi oleh pegunungan yang masih aktif. Kopi Flores Bajawa diolah melalui proses giling basah. Kopi ini memiliki sedikit aroma buah-buahan dan sedikit aroma tembakau pada after taste-nya, sebuah keunikan yang mungkin tak didapatkan dari biji kopi dari daerah lain.
7. Kopi Toraja
Spoiler for :
Kopi Toraja sering disebut sebagai “Queen of Coffee” karena mempunyai cita rasa yang seimbang dan unik antara rasa pahit dan asam, dan aroma herbal yang tidak ditemukan pada kopi lainnya. Kopi jenis arabika ini berasal dari Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan.
Kopi Toraja terkenal di luar negeri, salah satunya adalah Key Coffee yang merupakan sebuah merk dagang kopi di Jepang dan Amerika Serikat yang mengkhususkan diri dalam memproduksi aneka produk kopi berbahan baku kopi Toraja. Di Jepang sendiri, kopi Toraja di anggap sebagai barang mewah, sekitar 40% kopi yang beredar di Jepang adalah kopi Toraja.
Sebenarnya ekspor kopi Toraja tersebut dianggap sebagai pelanggaran, karena tanpa melalui perusahaan lokal. Namun karena begitu istimewanya kopi Toraja sehingga membuat Key Coffee harus mendaftarkan kopi ini sebagai merek dagangnya.
8. Kopi Tanggamus
Spoiler for :
Sejak lima tahun lalu, Provinsi Lampung memiliki konsep “one village one product” atau satu desa satu produk. Di salah satu kabupaten di Lampung, Tanggamus menghasilkan produk berupa kopi robusta organik yang mampu menembus pasar mancanegara. Sejak 2011 lalu, produk kopi dari Tanggamus telah diekspor ke Singapura, Malaysia dan Dubai.
Ada sejarah unik dibalik jenis kopi robusta asal Tanggamus ini. Jenis kopi robusta masuk ke Indonesia pada tahun 1900-an, tepatnya pada saat kopi arabika habis diserang penyakit pada 1878. Robusta menjadi pilihan alternatif dengan sifatnya lebih tahan penyakit untuk perkebunan di dataran rendah. Kopi jenis ini segera menyebar ke daerah lain, khususnya Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Lampung, dan Aceh.
Kopi robusta dari Tanggamus ditanam pada ketinggian di atas 600 mdpl yang dekat dengan pegunungan, di lahan seluas kurang lebih 1.000 hektar. Kekhasan kopi Tanggamus selain karena faktor kesuburan tanah, budidaya kopi dilakukan secara organik dan tidak menggunakan pupuk kimia. Kopi Tanggamus bertekstur kasar, pahit, dan mengandung kafein yang tinggi.
0
15K
38
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan