- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Falsafah Kantianisme


TS
ryan.manullang
Falsafah Kantianisme

Immanuel Kant ( 1724 - 1804)
Spoiler for #Prolog:
Kantianisme adalah falsafah Immanuel Kant, seorang ahli falsafah Jerman yang dilahirkan di Königsberg, Prussia (kini Kaliningrad, Rusia). Kantianism atau Kantian juga digunakan untuk menggambarkan kedudukan kontemporari dalam falsafah pikiran, epistemologi, dan etika.
Spoiler for #Kantianisme:
Kantianisme adalah pahaman di mana setiap kita mengambil keputusan, kita harus membayangkan bagaimana kita adalah pihak yang dirugikan. Pahaman ini menjelaskan bahwa bila dilakukan sesuatu tindakan, maka tindakan itu dilakukan tanpa memperhatikan kepentingan orang lain.
Pemikiran-pemikiran Kant yang terpenting diantaranya ialah pemikirannya akan akal murni. Menurutnya bahwa dunia luar itu kita ketahui hanya dengan sensasi, dan jiwa bukanlah sekadar tabula rasa, tetapi jiwa merupakan alat yang positif, memilih dan merekonstruksikan hasil sensasi yang masuk itu dikerjakan oleh jiwa dengan menggunakan kategori yakni mengklasifikasikan dan mempersepsikannya ke dalam ide. Sensasi-sensasi masuk melalui alat indera. Ada lima alat indera. Melalui indera itu kemudian masuk ke otak, lalu objek itu diperhatikan, kemudian disadari. Sensasi-sensasi itu masuk ke otak melalui saluran-saluran tertentu yaitu hukum-hukum. Karena hukum-hukum itulah maka tidak semua stimulus yang menerpa alat indera dapat masuk ke otak. Penangkapan itu telah diatur oleh persepsi sesuai dengan tujuan. Tujuan inilah hukum-hukum itu. Jam hidup selalu berdetak, namun kita tidak mendengarkan. Akan tetapi detak jantung yang sama, bahkan lebih rendah, akan didengar bila kita memang bertujuan ingin mendengarnya.
Ada stimulus dua dan tiga ; anda memberi respons lima bila Anda bertujuan menjumlahkannya, enam bila Anda bertujuan mengalikannya. Jadi, hubungan-hubungan sensasi itu tidak terbentuk sekadar karena ada tiga. Inilah hukum itu. Jadi, tujuan itulah yang memilih dan mengarahkan penggunaan sensasi dan pemikiran, tujuan jiwa. Menurutnya, jiwa (mind) yang memberi arti terhadap stimulus itu mengadakan seleksi dengan menggunakan dua cara yang amat sederhana. Pesan-pesan (dari stimulus) disusun sesuai dengan ruang (tempat) datangnya sensasi, dan waktu terjadinya sensasi itu, "mind" itulah yang mengerjakan itu, yang menetapkan sensasi dalam ruang dan waktu, menyifatinya dengan ini dan itu, sekarang atau nanti. Ruang dan waktu bukanlah sesuatu yang dipahami. Ruang dan waktu adalah alat persepsi. Oleh karena itu, ruang dan waktu itu opriori.
Spoiler for #Pembahasan tentang Akal Praktis:
Kahidupan memerlukan kebenaran, Kebenaran tidak dapat seluruhnya diperoleh dengan indra dan akal, indra dan akal itu terbatas kemampuannya. Menurut Kant, dasar apriori itu ada pada sains, akan tetapi, indra (sains) itu terbatas, disinilah Critique of The Practical Reasonberbicara, Kant bertanya "Bila akal dan indra tidak dapat diandalkan dalam mempelajari agama, apa selanjutnya?" Jawabannya adalah akal atau indra dapat terus berkembang dan dikembangkan, namun setelah semua itu, moral merupakan ukuran kebenaran.
Apa moral itu? Moral adalah suara hati, Perasaan, menentukan sesuatu itu benar atau salah. Moral itu Imperatif Kategori, Perintah tanpa syarat yang ada dalam kesadaran kita. Kata hati itu memerintah, perintah itu ialah perintah untuk berbuat sesuai dengan keinginan
tetapi dalam batas kewajaran.
Hukum kewajaran bersifat universal. Ia merincikan moral sebagai berikut; Menurut Kant, apa yang dianggap sebagai sikap moral sering kali merupakan sikap yang secara moral justru harus dinilai negatif. Heteronomi moral adalah sikap dimana orang memenuhi kewajibannya bukan karena ia insaf bahwa kewajiban itu pantas dipenuhi, melainkan karena tertekan, takut berdosa, dan sebagainya.
Dalam tuntutan agama, Moralitas heteronom berarti bahwa orang menaati peraturan tetapi tanpa melihat nilai dan maknanya. Heteronomi moral ini merendahkan pandangan terhadap seseorang, dan merupakan penyimpangan dari sikap moral yang sebenar-benarnya.
Sikap moral yang sebenarnya adalah sikap otonomi moral, otonomi moral berarti bahwa manusia menaati kewajibannya karena ia sadar diri, bukan karena terbebani, terkekang, tuntutan, dsb. Otonomi juga menuntut kerendahan hati untuk menerima bahwa kita menjadi bagian dari masyarakat dan bersedia untuk hidup sesuai dengan aturan-aturan masyarakat yang berdasarkan hukum. Hukum adalah tatanan normatif lahiriah masyarakat.
sumber
Kritik Atas Akal Budi Praktis (penerbit Pustaka Pelajar)
Diubah oleh ryan.manullang 23-06-2018 09:15
0
13.5K
Kutip
83
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan