- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mati Gara-Gara Action Figure (Zombie Aedes)


TS
AgungSatriawan
Mati Gara-Gara Action Figure (Zombie Aedes)
Perumahan Nasional, Bekasi, Jawa Barat, 1 Minggu Setelah Status Darurat
TONG..TONG..TONG..TONG.. TONG..TONG..TONG..TONG..
Ided sudah mendengar suara kentongan dari balai warga semenit lebih. Jarak rumah dari balai warga hanya seratus meter dan itu membuatnya semakin bergegas. Katanya, kata Ibu Lastri, ada kerusuhan di depan komplek. Ada orang gila ngamuk, terus yang lain ikut ngamuk. Ceritanya kurang jelas. Tapi Ibu Enung yang jadi lawan bicara Ibu Lastri tadi menambahkan bahwa banyak orang menggigit orang lain sampai berdarah-darah, bahkan sampai mati. Katanya, polisi juga jadi korban. Katanya, orang yang sakit malah menggigit. Di rumah sakit juga demikian.
Ketika mendengar kabar itu, Ided langsung memutuskan untuk pergi ke rumah sakit tempat anaknya dirawat karena wabah yang katanya demam berdarah. Ia khawatir rumpian dua tetangganya itu benar. Dan sekarang ia memasukan semua mangkok mie ayam yang mengambil bagian garasi rumahnya, mematikan kompor, dan mengambil uang dari laci gerobak yang tak seberapa. Hanya dua lembar dua puluh ribuan. Sudah seminggu pelangganya hanya tiga sampai lima orang. Hanya pelanggan penghuni komplek. Tidak ada lagi orang-orang lewat. Tidak ada lagi abang gojek, grab, atau uber yang pesan antar. Sepi.
Dan suara teriakan dari ujung jalan membuatnya semakin brsegera. Suara teriakan wanita dan pria, bercampur antara panik dan marah. Suara kentongan tidak terdengar lagi. Dan itu malah membuat Ided terburu-buru.
“LARI! LARI!” teriak seorang bapak-bapak.
“MASUK RUMAH! SEMUA MASUK RUMAH!”
Tak ada alasan lagi untuk membereskan kedai mie ayamnya. Orang-orang berlarian masuk ke rumah. Ibu Lastri di seberang rumanya malah membuka pintu, keluar dari halaman dan melihat ke ujung jalan. Seorang remaja dengan luka di pergelangan tangan tampak terjatuh seiring darahnya yang mengucur deras. Lukanya sangat besar. Ided tak kuat melihat itu, ia berlari melewati teras, membuka pintu rumahnya, hendak mengambil kunci motor. Sepersekian detik ia berpikir dan memutuskan, perumahan ini sudah tak aman. Ided masuk ke kamar mengambil ransel, memasukan baju dan celana serauknya. Bajunya, baju istri, dan baju anaknya. Suara teriakan dari luar terdengar keras. Ibu Lastri menjerit histeris dan mengaduh, mengerang kesakitan. Ided tak bisa menahan diri, ia berlari keluar, dan melihat Ibu Lastri sudah ditindih remaja yang terluka tadi. Sekarang keduanya berlumuran darah dan remaha itu melihat ke arah Ided. Tanpa berpikir lagi Ided masuk ke dalam, memanggul ranselnya. Tapi ia ingat sesuatu. Ada yang harus ia bawa. Koleksi figur Gundam di lemari harus ia bawa. Ia tak bisa membayangkan rumahnya dijarah oleh orang-orang seperti remaja yang baru menyerang Ibu Lastri. Ided bergeas ke depan lemari di ruang tamu. Ia membuka pintu geser lemari dan mengambil empat koleksinya sekaligus. Remaja di depan rumah sudah masuk ke teras. Ia merasa masih punya kesempatan mengambil lima sisa koleksinya, karena melawan satu remaja bukan masalah dengan kemampuan Tae Kwon Do sabuk hitamnya. Tapi Ided tak sadar bahwa bukan hanya remaha gila yang sudah masuk ke rumanya. Tiga sosok lain, dua diantaranya wanita sudah berjalan cepat melewati pagar.
Ided sudah memasukan koleksinya ke kantung celana dan jaket. Ia berbalk arah untuk keluar. Remaja dengan mulut belepotan darah sudah mencegatnya dengan tangan menjulur. Ided berlari lalu menendang dada remaja itu hingga tersungkur. Tapi tangan dari arah samping tidak sempat Ided tangkis. Tangan itu mencengkram kuat sampai tangannya membiru. Lalu sosok lain menerkamnya dari belakang sosok sebelumnya. Wajahnya membenam ke wajah Ided seperti hendak mencium. Ided menjauhkan wajahnya dari wajah pucat bermulut mangap hendak menggigit itu. Tapi daun telinganya tergigit hingga putus. Ided memberontak berusaha lepas dari cengkraman. Tapi satu sosok lagi ikut menangkapnya. Ided tak mampu menopang tubuhnya untuk tetap berdiri. Ia terjatuh dengan teriakannya yang bertindihan dengan suara erangan tiga sosok gila di atasnya. Dan dalam keadaan itu tubuhnya berusaha melindungi agar koleksi figure gundamnya tidak tertindih dan patah.
Dari web Zombie Aedes: http://zombieaedes.blogspot.co.id/20...perumahan.html
TONG..TONG..TONG..TONG.. TONG..TONG..TONG..TONG..
Ided sudah mendengar suara kentongan dari balai warga semenit lebih. Jarak rumah dari balai warga hanya seratus meter dan itu membuatnya semakin bergegas. Katanya, kata Ibu Lastri, ada kerusuhan di depan komplek. Ada orang gila ngamuk, terus yang lain ikut ngamuk. Ceritanya kurang jelas. Tapi Ibu Enung yang jadi lawan bicara Ibu Lastri tadi menambahkan bahwa banyak orang menggigit orang lain sampai berdarah-darah, bahkan sampai mati. Katanya, polisi juga jadi korban. Katanya, orang yang sakit malah menggigit. Di rumah sakit juga demikian.
Ketika mendengar kabar itu, Ided langsung memutuskan untuk pergi ke rumah sakit tempat anaknya dirawat karena wabah yang katanya demam berdarah. Ia khawatir rumpian dua tetangganya itu benar. Dan sekarang ia memasukan semua mangkok mie ayam yang mengambil bagian garasi rumahnya, mematikan kompor, dan mengambil uang dari laci gerobak yang tak seberapa. Hanya dua lembar dua puluh ribuan. Sudah seminggu pelangganya hanya tiga sampai lima orang. Hanya pelanggan penghuni komplek. Tidak ada lagi orang-orang lewat. Tidak ada lagi abang gojek, grab, atau uber yang pesan antar. Sepi.
Dan suara teriakan dari ujung jalan membuatnya semakin brsegera. Suara teriakan wanita dan pria, bercampur antara panik dan marah. Suara kentongan tidak terdengar lagi. Dan itu malah membuat Ided terburu-buru.
“LARI! LARI!” teriak seorang bapak-bapak.
“MASUK RUMAH! SEMUA MASUK RUMAH!”
Tak ada alasan lagi untuk membereskan kedai mie ayamnya. Orang-orang berlarian masuk ke rumah. Ibu Lastri di seberang rumanya malah membuka pintu, keluar dari halaman dan melihat ke ujung jalan. Seorang remaja dengan luka di pergelangan tangan tampak terjatuh seiring darahnya yang mengucur deras. Lukanya sangat besar. Ided tak kuat melihat itu, ia berlari melewati teras, membuka pintu rumahnya, hendak mengambil kunci motor. Sepersekian detik ia berpikir dan memutuskan, perumahan ini sudah tak aman. Ided masuk ke kamar mengambil ransel, memasukan baju dan celana serauknya. Bajunya, baju istri, dan baju anaknya. Suara teriakan dari luar terdengar keras. Ibu Lastri menjerit histeris dan mengaduh, mengerang kesakitan. Ided tak bisa menahan diri, ia berlari keluar, dan melihat Ibu Lastri sudah ditindih remaja yang terluka tadi. Sekarang keduanya berlumuran darah dan remaha itu melihat ke arah Ided. Tanpa berpikir lagi Ided masuk ke dalam, memanggul ranselnya. Tapi ia ingat sesuatu. Ada yang harus ia bawa. Koleksi figur Gundam di lemari harus ia bawa. Ia tak bisa membayangkan rumahnya dijarah oleh orang-orang seperti remaja yang baru menyerang Ibu Lastri. Ided bergeas ke depan lemari di ruang tamu. Ia membuka pintu geser lemari dan mengambil empat koleksinya sekaligus. Remaja di depan rumah sudah masuk ke teras. Ia merasa masih punya kesempatan mengambil lima sisa koleksinya, karena melawan satu remaja bukan masalah dengan kemampuan Tae Kwon Do sabuk hitamnya. Tapi Ided tak sadar bahwa bukan hanya remaha gila yang sudah masuk ke rumanya. Tiga sosok lain, dua diantaranya wanita sudah berjalan cepat melewati pagar.
Ided sudah memasukan koleksinya ke kantung celana dan jaket. Ia berbalk arah untuk keluar. Remaja dengan mulut belepotan darah sudah mencegatnya dengan tangan menjulur. Ided berlari lalu menendang dada remaja itu hingga tersungkur. Tapi tangan dari arah samping tidak sempat Ided tangkis. Tangan itu mencengkram kuat sampai tangannya membiru. Lalu sosok lain menerkamnya dari belakang sosok sebelumnya. Wajahnya membenam ke wajah Ided seperti hendak mencium. Ided menjauhkan wajahnya dari wajah pucat bermulut mangap hendak menggigit itu. Tapi daun telinganya tergigit hingga putus. Ided memberontak berusaha lepas dari cengkraman. Tapi satu sosok lagi ikut menangkapnya. Ided tak mampu menopang tubuhnya untuk tetap berdiri. Ia terjatuh dengan teriakannya yang bertindihan dengan suara erangan tiga sosok gila di atasnya. Dan dalam keadaan itu tubuhnya berusaha melindungi agar koleksi figure gundamnya tidak tertindih dan patah.
Dari web Zombie Aedes: http://zombieaedes.blogspot.co.id/20...perumahan.html
0
1.2K
10
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan