Warga berbelanja di salah satu gerai "7-eleven" yang masih buka di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat (23/6/2017).
Urusan penutupan gerai waralaba 7-Eleven belum rampung. Masih ada sekitar 1.300 karyawan waralaba yang berada di bawah bendera PT Modern Sevel Indonesia (MSI) itu yang harus dipenuhi haknya.

Perusahaan mengaku tengah mencari jalan keluar bagi karyawannya itu.

Direktur Operasional MSI, Ivan Budiman mengatakan, perusahaan mencoba mengalihkan sebagian karyawannya untuk bekerja di toko kelontong lain, seperti Alfamart dan Indomaret.

"Sudah ada 300 yang sudah diproses. Tapi itu dari pihak mereka (Alfamart/Indomaret) masih melihat CV dan akan interview dulu kan," sebut Ivan dalam Sindonews.com, Jumat (14/7/2017).

Ivan pun berjanji, perusahaan akan bertanggung jawab penuh terhadap proses pemutusan hubungan kerja (PHK) seluruh karyawan waralaba yang akrab disebut Sevel itu. Mekanisme yang akan digunakan juga akan sesuai dengan peraturan Kementerian Ketenagakerjaan.

"Total jumlahnya (pesangon) berapa, itu berdasarkan masa kerja dari karyawan tersebut," sambung Ivan.

Sementara, Direktur MSI Donny Susanto menambahkan, selaku induk usaha pihaknya juga sedang melakukan hitung-hitungan aset yang dimiliki MSI berupa tanah dan bangunan.

Nantinya, aset yang ada dipertimbangkan untuk dijual untuk menutup kebutuhan lain, termasuk pembayaran kewajiban terhadap karyawan.

Dengan itu, pihaknya berharap agar mantan karyawan 7-Eleven tidak khawatir dan tidak menjadi polemik dengan tutupnya seluruh gerai 7-Eleven.

Selain itu, perusahaan juga akan menyelesaikan kewajiban terhadap pemerintah, kreditur dan para pemasok barang. Jika seluruh kewajiban sudah rampung, manajemen akan kembali membidik potensi-potensi bisnis yang dapat dilakukan oleh perseroan.

Ribuan karyawan tersebut bekerja pada sekitar 210 gerai 7-Eleven yang dibuka di Jakarta, namun pada akhirnya ditutup pada 30 Juni 2017.

Direktur Modern Internasional Chandra Wijaya mengungkapkan bahwa bisnis 7-Eleven mengalami kerugian yang signifikan. Sehingga, terus-menerus menggerus modal kerja perseroan.

"Untuk saat ini, penghentian operasional bisnis 7-Eleven merupakan pilihan terbaik bagi perseroan," ujar Chandra dalam kesempatan yang sama dengan jajaran direksi MSI lainnya.

Di sisi lain, PT Modern Internasional Tbk (MDRN), induk perusahaan MSI, akan mempercepat penjualan aset tidak produktif karena kerugian dari operasional bisnis gerai 7-Eleven.

Selain aset-aset gerai waralaba 7-Eleven, juga akan dijual aset Fuji Film yang dulu dikelola Modern Internasional.

Perseroan secara konsolidasi telah mengembalikan izin waralaba 7-Eleven seiring dengan keputusan untuk memberhentikan operasional gerai tersebut.

Komisaris Modern Internasional, Donny Sutanto mengatakan, pihaknya memutuskan tidak melanjutkan izin waralaba 7-Eleven walaupun masih memiliki sisa waktu hingga 11 tahun lagi atau sampai 2028.

Setelah menutup bisnis 7-Eleven, kini pihak manajemen Modern Internasional memutuskan untuk fokus menyelesaikan kewajiban yang belum terselesaikan.

Donny menjelaskan mayoritas aset yang akan dijual merupakan tanah dan bangunan yang dahulu bagian dari aset bisnis Fuji Film, setelah hak distribusi merknya dilepas pada 2015.

Selain sisa aset tidak produktif dari bisnis Fuji Film, Modern Intenasional juga masih memiliki sejumlah aset yang timbul dari operasional 7-Eleven, misalnya bangunan atau peralatan penghangat makanan dan penyimpan minuman.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...i-hak-karyawan

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Indonesia dalam pusaran wacana KTT G20

- Dalih-dalih Presidium Alumni 212 membela HT

- Memahami ambang batas Pemilu