BATAM.TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Kondisi perekonomian Kota Batam yang lesu ternyata tidak hanya dirasakan pengusaha dan masyarakat.
Bright PLN pun terkena imbasnya.
Soalnya, konsumsi listrik untuk sektor industri dan bisnis juga ikut turun.
Bahkan, penurunan konsumsi listrik itu hingga 40 sampai 50 megawatt.
Hal itu diungkapkan Humas Bright PLN Batam, Bukti Panggabean saat berkunjung ke Tribun Batam, Senin (10/7/2017) sore.
Dampaknya tidak hanya pada pendapatan PLN yang turun.
Selama ini, listrik untuk kelompok industri dan bisnis menjadi penyangga bagi listrik rumah tangga melalui subsidi silang.
Hal inilah yang menjadi salah satu alasan perusahaan listrik itu mengajukan kenaikan tarif listrik rumah tangga.
"Pelanggan rumah tangga ada 130 ribu, tapi pemakaian listriknya tidak sebanding dengan industri dan bisnis. Untuk rumah tangga, secara keseluruhan paling hanya 20 MW," katanya.
Selain itu, pengajuan kenaikan tarif listrik tidak dapat dilakukan pada kelompok industri dan bisnis.
Hal itu karena tarif kelompok tersebut sudah diatas biaya pokok produksi.
"Kalau industri tarif sudah di atasnya. Di luar beban puncak, secara akumulasi saja sudah Rp 1.400. Kalau kita naikkan lagi, mereka akan semakin terjepit. Apalagi situasi perekonomian Batam sedang seperti ini," katanya.
Bukti menyebutkan, saat ini kenaikan tarif untuk rumah tangga masih belum final. Pihaknya pun masih akan pemperjuangkan kenaikan tarif kepada Gubernur Kepri sesuai dengan usulan semula.
Seperti diketahui, sebelumnya Gubernur Kepri sudah menetapkan kenaikan tarif listrik rumah tangga 45,6 persen dalam dua tahap.
Namun, karena banyak penolakan dari masyarakat, akhirnya kenaikan itu ditunda dan untuk sementara, kenaikan tarif hanya 15 persen.
"Kenaikan tarif PLN (Persero) dengan Bright PLN Batam berbeda penentunya. Kalau kenaikan tarif kita ditentukan oleh Gubernur. Karenanya, kita akan dorong terus ke Gubernur. Sebenarnya kalau sumber energi PLN Batam sudah cukup, tapi beli bahan bakarnya yang sulit," ucapnya.
Sumber