- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
EXPERIENCE PART 1


TS
blue041
EXPERIENCE PART 1
Dua hari sudah, Rara terbaring lemas karena sakit. Yang mengakibatkan dia tidak bisa masuk sekolah. Dan kini di hari Kamis yang cerah. Rara memutuskan untuk berangkat sekolah. Di hari pertamanya dia masuk sekolah dia rasa baik-baik saja. Namun setelah jam sekolah usai, ketika semua siswa mulai keluar sekolah melalui pintu gerbang dengan kendarannya masing-masing. Rara hanya berdiri terdiam sembari memandang jauh ke arah gerbang. Entah apa yang sedang ia tunggu.
“Awww.” Rintih Rara yang terjatuh tersungkur.
“Makanya kalo lewat ga usah ngalangin jalan orang dong!” Ucap seorang cewek dari arah belakang Rara. Dan dengan tegenya cewek itu membiarkan Rara begitu saja, tanpa ada kata maaf yang terucap waktu itu.
Rara mencoba berdiri, namun dengan kondisi badannya yang masih terasa lemas. Membuat Rara merasa pusing, Rara berjalan gontai menuju gerbang sekolah. Belum sampai dia meraih tempat duduk, dari arah belakang Rara lewat sepeda motor yang hampir saja mengenai Rara.
“Awww.” Rintih Rara lagi.
“Eh sorry, sorry. Gue ngga sengaja.” Ucap cowok itu, yang masih memakai helmnya dan dengan terburu-buru menghampiri Rara.
“Iya gapapa.” Ucap Rara lemas.
“Beneran loe gapapa, kayaknya loe lagi sakit.” Ujar cowok itu.
Sore itu, suasana di sekolah tampak sepi. Dan memang Rara sengaja pulang agak akhir, suapaya tidak ada keramaian yang membisingkan dan tidak membuat dia pusing lagi.
“Gue pusing banget.” Ujar Rara dengan suara lirih.
“Apa perlu gue anterin.” Tawar cowok itu.
“Ga usah, gue bisa sendiri.”
Saat itu Rara mencoba bangkit dari duduknya, namun dia sudah tidak bisa lagi. Rasa pusing dikepalanya membuat Rara tidak sanggup untuk berdiri sendiri. Belum sempat dia berdiri, Rara terjatuh pingsan di bahu cowok itu.
“Hey. Duh nih cewek bikin gue bingung aja. Tolong ada orang gak?” ujar cowok itu sedikit berteriak.
“Hello, yang disana tolongin gue dong. Siapa aja! Ada orang pingsan.” Teriak cowok itu.
“Rara...” ucap cowok itu saat melihat bed nama di baju Rara.
“Ra, bangun dong?” ujar cowok itu sembari menepuk-nepuk pipi Rara.
Terhitung, sepuluh menit sudah Rara bersandar pingsan di bahu cowok itu. Dan dengan sendirinya Rara tersadar.
“Gue dimana?” ujar Rara bingung.
“Loe masih di sekolah.” Ujar cowok itu.
“Loe siapa?”
“Kenalin, gue Dafit. Sorry tadi gue ga sengaja nabrak loe.” Ucap Dafit, nama cowok itu.
“Baru denger. Iya, dan makasih ya loe udah mau jagain gue disini.”
“Iya santai aja.”
“Gue pulang dulu.” Ujar Rara.
Setelah itu, Rara berjalan menuju ke arah bus yang berhenti tepat didepan Rara setelah Rara beranjak meninggalkan cowok itu. Sedangkan Dafit, cowok yang menabrak Rara hanya terdiam cengo melihat sikap Rara.
“DOORRRR!!!” Terdengar suara yang mengagetkan Dafit dari arah belakang.
“Nesa! Kaget tau!” ujar Dafit yang merasa kaget.
“Iya sorry deh. Loe kenapa Fit? Kok masih disini?” bingung Nesa.
Nesa merupakan teman satu eskul Dafit, dan meraka terlihat sudah akrab sejak akhir-akhir ini. Sore itu, Nesa sengaja mencari Dafit untuk membahas kegiatan eskul yang akan berlangsung minggu besok.
“Pengen duduk aja disini. Kenapa loe cari gue?” jawab Dafit, yang berusaha menutupi kejadian tadi.
“Gue mau bahas eskul.”
“Yah berarti eskul mulai jalan lagi.” Jawab Dafit lemas.
“Iya dong, masa mau berhenti. Kan seru loh, bisa kumpu-kumpul lagi.”
“Seru dari mananya?” ujar Dafit sedikit kecewa.
“Kok loe gitu Fit, emang loe udah bosen gitu ikut eskul Basket.” Heran Nesa.
“Ya ngga juga si, pengen aja cari suasana baru. Sekali-sekali gitu latihannya di luar sekolah.”
“Ooh itu, kalo itu si gue bisa usulin ke pembina.”
“serius loe!”
“Dua rius deh. Hehehe.” Terang Nesa, yang membuat Dafit kembali semangat.
“Yes! Yes! Yes! Yes!” Ucap Dafit, yang berulang-ulang mengucapkan kata “yes” saat itu karna saking senengnya dia.
Namun, disaat Dafit yang merasa girang kini Nesa terlihat diam. Nesa memandang ke depan dengan tatapan kosong. Dengan tak ada sedikit pun senyum tergambar dibibir Nesa.
“Nes! Masih sore, malah tidur.” Ujar Dafit yang berganti mengagetkan Nesa.
“Eeeh, siapa yang tidur. Lagi melamun juga.”
“Nah loh ngelamunin siapa ya?” curiga Dafit, dan membuat Nesa salting.
“Apaan? Ngga ngelamunin siapa-siapa.”
“Ga usah bohong deh, gue tau loe itu ga bisa bohong ke gue.”
Nesa kembali berfikir panjang, akan kah dia harus menceritakan semuanya ke Dafit. Atau dia harus menunggu waktu yang tepat, untuk mengetahui kejelasan rasa suka kepada cowok yang jadi idaman dia saat ini. Dan Nesa tau, mungkin jika ia menceritakanya ke Dafit pasti akan banyak informasi yang terkait dengan cowok itu. Ya, Nesa suka dengan cowok satu eskul dengan dia dan cowok itu sahabat Dafit.
“Fit, loe tadi bilang apa?” ujar Nesa yang baru tersadar dari lamunannya.
“Yaah capek deh, dari tadi gue ngomong gak didengerin.” Ujar Dafit sedikit kecewa.
“Hehe sorry Fit.” Cengir Nesa.
“Pulang aja yuk?”
“Kok pulang, gue masih pengen disini.”
“Yah terserah loe, gue si mau pulang. Bye.” Ujar Dafit.
Dafit memutuskan pulang, dan segera ia beranjak dari tempat itu ke sepeda motornya. Ditengah perjalanan, Dafit masih berfikir dengan kejadian tadi. Dengan cewek yang dia temui tadi. Mungkin itu pertemuan pertama dia, dan ga tau kapan lagi bisa bertemu dengan cewek yang bernama Rara itu.
Berbeda dengan Dafit, Nesa kini terdiam sendiri didekat gerbang sekolah. Dia masih terus berfikir tentang cowok itu. Namanya Veno. Entah sampai kapan Nesa akan memikirkan cowok itu. Dan Nesa juga tidak tau apa yang bakal terjadi dengan kelangsungan kisah cinta dia. Dan akankah Nesa harus jujur, atau kah merahasiakan hal ini yang entah kapan akan berakhir. Semua itu menjadi tanda tanya dalam hati Nesa. Dia hanya berharap yang terbaik, jika memang itu pilihan yang terbaik. Walaupun tak ada kepastian yang jelas diantara hubungan Nesa dengan Veno.
“Veno, gue nunggu loe.” Ucap Nesa dalam kesendiriannya. Dan segera Nesa meninggalkan tempat itu.
Bersambung...........................
“Awww.” Rintih Rara yang terjatuh tersungkur.
“Makanya kalo lewat ga usah ngalangin jalan orang dong!” Ucap seorang cewek dari arah belakang Rara. Dan dengan tegenya cewek itu membiarkan Rara begitu saja, tanpa ada kata maaf yang terucap waktu itu.
Rara mencoba berdiri, namun dengan kondisi badannya yang masih terasa lemas. Membuat Rara merasa pusing, Rara berjalan gontai menuju gerbang sekolah. Belum sampai dia meraih tempat duduk, dari arah belakang Rara lewat sepeda motor yang hampir saja mengenai Rara.
“Awww.” Rintih Rara lagi.
“Eh sorry, sorry. Gue ngga sengaja.” Ucap cowok itu, yang masih memakai helmnya dan dengan terburu-buru menghampiri Rara.
“Iya gapapa.” Ucap Rara lemas.
“Beneran loe gapapa, kayaknya loe lagi sakit.” Ujar cowok itu.
Sore itu, suasana di sekolah tampak sepi. Dan memang Rara sengaja pulang agak akhir, suapaya tidak ada keramaian yang membisingkan dan tidak membuat dia pusing lagi.
“Gue pusing banget.” Ujar Rara dengan suara lirih.
“Apa perlu gue anterin.” Tawar cowok itu.
“Ga usah, gue bisa sendiri.”
Saat itu Rara mencoba bangkit dari duduknya, namun dia sudah tidak bisa lagi. Rasa pusing dikepalanya membuat Rara tidak sanggup untuk berdiri sendiri. Belum sempat dia berdiri, Rara terjatuh pingsan di bahu cowok itu.
“Hey. Duh nih cewek bikin gue bingung aja. Tolong ada orang gak?” ujar cowok itu sedikit berteriak.
“Hello, yang disana tolongin gue dong. Siapa aja! Ada orang pingsan.” Teriak cowok itu.
“Rara...” ucap cowok itu saat melihat bed nama di baju Rara.
“Ra, bangun dong?” ujar cowok itu sembari menepuk-nepuk pipi Rara.
Terhitung, sepuluh menit sudah Rara bersandar pingsan di bahu cowok itu. Dan dengan sendirinya Rara tersadar.
“Gue dimana?” ujar Rara bingung.
“Loe masih di sekolah.” Ujar cowok itu.
“Loe siapa?”
“Kenalin, gue Dafit. Sorry tadi gue ga sengaja nabrak loe.” Ucap Dafit, nama cowok itu.
“Baru denger. Iya, dan makasih ya loe udah mau jagain gue disini.”
“Iya santai aja.”
“Gue pulang dulu.” Ujar Rara.
Setelah itu, Rara berjalan menuju ke arah bus yang berhenti tepat didepan Rara setelah Rara beranjak meninggalkan cowok itu. Sedangkan Dafit, cowok yang menabrak Rara hanya terdiam cengo melihat sikap Rara.
“DOORRRR!!!” Terdengar suara yang mengagetkan Dafit dari arah belakang.
“Nesa! Kaget tau!” ujar Dafit yang merasa kaget.
“Iya sorry deh. Loe kenapa Fit? Kok masih disini?” bingung Nesa.
Nesa merupakan teman satu eskul Dafit, dan meraka terlihat sudah akrab sejak akhir-akhir ini. Sore itu, Nesa sengaja mencari Dafit untuk membahas kegiatan eskul yang akan berlangsung minggu besok.
“Pengen duduk aja disini. Kenapa loe cari gue?” jawab Dafit, yang berusaha menutupi kejadian tadi.
“Gue mau bahas eskul.”
“Yah berarti eskul mulai jalan lagi.” Jawab Dafit lemas.
“Iya dong, masa mau berhenti. Kan seru loh, bisa kumpu-kumpul lagi.”
“Seru dari mananya?” ujar Dafit sedikit kecewa.
“Kok loe gitu Fit, emang loe udah bosen gitu ikut eskul Basket.” Heran Nesa.
“Ya ngga juga si, pengen aja cari suasana baru. Sekali-sekali gitu latihannya di luar sekolah.”
“Ooh itu, kalo itu si gue bisa usulin ke pembina.”
“serius loe!”
“Dua rius deh. Hehehe.” Terang Nesa, yang membuat Dafit kembali semangat.
“Yes! Yes! Yes! Yes!” Ucap Dafit, yang berulang-ulang mengucapkan kata “yes” saat itu karna saking senengnya dia.
Namun, disaat Dafit yang merasa girang kini Nesa terlihat diam. Nesa memandang ke depan dengan tatapan kosong. Dengan tak ada sedikit pun senyum tergambar dibibir Nesa.
“Nes! Masih sore, malah tidur.” Ujar Dafit yang berganti mengagetkan Nesa.
“Eeeh, siapa yang tidur. Lagi melamun juga.”
“Nah loh ngelamunin siapa ya?” curiga Dafit, dan membuat Nesa salting.
“Apaan? Ngga ngelamunin siapa-siapa.”
“Ga usah bohong deh, gue tau loe itu ga bisa bohong ke gue.”
Nesa kembali berfikir panjang, akan kah dia harus menceritakan semuanya ke Dafit. Atau dia harus menunggu waktu yang tepat, untuk mengetahui kejelasan rasa suka kepada cowok yang jadi idaman dia saat ini. Dan Nesa tau, mungkin jika ia menceritakanya ke Dafit pasti akan banyak informasi yang terkait dengan cowok itu. Ya, Nesa suka dengan cowok satu eskul dengan dia dan cowok itu sahabat Dafit.
“Fit, loe tadi bilang apa?” ujar Nesa yang baru tersadar dari lamunannya.
“Yaah capek deh, dari tadi gue ngomong gak didengerin.” Ujar Dafit sedikit kecewa.
“Hehe sorry Fit.” Cengir Nesa.
“Pulang aja yuk?”
“Kok pulang, gue masih pengen disini.”
“Yah terserah loe, gue si mau pulang. Bye.” Ujar Dafit.
Dafit memutuskan pulang, dan segera ia beranjak dari tempat itu ke sepeda motornya. Ditengah perjalanan, Dafit masih berfikir dengan kejadian tadi. Dengan cewek yang dia temui tadi. Mungkin itu pertemuan pertama dia, dan ga tau kapan lagi bisa bertemu dengan cewek yang bernama Rara itu.
Berbeda dengan Dafit, Nesa kini terdiam sendiri didekat gerbang sekolah. Dia masih terus berfikir tentang cowok itu. Namanya Veno. Entah sampai kapan Nesa akan memikirkan cowok itu. Dan Nesa juga tidak tau apa yang bakal terjadi dengan kelangsungan kisah cinta dia. Dan akankah Nesa harus jujur, atau kah merahasiakan hal ini yang entah kapan akan berakhir. Semua itu menjadi tanda tanya dalam hati Nesa. Dia hanya berharap yang terbaik, jika memang itu pilihan yang terbaik. Walaupun tak ada kepastian yang jelas diantara hubungan Nesa dengan Veno.
“Veno, gue nunggu loe.” Ucap Nesa dalam kesendiriannya. Dan segera Nesa meninggalkan tempat itu.
Bersambung...........................


anasabila memberi reputasi
1
1.5K
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan