- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kilasan Kisah dari Banci ke Waria


TS
helmcatok15
Kilasan Kisah dari Banci ke Waria
Quote:
[img] https://gimg.kumpar.com/kumpar/image...z1jmlmrdkyjot7[/img]
Pilihan, terkadang adalah barang mewah bagi sebagian orang. Dan hidup bisa jadi serasa jerat perangkap tanpa jalan keluar, selain menjalaninya.
Barangkali itulah yang dirasakan waria--yang merasa terperangkap dalam kelamin lelaki sementara jiwa di dalamnya adalah wanita.
Alhasil, ketika mereka ingin, mencoba, atau telah mengekspresikan diri berbeda dengan gender yang mereka milliki, keganjilan terasa. Bukan saja bagi masyarakat di luar, pun di dalam diri mereka sendiri.
“Menjadi waria bukan pilihan saya. Ini adalah sesuatu yang memang harus dijalani,” ujar Shinta Ratri, waria asal Yogyakarta kepada kumparan , Rabu (28/6).
Takdir yang bukan pilihannya itu ia coba jalani sebaik-baiknya, salah satunya dengan merawat Pondok Pesantren Al-Fatah, yang dipaksa ditutup pada 2016.
Empati terhadap kaum sesama mendorong Shinta untuk menjaga wadah spiritualitas--yang langka--bagi mereka yang kerap dipandang ganjil.
[img] https://gimg.kumpar.com/kumpar/image...zzwvktotgu.jpg[/img]
Seorang waria. (Foto:Ardhana Pragota/kumparan)
Usia kata banci memang jauh lebih tua dan purba dibanding term wadam dan waria. Istilah ini populer sejak 1830, ketika Jakarta masih bernama Batavia.
Kala itu terdapat kelompok tari bernama
Bantji Batavia . Tarian dibawakan oleh lelaki muda yang berpakaian seperti wanita, dengan pakaian ala perempuan Eropa--gaun dan kaus kaki putih dan gelang kaki.
Boellstorf dalam buku A Coincidence of Desires: Antrophology, Queer Studies , Indonesia mengatakan bahwa kelompok tari Bantji Batavia mirip dengan kesenian Ludruk dari Surabaya dan diperkirakan berasal dari Bali.
Hal itu senada dengan yang dituliskan Miguil Covarrubias dalam buku Island of Bali .
“Di Bali terdapat orang-orang yang disebut dengan bentji, dalam bahasa Bali itu berarti hermafrodit, salah satu karakter dewa yang jelek dan konyol di antara manusia. Bentji biasanya laki-laki aseksual sejak lahir (atau impoten) yang bertingkah dan berdandan seperti perempuan,” tulis Covarrubias.
Dikutip dari Historia, banci setidaknya memiliki empat jenis. Banci abadi, yang mengenakan busana perempuan dalam keseharian. Banci separuh, hanya mengenakan baju wanita dalam waktu-waktu tertentu. Banci bantet, yang gagal menjadi bencong. Dan banci yang menutupi identitasnya.
Banci yang dulu biasa menghibur dengan tarian dan nyanyian dari panggung ke panggung, semakin ditolak keberadaannya. Akhirnya mereka pun mengendap-endap, menjadi pengamen jalanan hingga penjaja seks di simpang jalan. Karena kehadiran mereka secara terang-terangan ditolak, maka dalam gelap mereka kemudian hidup.
Ketika mendukung terbentuknya Hiwad, Ali Sadikin berpikiran para banci itu harus juga berdaya guna, menggali potensi, memperoleh pendidikan, dan juga bekerja secara halal. Namun, penghidupan mereka sulit karena tekanan ekonomi hingga sosial.
Perbedaan antara kelamin yang dimiliki dengan perasaan dan identitas yang dirasakan dan diekspresikan, membuat mereka banyak mengalami penolakan. Mulai dari keluarga, institusi pendidikan, dan masyarakat menolak keberadaan mereka. Meskipun mereka nyata ada dalam realita kita.
https://m.kumparan.com/rina-nurjanah...banci-ke-waria
Akhirnya ane ngerti sejarah wadam

Diubah oleh helmcatok15 14-07-2017 11:03
0
5K
Kutip
24
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan