- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
PLAGIARISME DAN BULLYING


TS
hattori07
PLAGIARISME DAN BULLYING
Pemikiran ini mungkin sudah basi karena sudah agak redup pemberitaanya. Tapi tetap saja menggelitik saya untuk sedikit berbagi pendapat.
Berawal dari tulisan seorang anak SMA di Banyuwangi beberapa minggu lalu yang jadi trending topik di dunia maya. Tidak lain karena yang bersangkutan dicap melakukan penjiplakan karya orang lain.
Secara kasat mata saya tidak menemukan adanya pengakuan dari yang bersangkutan bahwa dia secara gamblang mengaku bahwa tulisan tersebut adalah hasil karya nya. Jika memang ada, saya mohon maaf karena mungkin saya kurang informasi.
Terlepas dari itu semua, yang buat saya mengernyitkan dahi adalah ketika sekelompok manusia melakukan bullying yang berlebihan dan menjurus pada merendahkan derajat kemanusiaan sang anak tersebut.
Bagaimana tidak, salah satu komentar yang saya baca adalah menganjurkan sang anak tersebut untuk melakukan tes psikiater terkait kejiwaanya. Dan banyak yang menyetujui.
Wow!
Ini luar biasa. Kenapa saya bilang seperti itu? Ya, tentu saja. Seorang anak yang dimasa pubertas seperti itu memang wajar melakukan penjiplakan. Itu alami, karena pada masa pubertas seseorang biasanya ingin menunjukan eksistensi diri. Ini terjadi di hampir semua anak. Saya juga begitu.
Dan ini yang saya ingin tekankan.
Plagiarisme yang dilakukan oleh sang anak SMA di Banyuwangi tersebut lebih ke arah BAIK! Plagiarisme itu tidak hanya tulisan. Karena tindakan yang mencuri / mencontoh hasil karya orang lain secara “plek” bisa disebut plagiarisme. Gaya hidup, gaya pacaran, gaya berinteraksi. Itu juga bisa dikatakan plagiarisme. Bagaimana anak muda zaman sekarang meniru adegan pacaran yang ada di sinetron, gaya hidup manusia kafir barat, gaya berpakaian. Banyak hal negatif lainya yang merupakan bentuk dari plagiarisme yang lebih perlu diteliti kejiwaan para pelakunya.
Lalu kalian yang tak setuju berteriak, “Ah, dia menulis itu demi keuntungan materinya sendiri tanpa membayar royalti kepada penulis asli.”
STOP! Sebagai contoh, kalian lihat festival-festival musik anak-anak seumuranya atau yang lebih tinggi. Mereka menyanyikan lagu, memainkan musik dan lagu dari musisi yang mereka kagumi. Mereka ingin eksistensi, selain dari itu mereka juga mengincar hadiah dari panitia. Dan itu semua dari “karya orang lain”.
Yang jadi pertanyaan, mereka membayar royalti juga kah? Mereka yang menang tidak mendapat keuntungan materikah? Hahaha... kalian bertepuk tangan untuk yang menang. Tak pernah saya mendengar ada yang protes dan menginginkan pemenangnya untuk melakukan pemeriksaan kejiwaan.
Dan menurut pendapat saya, hampir tidak ada seorang manusia biasa yang dibesarkan tanpa plagiarisme. Meniru ini, meniru itu. Mencontoh tindakan orang ini atau orang itu. Hampir semua orang tua kita menganjurkan plagiarisme kepada kita selama dalam koridor “tidak melenceng” dari pemikiran mereka. Sampai kata yang kalian ucapkan pertama kali adalah bentuk dari plagiarisme.
So, STOP BULLYING! Afi itu anak pintar,
karena gak semua anak pada seumuranya mau bergelut dan membaca tulisan-tulisan njlimet seperti itu. Yang butuh pemahaman pembacanya. Lebih menarik menonton sinetron dengan aktor-aktris yang ngguanteng dan cuantik. Atau menghayal sebagai Naruto dan Sasuke lalu tawuran ditengah jalan menggunakan ninjutsu.
Haassh!
Berawal dari tulisan seorang anak SMA di Banyuwangi beberapa minggu lalu yang jadi trending topik di dunia maya. Tidak lain karena yang bersangkutan dicap melakukan penjiplakan karya orang lain.
Secara kasat mata saya tidak menemukan adanya pengakuan dari yang bersangkutan bahwa dia secara gamblang mengaku bahwa tulisan tersebut adalah hasil karya nya. Jika memang ada, saya mohon maaf karena mungkin saya kurang informasi.


Terlepas dari itu semua, yang buat saya mengernyitkan dahi adalah ketika sekelompok manusia melakukan bullying yang berlebihan dan menjurus pada merendahkan derajat kemanusiaan sang anak tersebut.

Bagaimana tidak, salah satu komentar yang saya baca adalah menganjurkan sang anak tersebut untuk melakukan tes psikiater terkait kejiwaanya. Dan banyak yang menyetujui.

Wow!


Plagiarisme yang dilakukan oleh sang anak SMA di Banyuwangi tersebut lebih ke arah BAIK! Plagiarisme itu tidak hanya tulisan. Karena tindakan yang mencuri / mencontoh hasil karya orang lain secara “plek” bisa disebut plagiarisme. Gaya hidup, gaya pacaran, gaya berinteraksi. Itu juga bisa dikatakan plagiarisme. Bagaimana anak muda zaman sekarang meniru adegan pacaran yang ada di sinetron, gaya hidup manusia kafir barat, gaya berpakaian. Banyak hal negatif lainya yang merupakan bentuk dari plagiarisme yang lebih perlu diteliti kejiwaan para pelakunya.
Lalu kalian yang tak setuju berteriak, “Ah, dia menulis itu demi keuntungan materinya sendiri tanpa membayar royalti kepada penulis asli.”
STOP! Sebagai contoh, kalian lihat festival-festival musik anak-anak seumuranya atau yang lebih tinggi. Mereka menyanyikan lagu, memainkan musik dan lagu dari musisi yang mereka kagumi. Mereka ingin eksistensi, selain dari itu mereka juga mengincar hadiah dari panitia. Dan itu semua dari “karya orang lain”.

Yang jadi pertanyaan, mereka membayar royalti juga kah? Mereka yang menang tidak mendapat keuntungan materikah? Hahaha... kalian bertepuk tangan untuk yang menang. Tak pernah saya mendengar ada yang protes dan menginginkan pemenangnya untuk melakukan pemeriksaan kejiwaan.

Dan menurut pendapat saya, hampir tidak ada seorang manusia biasa yang dibesarkan tanpa plagiarisme. Meniru ini, meniru itu. Mencontoh tindakan orang ini atau orang itu. Hampir semua orang tua kita menganjurkan plagiarisme kepada kita selama dalam koridor “tidak melenceng” dari pemikiran mereka. Sampai kata yang kalian ucapkan pertama kali adalah bentuk dari plagiarisme.
So, STOP BULLYING! Afi itu anak pintar,




0
2.5K
24


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan