- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Monolog Emha Ainun Nadjib Untuk Kita


TS
nyomandwipa
Monolog Emha Ainun Nadjib Untuk Kita
Selamat pagi para warga Kaskus
Semoga hari ini segala urusan agan di beri kelancaran.
Kalau kita coba melihat lebih teliti, dan merasakan, turun lebih jauh ke kedalaman pergaulan masyarakat kita, mungkin banyak dari kita akan berkata bahwa masyarakat kita telah banyak mengalami kemerosotan moral, cara pandang, dan dasar dasar hidup bertoleransi.
Khususnya menjelang pilkada DKI Jakarta yang di warnai oleh selingan selingan yang entah apa rasanya. Yang jelas, kita sebagai rakyat awam di bikin bingung oleh para elit pemerintahan dan media yang ada.
Ane bikin trit ini cuma ingin berbagi aja. Sebagai renungan untuk hati yang menerima nasehat. Dan tentunya bukan di tujukan untuk satu kalangan saja. Karena sudah menjadi hal umum sejak pemilu pemilu sebelumnya, kita seolah menjadi korban rayu propaganda para calon pemimpin yang berkampanye hingga darah dan hati mendidih. Kebencian dan caci maki bertebaran seperti sampah di media sosial bahkan hingga lingkup tetangga.
Ini ane catat dari beliau Emha atau Cak Nun. Semoga mampu meredam panasnya hati dan pikiran agan.
Menyorong Rembulan
Oleh Emha Ainun Nadjib
Gerhana rembulan hampir total. Malam gelap gulita. Matahari berada pada satu garis dengan bumi dan rembulan. Cahaya matahari yang memancar ke rembulan tidak sampai ke permukaan rembulan karena di tutupi oleh bumi sehingga rembulan tidak memantulkan cahaya matahari ke permukaan bumi.
Matahari adalah lambang Tuhan. Cahaya matahari adalah rahmat nilai kepada bumi yg semestinya di pantulkan oleh rembulan.
Rembulan adalah para kekasih Allah. Para rasul, para nabi, para ulama, para cerdik cendekia, para pujangga, dan siapapun saja yang memantulkan cahaya matahari atau nilai nilai Allah untuk mendayagunakannya di bumi. Karena bumi menutupi cahaya matahari maka malam gelap gulita. Dan di dalam kegelapan segala yang buruk terjadi. Orang tidak bisa menatap wajah orang lainnya secara jelas. Orang menyangka kepala adalah kaki. Orang menyangka utara adalah selatan. Orang bertabrakan satu sama lain. Orang tidak sengaja menjegal satu sama lain atau sengaja saling menjegal satu sama lain. Di dalam kegelapan orang tidak punya pedoman yang jelas untuk melangkah. Akan kemana melangkah. Dan bagaimana melangkah.
Ilir ilir. Kita memang sudah ngelilir. Kita sudah bangun. Sudah bangkit. Bahkan kaki kita sudah berlari kesana kemari. Namun akal pikiran kira belum. Hati nurani kita belum.
Kita masih merupakan anak anak dari orde yang kita kutuk di mulut namun ajaran ajarannya kita biarkan hidup subur di dalam aliran darah dan jiwa kita.
Kita mengutuk perampok dengan cara mengincarnya untuk kita rampok balik.
Kita mencerca maling dengan penuh kedengkian... Kenapa bukan kita (saja) yang maling?
Kita mencaci penguasa lalim dengan berusaha untuk menggantikannya.
Kita membenci para pembuat dosa besar dengan cara setan yakni melarangnya untuk insaf dan bertobat.
Kita memperjuangkan gerakan anti penggusuran dengan cara menggusur.
Kita menolak pemusnahan dengan merancang pemusnahan pemusnahan.
Kita menghujat para penindas dengan riang gembira sebagaimana iblis yakni kita halangi usahanya untuk memperbaiki diri.
Siapakah selain setan iblis dan dajjal yang menolak khusnul khotimah manusia? Yang memblokade pintu surga. Yang menyorong mereka mendekat ke pintu neraka....
Semoga hari ini segala urusan agan di beri kelancaran.
Kalau kita coba melihat lebih teliti, dan merasakan, turun lebih jauh ke kedalaman pergaulan masyarakat kita, mungkin banyak dari kita akan berkata bahwa masyarakat kita telah banyak mengalami kemerosotan moral, cara pandang, dan dasar dasar hidup bertoleransi.
Khususnya menjelang pilkada DKI Jakarta yang di warnai oleh selingan selingan yang entah apa rasanya. Yang jelas, kita sebagai rakyat awam di bikin bingung oleh para elit pemerintahan dan media yang ada.
Ane bikin trit ini cuma ingin berbagi aja. Sebagai renungan untuk hati yang menerima nasehat. Dan tentunya bukan di tujukan untuk satu kalangan saja. Karena sudah menjadi hal umum sejak pemilu pemilu sebelumnya, kita seolah menjadi korban rayu propaganda para calon pemimpin yang berkampanye hingga darah dan hati mendidih. Kebencian dan caci maki bertebaran seperti sampah di media sosial bahkan hingga lingkup tetangga.
Ini ane catat dari beliau Emha atau Cak Nun. Semoga mampu meredam panasnya hati dan pikiran agan.
Menyorong Rembulan
Oleh Emha Ainun Nadjib
Gerhana rembulan hampir total. Malam gelap gulita. Matahari berada pada satu garis dengan bumi dan rembulan. Cahaya matahari yang memancar ke rembulan tidak sampai ke permukaan rembulan karena di tutupi oleh bumi sehingga rembulan tidak memantulkan cahaya matahari ke permukaan bumi.
Matahari adalah lambang Tuhan. Cahaya matahari adalah rahmat nilai kepada bumi yg semestinya di pantulkan oleh rembulan.
Rembulan adalah para kekasih Allah. Para rasul, para nabi, para ulama, para cerdik cendekia, para pujangga, dan siapapun saja yang memantulkan cahaya matahari atau nilai nilai Allah untuk mendayagunakannya di bumi. Karena bumi menutupi cahaya matahari maka malam gelap gulita. Dan di dalam kegelapan segala yang buruk terjadi. Orang tidak bisa menatap wajah orang lainnya secara jelas. Orang menyangka kepala adalah kaki. Orang menyangka utara adalah selatan. Orang bertabrakan satu sama lain. Orang tidak sengaja menjegal satu sama lain atau sengaja saling menjegal satu sama lain. Di dalam kegelapan orang tidak punya pedoman yang jelas untuk melangkah. Akan kemana melangkah. Dan bagaimana melangkah.
Ilir ilir. Kita memang sudah ngelilir. Kita sudah bangun. Sudah bangkit. Bahkan kaki kita sudah berlari kesana kemari. Namun akal pikiran kira belum. Hati nurani kita belum.
Kita masih merupakan anak anak dari orde yang kita kutuk di mulut namun ajaran ajarannya kita biarkan hidup subur di dalam aliran darah dan jiwa kita.
Kita mengutuk perampok dengan cara mengincarnya untuk kita rampok balik.
Kita mencerca maling dengan penuh kedengkian... Kenapa bukan kita (saja) yang maling?
Kita mencaci penguasa lalim dengan berusaha untuk menggantikannya.
Kita membenci para pembuat dosa besar dengan cara setan yakni melarangnya untuk insaf dan bertobat.
Kita memperjuangkan gerakan anti penggusuran dengan cara menggusur.
Kita menolak pemusnahan dengan merancang pemusnahan pemusnahan.
Kita menghujat para penindas dengan riang gembira sebagaimana iblis yakni kita halangi usahanya untuk memperbaiki diri.
Siapakah selain setan iblis dan dajjal yang menolak khusnul khotimah manusia? Yang memblokade pintu surga. Yang menyorong mereka mendekat ke pintu neraka....
Spoiler for Emha Ainun Nadjib:
0
2.8K
13


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan