- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Objek Wisata di tutup sementara oleh Pengurus Karena Pungli, Miris Gan


TS
regenio
Objek Wisata di tutup sementara oleh Pengurus Karena Pungli, Miris Gan

Quote:
Wisata Puncak Hoza berlokasinya di Desa Kampung Yaman Aek Natas Labuhanbatu Utara. Ada yang menyebut Puncak Pamingke, Bukit Gundul, Puncak Padang Lompong, Bukit Kampung Yaman atau Bukit Telkom. Sekarang sudah memiliki nama baru menjadi Puncak Hoza Labuhanbatu Utara. Hoza (Hosa=Nafas). Penamaan ini dipilih pihak pengelola dan pemilik lahan karena filosofi jika kita naik ke puncak ini, maka nafas kita akan terengah-engah dan ngos-ngosan.
Quote:
TETAPI SAYANG SEKALI WISATA YANG INDAH INI HARUS DITUTUP SEMENTARA OLEH PENGURUS KARENA PUNGLI "UANG ROKOK" OLEH PIHAK PIHAK YANG TAK BERTANGGUNG JAWAB. CHECK THIS OUT

Spoiler for PENYEBAB DI TUTUP:
Quote:
Breaking News
Mulai Besok, 03 juli 2017 Puncak Hoza ditutup
Permohonan maaf disampaikan oleh pihak pengelola Puncak Hoza kepada Laburaku dan seluruh pengunjung karena dengan berat hati harus menutup lokasi wisata Puncak Hoza yang lagi hits-hitsnya di Labura, juga mohon maaf atas ketidaknyamanan pengunjung selama di Puncak Hoza.
Permasalahannya bermula dari banyaknya permintaan "uang rokok" yang ada.
Setelah itu muncul beberapa permasalahan lahan parkir, hingga pengelola meminta bantuan kepada kepala desa untuk menengahi dan mencari solusi. Belum selesai masalah, muncul lagi pihak yang lain meminta "uang rokok" kepada pengelola.
Hingga akhirnya sebelum lebaran pengelola meminta saran bagaimana jika dibuat tiket terusan. LaburaKu mendukung dan membantu membuatkan design tiketnya. Tiket selesai "uang rokok" semakin ramai, pengelola sangat menyesalkan kutipan thd para pengunjung. Hingga meminta bantuan kembali kepada kepala desa Kampung Yaman. Pengelola dengan berat hati meng iyakan hasil pertemuan, yaitu dua kali sistem pembayaran. Tiket yang tadinya sudah dicetak diambil alih oleh pemuda setempat di bawah komando Kades, dan memperkerjakan para pemuda setempat untuk ikut sebagai panitia Puncak Hoza. Namun, pihak pengelola diminta kembali melakukan pungutan di atas wahana, sebab tiket dibawah hanya digunakan untuk menggaji para pemuda setempat yang ikut bekerja.
Pengelola mengaminkan sembari berfikir bahwa ini akan menjadi lahan kebaikan dengan memberi ruang pekerjaan bagi warga walau harga tiket masuk semakin mahal, pengunjung terpaksa membayar dua kali, di bawah 15.000 untuk tiket masuk lokasi dan parkir, pengelola terpaksa meminta kembali kutipan 15.000 untuk foto di semua wahana.
Sampai disitu, pada lebaran H+2 dan H+3, "uang rokok" pun masih ada kepada pihak pengelola, namun pengelola masih mendapat keuntungan dari omset yang ada. Tetapi H+4 lebaran dan seterusnya omset menurun, tapi "uang rokok" tetap ada.
Ternyata kebijakan aparat desa untuk merangkul semua PS dan preman tidak berjalan dengan baik. Karena toh juga mereka meminta uang rokok ke pihak pengelola, padahal mereka sudah mendapat gaji atas peran ikut di panitia. Alhasil pengelola asik membayar "uang rokok" hingga tak lagi mendapat hasil.
H+7 lebaran, pengelola mengatakan akan menutup Puncak Hoza karena tidak tahan dengan banyaknya "uang rokok". Akhirnya pengelola memutuskan menutup sementara Puncak Hoza pada 03 juli 2017 dan akan membongkar seluruh wahana. Puncak Hoza akan dibuka kembali pada agustus nanti, pengelola sedang melakukan perbaikan wahana dan management agar kejadian serupa tidak terulang, semua demi kenyamanan pengunjung. Pengelola juga mengharapkan pemerintah dan dinas terkait mau memperhatikan dan membantu mencari solusi untuk mewujudkan lokasi wisata yang nyaman demi kemajuan Labura.
Sekarang sudah tahu kan mengapa Tiket masuk ke Puncak Hoza mahal???
Sangat disayangkan sekali kejadian ini, potensi yang kita bangun bersama harus tercederai oleh pihak yang tak sadar dan egois atas keinginannya sendiri. Warga yang berkreasi tak didukung bahkan di gerogoti.
Kami dari LaburaKu mengecam kejadian ini, semoga pihak yang meminta "uang rokok" ini sadar dan diberi hidayah Tuhan Yang Maha Esa.
sumber: pengelola Puncak Hoza.
Mari terus sadar pentingnya kenyamanan pengunjung, pentingnya mendukung potensi yang ada di Labura.
#laburaku #labura
Mulai Besok, 03 juli 2017 Puncak Hoza ditutup
Permohonan maaf disampaikan oleh pihak pengelola Puncak Hoza kepada Laburaku dan seluruh pengunjung karena dengan berat hati harus menutup lokasi wisata Puncak Hoza yang lagi hits-hitsnya di Labura, juga mohon maaf atas ketidaknyamanan pengunjung selama di Puncak Hoza.
Permasalahannya bermula dari banyaknya permintaan "uang rokok" yang ada.
Setelah itu muncul beberapa permasalahan lahan parkir, hingga pengelola meminta bantuan kepada kepala desa untuk menengahi dan mencari solusi. Belum selesai masalah, muncul lagi pihak yang lain meminta "uang rokok" kepada pengelola.
Hingga akhirnya sebelum lebaran pengelola meminta saran bagaimana jika dibuat tiket terusan. LaburaKu mendukung dan membantu membuatkan design tiketnya. Tiket selesai "uang rokok" semakin ramai, pengelola sangat menyesalkan kutipan thd para pengunjung. Hingga meminta bantuan kembali kepada kepala desa Kampung Yaman. Pengelola dengan berat hati meng iyakan hasil pertemuan, yaitu dua kali sistem pembayaran. Tiket yang tadinya sudah dicetak diambil alih oleh pemuda setempat di bawah komando Kades, dan memperkerjakan para pemuda setempat untuk ikut sebagai panitia Puncak Hoza. Namun, pihak pengelola diminta kembali melakukan pungutan di atas wahana, sebab tiket dibawah hanya digunakan untuk menggaji para pemuda setempat yang ikut bekerja.
Pengelola mengaminkan sembari berfikir bahwa ini akan menjadi lahan kebaikan dengan memberi ruang pekerjaan bagi warga walau harga tiket masuk semakin mahal, pengunjung terpaksa membayar dua kali, di bawah 15.000 untuk tiket masuk lokasi dan parkir, pengelola terpaksa meminta kembali kutipan 15.000 untuk foto di semua wahana.
Sampai disitu, pada lebaran H+2 dan H+3, "uang rokok" pun masih ada kepada pihak pengelola, namun pengelola masih mendapat keuntungan dari omset yang ada. Tetapi H+4 lebaran dan seterusnya omset menurun, tapi "uang rokok" tetap ada.
Ternyata kebijakan aparat desa untuk merangkul semua PS dan preman tidak berjalan dengan baik. Karena toh juga mereka meminta uang rokok ke pihak pengelola, padahal mereka sudah mendapat gaji atas peran ikut di panitia. Alhasil pengelola asik membayar "uang rokok" hingga tak lagi mendapat hasil.
H+7 lebaran, pengelola mengatakan akan menutup Puncak Hoza karena tidak tahan dengan banyaknya "uang rokok". Akhirnya pengelola memutuskan menutup sementara Puncak Hoza pada 03 juli 2017 dan akan membongkar seluruh wahana. Puncak Hoza akan dibuka kembali pada agustus nanti, pengelola sedang melakukan perbaikan wahana dan management agar kejadian serupa tidak terulang, semua demi kenyamanan pengunjung. Pengelola juga mengharapkan pemerintah dan dinas terkait mau memperhatikan dan membantu mencari solusi untuk mewujudkan lokasi wisata yang nyaman demi kemajuan Labura.
Sekarang sudah tahu kan mengapa Tiket masuk ke Puncak Hoza mahal???
Sangat disayangkan sekali kejadian ini, potensi yang kita bangun bersama harus tercederai oleh pihak yang tak sadar dan egois atas keinginannya sendiri. Warga yang berkreasi tak didukung bahkan di gerogoti.
Kami dari LaburaKu mengecam kejadian ini, semoga pihak yang meminta "uang rokok" ini sadar dan diberi hidayah Tuhan Yang Maha Esa.
sumber: pengelola Puncak Hoza.
Mari terus sadar pentingnya kenyamanan pengunjung, pentingnya mendukung potensi yang ada di Labura.
#laburaku #labura
Quote:
Permohonan maaf disampaikan oleh pihak pengelola Puncak Hoza kepada Laburaku dan seluruh pengunjung karena dengan berat hati harus menutup lokasi wisata Puncak Hoza yang lagi hits-hitsnya di Labura. Permohonan maaf juga disampaikan pengelola atas ketidaknyamanan pengunjung selama di Puncak Hoza.
Penutupan ini berawal dari permasalahan banyaknya permintaan 'uang rokok' yang ada.Setelah itu muncul beberapa permasalahan lahan parkir, hingga pengelola meminta bantuan kepada Kepala Desa untuk menengahi dan mencari solusi. Belum selesai masalah, muncul lagi pihak yang lain meminta 'uang rokok' kepada pengelola.
Hingga akhirnya sebelum lebaran pengelola meminta saran bagaimana jika dibuat tiket terusan. LaburaKu mendukung dan membantu membuatkan design tiketnya. Tiket selesai namun 'uang rokok' justru kian ramai, pengelola sangat menyesalkan kutipan terhadap para pengunjung. Hingga meminta bantuan kembali kepada Kepala Desa Kampung Yaman. Pengelola dengan berat hati mengiyakan hasil pertemuan, yaitu dua kali sistem pembayaran.
Tiket yang tadinya sudah dicetak diambil alih oleh pemuda setempat di bawah komando Kades, dan memperkerjakan para pemuda setempat untuk ikut sebagai panitia Puncak Hoza. Namun, pihak pengelola diminta kembali melakukan pungutan di atas wahana, sebab tiket di bawah hanya digunakan untuk menggaji para pemuda setempat yang ikut bekerja.
Pengelola mengaminkan sembari berfikir bahwa ini akan menjadi lahan kebaikan dengan memberi ruang pekerjaan bagi warga walau harga tiket masuk semakin mahal, pengunjung terpaksa membayar dua kali, di bawah 15.000 untuk tiket masuk lokasi dan parkir, pengelola terpaksa meminta kembali kutipan 15.000 untuk foto di semua wahana.
Sampai di situ, pada lebaran H+2 dan H+3, 'uang rokok' pun masih ada kepada pihak pengelola, namun pengelola masih mendapat keuntungan dari omset yang ada. Tetapi H+4 lebaran dan seterusnya omset menurun, tapi 'uang rokok' tetap ada.Ternyata kebijakan aparat desa untuk merangkul semua PS dan preman tidak berjalan dengan baik. Karena mereka meminta uang rokok ke pihak pengelola, padahal mereka sudah mendapat gaji atas peran ikut di panitia. Alhasil pengelola asyik membayar 'uang rokok' hingga tak lagi mendapat hasil.
H+7 lebaran, pengelola mengatakan akan menutup Puncak Hoza karena tidak tahan dengan banyaknya 'uang rokok'. Akhirnya pengelola memutuskan menutup sementara Puncak Hoza pada 3 juli 2017 dan akan membongkar seluruh wahana. Puncak Hoza akan dibuka kembali pada agustus nanti, pengelola sedang melakukan perbaikan wahana dan management agar kejadian serupa tidak terulang, semua demi kenyamanan pengunjung. Pengelola juga mengharapkan pemerintah dan dinas terkait mau memperhatikan dan membantu mencari solusi untuk mewujudkan lokasi wisata yang nyaman demi kemajuan Labura.
Sangat disayangkan sekali kejadian ini, potensi yang dibangun bersama harus tercederai oleh pihak yang tak sadar dan egois atas keinginannya sendiri. Warga yang berkreasi tak didukung bahkan di gerogoti.Kami dari LaburaKu mengecam kejadian ini, semoga pihak yang meminta 'uang rokok' ini sadar dan diberi hidayah Tuhan Yang Maha Esa.(Rel)
Penutupan ini berawal dari permasalahan banyaknya permintaan 'uang rokok' yang ada.Setelah itu muncul beberapa permasalahan lahan parkir, hingga pengelola meminta bantuan kepada Kepala Desa untuk menengahi dan mencari solusi. Belum selesai masalah, muncul lagi pihak yang lain meminta 'uang rokok' kepada pengelola.
Hingga akhirnya sebelum lebaran pengelola meminta saran bagaimana jika dibuat tiket terusan. LaburaKu mendukung dan membantu membuatkan design tiketnya. Tiket selesai namun 'uang rokok' justru kian ramai, pengelola sangat menyesalkan kutipan terhadap para pengunjung. Hingga meminta bantuan kembali kepada Kepala Desa Kampung Yaman. Pengelola dengan berat hati mengiyakan hasil pertemuan, yaitu dua kali sistem pembayaran.
Tiket yang tadinya sudah dicetak diambil alih oleh pemuda setempat di bawah komando Kades, dan memperkerjakan para pemuda setempat untuk ikut sebagai panitia Puncak Hoza. Namun, pihak pengelola diminta kembali melakukan pungutan di atas wahana, sebab tiket di bawah hanya digunakan untuk menggaji para pemuda setempat yang ikut bekerja.
Pengelola mengaminkan sembari berfikir bahwa ini akan menjadi lahan kebaikan dengan memberi ruang pekerjaan bagi warga walau harga tiket masuk semakin mahal, pengunjung terpaksa membayar dua kali, di bawah 15.000 untuk tiket masuk lokasi dan parkir, pengelola terpaksa meminta kembali kutipan 15.000 untuk foto di semua wahana.
Sampai di situ, pada lebaran H+2 dan H+3, 'uang rokok' pun masih ada kepada pihak pengelola, namun pengelola masih mendapat keuntungan dari omset yang ada. Tetapi H+4 lebaran dan seterusnya omset menurun, tapi 'uang rokok' tetap ada.Ternyata kebijakan aparat desa untuk merangkul semua PS dan preman tidak berjalan dengan baik. Karena mereka meminta uang rokok ke pihak pengelola, padahal mereka sudah mendapat gaji atas peran ikut di panitia. Alhasil pengelola asyik membayar 'uang rokok' hingga tak lagi mendapat hasil.
H+7 lebaran, pengelola mengatakan akan menutup Puncak Hoza karena tidak tahan dengan banyaknya 'uang rokok'. Akhirnya pengelola memutuskan menutup sementara Puncak Hoza pada 3 juli 2017 dan akan membongkar seluruh wahana. Puncak Hoza akan dibuka kembali pada agustus nanti, pengelola sedang melakukan perbaikan wahana dan management agar kejadian serupa tidak terulang, semua demi kenyamanan pengunjung. Pengelola juga mengharapkan pemerintah dan dinas terkait mau memperhatikan dan membantu mencari solusi untuk mewujudkan lokasi wisata yang nyaman demi kemajuan Labura.
Sangat disayangkan sekali kejadian ini, potensi yang dibangun bersama harus tercederai oleh pihak yang tak sadar dan egois atas keinginannya sendiri. Warga yang berkreasi tak didukung bahkan di gerogoti.Kami dari LaburaKu mengecam kejadian ini, semoga pihak yang meminta 'uang rokok' ini sadar dan diberi hidayah Tuhan Yang Maha Esa.(Rel)
Quote:
SAYANG BANGET KEJADIAN SEPERTI INI, INDONESIA YANG PUNYA BANYAK TEMPAT TEMPAT INDAH YANG PUNYA POTENSI UNTUK DI JADIIN TEMPAT WISATA HARUS ADA OKNUM OKNUM YANG MEMINTA JATAH YANG BISA MEMBUAT SALAH SATU OBJEK WISATA ITU DITUTUP SEMENTARA OLEH PENGURUSNYA
.KEINDAHAN WISATA PUNCAK HOZA
Spoiler for VIEW NYA BAGUS GAN:



Diubah oleh regenio 04-07-2017 11:04
0
4K
Kutip
25
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan