Nabi Muhammad, Ibrahim, & Musa Mengusir Pelaku Dosa Ini dari Rumahnya
TS
theoneta
Nabi Muhammad, Ibrahim, & Musa Mengusir Pelaku Dosa Ini dari Rumahnya
بِسْمِ اللهِ الرحْمَنِ الرحِيم
Hamba Allah tidak pernah terlepas dari dosa, baik disengaja maupun tidak, diinginkan maupun tidak diinginkan, dalam hitungan detik manusia bisa melakukan dosa, orang-orang yang hidup di zaman Nabi pernah mengadu kepada para Nabi terkait dengan dosa yang dilakukannya agar memohon pada Allah apakah dosanya diampuni dan taubatnya diterima? Karena sudah tidak diragukan lagi bahwa doa para Nabi cepat diijabah oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Jika Nabi berkenan mendoakan hamba Allah yang berdosa tersebut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala lalu Allah mengampuni dosanya tentu saja ini kabar gembira bagi hamba Allah yang berdosa tersebut. Akan tetapi, bagaimana bila hamba Allah yang berdosa ini sudah terlalu melampaui batas dosanya hingga Nabi Allah pun enggan memohon doa untuknya atau malah mengusirnya? Apakah yang dilakukan Nabi Allah itu salah? Tentu tidak. Karena Nabi-Nabi Allah adalah manusia bijaksana yang tidak menyelesaikan masalah dengan hawa nafsunya ataupun demi kepentingan pribadi. Lalu apa yang menyebabkan hal itu terjadi? Berikut ini kisah yang terjadi di masa Nabi dan kenapa pelaku dosa ini enggan didoakan dan diusir saat mengadu. Mohon dibaca sampai selesai agar tidak salah pengertian.
1. Kisah Nabi Musa 'Alaihissalam dan Wanita Pendosa
Quote:
Pada suatu senja yang tenang, tampak seorang wanita muda yang berjalan tergopoh-gopoh dengan pakaian serba hitam yang memperlihatkan bahwa ia sedang dalam keadaan berduka cita. Kerudungnya yang menutupi hampir seluruh wajahnya tanpa ada satupun perhiasan yang melekat di tubuhnya. Dari wajahnya yang tampak sedikit terlihat, dia sedang bersedih. Ia berjalan tergopoh-gopoh menuju tempat kediaman Nabi Musa Alaihissalam. Setelah sampai, diketuknya pintu tersebut pelan-pelan sambil mengucapkan salam. Dari dalam rumah, terdengar sambutan dan ucapan untuk mempersilahkan masuk.
Wanita muda tersebut masuk, namun kepalanya masih menunduk, seakan-akan ada beban yang sangat berat di atasnya. Air matanya mulai menetes tatkala dia memulai percakapan dengan salah satu Nabi bergelar Ulul Azmi, Nabi Musa 'Alaihissalam.
Musa : Nabi Musa 'Alaihissalam. Fulanah : Wanita Pendosa
Fulanah : “Wahai Nabi Allah, tolonglah hamba. Doakanlah hamba agar Allah berkenan mengampuni dosa keji yang telah hamba lakukan.” Musa : “Apa dosa yang telah engkau lakukan wahai wanita yang bersedih?” Fulanah :“Hamba takut mengatakannya.” Musa : “Katakanlah, jangan engkau ragu untuk mengatakannya.”
Spoiler for Jawaban Wanita Pendosa:
Fulanah :“Hamba telah berzina, dari perzinahan itu hamba hamil. Lantas setelah anak itu lahir, hamba cekik lehernya hingga tewas.”
Musa : “Wahai wanita! Pergilah engkau dari hadapanku! Agar siksa Allah tidak jatuh ke rumahku karena perbuatanmu. Pergi!!.”
Wanita tersebut sangat terkejut mendengar jawaban Nabi Musa. Hatinya hancur seakan-akan harapannya sirna. Wanita itu lalu keluar dari rumah Nabi Musa, dengan langkah kaki yang semakin tergopoh-gopoh. Ia tidak tahu lagi mau pergi kemana. Jika seorang nabi saja sudah menolaknya, apalagi manusia yang lainnya. Ia mulai membayangkan besarnya dosa yang telah ia perbuat.
Tetapi wanita itu tidak tahu apa yang terjadi di kediaman Nabi Musa setelah ia pergi.
Malaikat Jibril datang menemui Nabi Musa. Sang malaikat pembawa wahyu tersebut lalu bertanya kepada Nabi Musa,
Jibril : Malaikat Jibril Musa : Nabi Musa 'Alaihissalam.
Jibril : “Mengapa engkau menolak wanita yang hendak bertaubat dari dosanya? Apakah engkau tidak tahu dosa yang lebih besar dari dosa yang telah wanita itu lakukan?”
Musa : “Dosa apakah yang lebih besar dari perbuatan keji wanita yang berzina dan membunuh itu?”. “Benarkah ada dosa yang lebih besar dari dosa wanita itu?”
Spoiler for Jawaban Malaikat Jibril:
Jibril : “Ada!”. “Yaitu, orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja tanpa menyesal. Besar dosanya melebihi seribu kali berzina.”
Mendengar penjelasan Malaikat Jibril, Nabi Musa menyadari kekeliruannya. Beliau kemudian memanggil kembali wanita muda tersebut untuk menghadap lagi padanya. Setelah wanita muda yang hendak bertaubat sudah berada di depannnya, Nabi Musa 'Alaihissalam mengangkat tangan dengan khusyuk untuk memohon ampunan kepada Allah bagi wanita tersebut.
2. Kisah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam dan Orang Majusi (Penyembah Api)
Quote:
Nabi Ibrahim dikenal sebagai Nabi yang sangat dermawan. Bahkan setiap beliau akan makan, pasti beliau memanggil orang-orang untuk makan bersama dengannya. Apabila ada seseorang yang lewat/berpapasan di depannya atau di depan rumahnya, beliau tidak sungkan untuk menyuruhnya masuk ke rumah dan dihidangkan berbagai macam makanan oleh beliau.
Suatu ketika ada seorang Majusi (penyembah api) bertamu ke rumah beliau, namun beliau agak kurang senang dengan kedatangan tamu tersebut. Karena beliau tahu kalau orang tersebut adalah penyembah api. Terjadilah dialog antara beliau dan orang Majusi tersebut:
Ibrahim : Nabi Ibrahim 'Alaihissalam Fulan : Orang Majusi Allah : Allah Subhanahu Wa Ta'ala
Ibrahim : "Ya Fulan, Aku sangat berterima kasih engkau mau bertamu ke rumahku, namun Aku akan lebih senang lagi kalau engkau bisa meninggalkan sesembahan-sesembahan itu dan menyembah Tuhan yang satu."
Fulan : "Ya Ibrahim, Aku sudah bertahun-tahun menyembah api dan itu keyakinan yang Aku yakini, daripada Aku mengikuti ajaranmu lebih baik Aku pergi dari rumahmu ini."
Setelah itu, pulanglah Orang Majusi tersebut dan tidak jadi bertamu ke rumah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, setelah beberapa langkah orang Majusi itu meninggalkan rumah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam. Seketika itu, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menegur Nabi Ibrahim 'Alaihissalam dengan firman-Nya:
Allah : "Ya Ibrahim, apakah engkau tidak malu kepada-Ku, saat engkau menolak berbuat baik (memberi makanan) kepada seorang Majusi yang durhaka kepada-Ku. padahal Aku telah memberikannya rezeki dan makanan kepadanya lebih dari tujuh puluh tahun meskipun mereka kafir terhadap-Ku. Apa yang membuatmu melakukan itu wahai Ibrahim? Sedang engkau hanya diminta memberi makan satu makhluk-Ku."
Setelah mendengar teguran langsung dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala itu, Nabi Ibrahim 'Alaihissalam pun bergegas keluar rumah dan menyusul orang Majusi tersebut untuk diberi makanan dan menyuruh bertamu kepada beliau tanpa beliau minta untuk berpindah keyakinan.
Fulan : “Sebelumnya engkau telah mengusirku, tetapi Kenapa sekarang engkau malah memintaku untuk kembali?”
Ibrahim : “Aku telah ditegur oleh Tuhanku, walaupun engkau kufur pada-Nya tetapi dengan kasih sayang-Nya, selama 70 tahun Dia tidak pernah lupa untuk menurunkan rezekinya untukmu, tetapi Kenapa aku malah tidak menolong ketika kau membutuhkannya?”
Fulan : "Benarkah Tuhan memperlakukan aku seperti itu, padahal aku kafir terhadap-Nya? Kalau begitu ulurkanlah tanganmu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan bahwasanya engkau adalah utusan Allah."
(Demikian disebutkan dalam kitab nasihat, dan disebutkan juga oleh Syaikh Sa'di dalam kitabnya al-Bustan).
(Juga Dinukil dari Jamharatul Aulia, Karya: As Sayyid Mahmud Abul Faidh Al-Manufi Al-Husaini).
3. Kisah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Penggali Kubur
Quote:
Kisah ini diambil dari Kitab Mukasyafah Al Qulub Karangan Imam Ghazali.
Diriwayatkan bahwa pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Umar bin Khaththab, salah seorang sahabat terdekat Rasullulah shallallahu 'alaihi wa sallam menangis di depan pintu rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Mendengar suara Umar bin Khaththab berada di luar, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam segera keluar dan bertanya kepada Umar bin Khaththab.
Rasulullah : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Umar : Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu. Fulan : Penggali kubur
Rasulullah :“Wahai Umar mengapa engkau menangis?”. Umar : “Wahai Rasulullah, bersamaku ada seorang pemuda yang telah membuat hatiku sedih dengan tangisnya.”
Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan Umar agar membawa masuk anak muda tersebut ke dalam. Atas perintah tersebut, Umar bin Khaththab lalu mengajak pemuda yang datang bersamanya sambil keduanya tetap menangis. Pemuda itu disuruh duduk di depan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Umar bin Khaththab duduk di sebelahnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian bertanya:
Rasulullah : “Wahai pemuda, mengapa engkau menangis?” Fulan : “Wahai Rasulullah, dosaku sangat besar dan aku takut Allah memurkaiku.” Rasulullah : “Apakah engkau telah menyekutukan Allah dengan sesuatu?” Fulan : “Tidak, ya Rasul.” Rasulullah : “Apakah engkau telah membunuh seseorang dengan alasan yang tidak benar?”. Fulan : “Tidak ya Rasul”. Rasulullah : “Sungguh, dosamu sebesar apa pun, Allah akan mengampuninya, sekalipun memenuhi langit dan bumi.” Fulan : “Sungguh dosaku lebih besar dari itu, ya Rasul”. Rasulullah : “Apakah besar dosamu melebihi Arasy? Lebih besar mana dengan Arasy?”. Fulan : “Dosaku sangat besar, ya Rasulullah.” Rasulullah : “Lalu besar mana dosamu dengan keagungan, ampunan, dan rahmat Allah?”. Fulan : “Tentu keagungan, ampunan, dan rahmat Allah lebih besar. Tetapi dosaku sangat besar, ya Rasulullah”. Rasulullah : “Cobalah katakan dosa apa yang pernah engkau perbuat?”. Fulan : “Aku malu menyebutnya, ya Rasulullah”.
Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terus mendesak pemuda itu untuk mengatakan dosanya secara jujur. Maka dengan perasaan malu dan takut, pemuda itu lalu menceritakan dosa yang dilakukannya.
Spoiler for Dosa si Fulan:
Fulan :“Wahai Rasulullah, aku ini seorang penggali kubur, sejak tujuh tahun lalu. Hingga meninggalnya puteri dari seorang sahabat Ansar. Melihat kecantikan dan kemolekkan tubuhnya, nafsu birahiku memuncak. Setelah kuburan sepi, aku bongkar kuburnya dan ku telanjangi mayat gadis itu. Setelah kucumbui, nafsu birahiku tidak dapat ku tahan, lalu ku setubuhi mayat gadis itu. Aku terkejut, tiba-tiba mayat gadis itu berkata,
“Tidakkah engkau malu kepada Allah, pada hari Allah menghukum orang-orang yang berbuat zalim, sementara engkau menelanjangiku dan menyetubuhiku diantara orang-orang yang telah mati. Engkau membuatku dalam keadaan junub di hadapan Allah!”
Mendengar pengakuan dari si pemuda itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam segera bangkit berdiri dan meninggalkannya, sambil berkata:
Pemuda itu pun segera keluar meninggalkan rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seraya menangis. Dia berjalan dengan arah tak menentu keluar kampung. Sampailah dia di padang pasir yang luas dan panas. Tujuh hari lamanya ia tidak makan dan minum karena penyesalan dan kesedihan yang sangat mendalam hingga lemahlah keadaan tubuhnya tak kuasa lagi berjalan, lalu kemudian jatuh tersungkur di tempat itu. Di atas pasir ia bersujud kepada Allah, lalu berdoa dan memohon ampunanNya dalam tangisnya.
Fulan : “Ya Allah, aku adalah hamba-Mu yang telah berbuat dosa besar. Sekarang aku datang ke pintu-Mu, agar Engkau berkenan menjadi penolongku disisi kekasih-Mu. Sungguh Engkau Maha Pemurah kepada hamba-hamba-Mu dan tiada tersisa harapanku kecuali kepada-Mu. Ya Allah Tuhanku, sudilah menerima kehadiranku, kalau tidak datangkanlah api-Mu dari sisi-Mu, dan bakarlah tubuhku dengan api-Mu di dunia ini, daripada Engkau bakar tubuhku di akhirat nanti.”
Setelah itu Malaikat Jibril 'Alaihissalam datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Setelah menyampaikan salam dari Allah, Jibril 'Alaihissalam berkata:
Jibril : “Wahai Muhammad, Allah Subhanahu Wa Ta'ala bertanya kepadamu, “Apakah engkau yang menciptakan makhluk?” Rasulullah : “Bahkan Dialah yang menciptakan diriku dan mereka”. Jibril : “Apakah engkau memberi rezeki kepada mereka?” Rasulullah : “Bahkan Dia memberi rezeki padaku dan mereka.” Jibril : “Apakah engkau menerima taubat mereka?” Rasulullah : “Bahkan Dia yang berhak menerima taubat dan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya”. Jibril : “Telah datang kepadamu seorang hamba-Ku dan dia menerangkan satu dosa dari beberapa dosanya, maka kamu berpaling (marah) kepadanya dari dosanya, maka bagaimana keadaan orang-orang mukmin kelak, apabila mereka datang dengan dosa yang banyak lagi besar ibarat gunung yang besar? Engkau adalah utusan-Ku yang Aku utus sebagai rahmat untuk seluruh alam. Maka jadilah kamu orang yang sayang menyayangi pada semua orang yang beriman, menjadi penolong bagi orang-orang yang telah berdosa dan memaafkan keterlanjuran dan kesalahan mereka (hamba-Ku); karena sesungguhnya Aku telah mengampunkannya (menerima taubatnya) dan dosanya.”
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus beberapa orang sahabat, maka mereka temui pemuda tersebut lalu memberikan kabar gembira kepadanya dengan maaf dan ampunan-Nya. Lalu mereka membawa pemuda tersebut berjumpa Rasulullah yang mana ketika itu beliau (Rasulullah) sedang menunaikan sembahyang Maghrib, dan merekapun bermakmum di belakangnya.
Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membaca surah Al Fatihah yang dilanjutkan dengan surah At-Takaatsur (Al Haakumuttakaatsur), sesampai baginda membaca ‘Hattaa Zurtumul Maqaabir’ (Kamu telah dilalaikan sehingga kamu masuk kubur), maka berteriaklah pemuda itu dengan keras sekali kemudian jatuh. Ketika mereka selesai shalat, mereka dapati pemuda itu telah meninggal dunia.
Dalam pandangan manusia memang dosa-dosa di atas sangat melampaui batas, akan tetapi rahasia ampunan Allah jauh lebih besar dari dosa-dosa tersebut. Itulah beberapa kisah yang bisa diambil pelajaran bahwasanya ampunan Allah terhadap hambaNya yang berlumur dosa termasuk TS sendiri lebih besar dari semua dosa yang pernah terjadi pada kisah di atas, dengan syarat kita hamba-hamba-Nya mau bertaubat dan memohon ampun kepada Allah Yang Maha Pengampun dengan sungguh-sungguh dan kembali ke jalan yang lurus tanpa mengulangi kesalahan yang sama, serta tidak lupa shalawat terus kita haturkan kepada rasul-rasul Allah yang telah menjadi suri tauladan yang baik. Akhir kata, Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.