Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

trasideleAvatar border
TS
trasidele
Kadin Anggap Bisnis Model 7-Eleven Tidak Cocok di Indonesia
Kadin Anggap Bisnis Model 7-Eleven Tidak Cocok di Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menganggap, tutupnya 7-Eleven (atau sering disebut Sevel) di Indonesia akibat ketidakcocokan model bisnis yang diterapkan oleh 7-Eleven dengan gaya hidup masyarakat di Indonesia.

"Kadin lihatnya 7-Eleven mungkin bisnis modelnya kurang pas," ujar Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P Roeslani pada acara open house Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto, di Kawasan Widya Chandra III, Jakarta Selatan, Minggu (25/6/2017).

Rosan mengungkapkan, bisnis ritel merupakan bisnis yang memiliki margin keuntungan yang tidak besar.

"Tapi untuk 7-Eleven sudah modalnya besar untuk sewa tempat. Justru malah banyak dipakai untuk nongkrong daripada belanja," kata Rosan.

Dengan itu, dari sisi penjualan gerai tak akan mampu menutupi tingginya biaya operasional yang tidak sebanding dengan pemasukan.

"Sementara kompetitornya memang yang beli, keluar masuknya sedikit. Tapi volume transaksinya relatif besar. Di Sevel orang beli satu Coca-cola saja nongkrongnya dua tiga jam," paparnya.

Kendati demikian, pihaknya melihat peluang industri ritel dalam negeri masih bergerak positif meski 7-Eleven sudah mulai menutup seluruh gerai miliknya. Menurutnya, bangkrutnya 7-Eleven di Indonesia tidak menggambarkan lesunya kinerja ritel secara keseluruhan.

"Ritel secara industri masih baik kok, tapi Kadin melihatnya mungkin busines model Sevel kurang pas di sini," jelas Rosan.

Berimbas ke Industri Makanan dan Minuman

Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengungkapkan, dengan adanya penutupan seluruh gerai milik 7-Eleven, secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja industri makanan dan minuman dalam negeri.

"7-Eleven pasti ada pengaruh. Karena 7-Eleven punya cabang cukup banyak. Dan outlet itu tutup semua. Nah ini yang kami agak khawatir. Dampaknya terkait dengan pembayaran, terkait dengan penjualan juga berkurang. Ini yang kami harus antisipasi," papar Adhi.

Menurut Adhi, tutupnya seluruh gerai 7-Eleven diakibatkan oleh banyak faktor, mulai dari kesalahan target pemasaran, hingga urusan manajemen perusahaan.

"7-Eleven ini multifaktor. Dia salah strategi di kelas target market, kemudian di manajemen dan juga dari dampak regulasi seperti pelarangan minuman beralkohol," jelasnya.

Dengan itu, pelaku industri berharap agar tutupnya 7-Eleven tidak akan merembet pada ritel-ritel dalam negeri lainnya.

"Kami harapkan jangan sampai merembet ke ritel yanh lain. Memang saya dengar ritel berat juga. tahun ini kelihatannya pertumbuhannya tidak sebaik tahun lalu. Tetap tumbuh tapi tidak sebaik tahun lalu," pungkas Adhi.

http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...k.di.indonesia

Belinya teh botol, kopi, nongkrongnya berjam jam emoticon-Leh Uga

Spoiler for nongkrong:
0
8.4K
35
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan