Megawati Sampaikan Pesan Sukarno: Harus dari Hati Jadi Pemimpin
TS
gastor
Megawati Sampaikan Pesan Sukarno: Harus dari Hati Jadi Pemimpin
Spoiler for Megawati Soekarnoputri:
Quote:
Presiden pertama RI Sukarno punya pesan kepada seluruh bangsa soal kepemimpinan. Bung Karno mengatakan jika ingin jadi pemimpin, bergeraklah dari hati.
Pesan Bung Karno tersebut disampaikan putrinya yang juga Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dalam peringatan wafat (haul) Bung Karno di gedung MPR, Senayan, Jakarta, Rabu (21/6/2017). Pesan itu disampaikan Bung Karno saat bercakap dengan Megawati.
"Ayah saya pernah katakan 'kalau mau jadi pemimpin kamu harus lihat bagaimana gestur'. Kalau sekarang itu body language dari seorang pemimpin'," ucap Megawati.
Mendengar penjelasan ayahnya, Megawati penasaran. Dia lanjut bertanya.
"Kenapa saya bilang?" tanya Mega. "Alis kamu, kamu angkat saja bisa diamati ke bawah akar rumput dengan tafsir berbeda," jawab Bung Karno.
Bung Karno menjelaskan lebih lanjut soal ucapannya ke Mega. Seorang pemimpin menurut Bung Karno harus benar-benar bertindak dengan hati dalam melayani masyarakat.
"Harus dari hati jadi pemimpin. Jangan bawa rakyatnya dalam sebuah kancah yang mengakibatkan kekerasan dan kesedihan," kata Mega menirukan ucapan Bung Karno waktu itu.
Cerita Megawati saat Bung Karno Disebut Pengkhianat Bangsa
Spoiler for Megawati Soekarnoputri berkebaya merah:
Quote:
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri punya cerita tak mengenakkan dalam hidupnya. Cerita ini soal ayahnya yang juga Sang Proklamator Sukarno, yang waktu itu kerap disebut pengkhianat bangsa.
Mega menjelaskan, momen tersebut dialaminya saat Bung Karno dilengserkan dari kursi RI-1 kala itu. Bung Karno dituding mendukung dan melindungi pemberontakan terhadap negara.
"Karena memang politik, ada sebuah proses De-Soekarnoisasi. Apa yang berbau Bung Karno harus ditenggelamkan. Foto saja mesti diturunkan, kalau tidak tidak bisa makan," ungkap Mega dalam acara peringatan wafat (haul) Bung Karno di gedung MPR, Senayan, Jakarta, Rabu (21/6/2017).
Paradigma tersebut terus menerus ditanamkan oleh penguasa saat itu soal Bung Karno. Nama Bung Karno pun saat itu seolah terlarang untuk diucapkan.
"Itu simbol kenyataan di kalangan rakyat terjadi. Yang jadi persoalan, di pikiran, di dalam jiwa kita itu dikatakan benar sehingga mendatangkan ketakutan, jangan coba sebut nama. Itu tabu," sebut Mega.
Hingga akhirnya Mega mengalami suatu momen yang waktu itu sangat mempengaruhi pikirannya. Kala itu tahun 1993, Mega memberikan kuliah di Sesko Abri di Bandung sebagai Ketum PDIP.
"Ketika pimpinan (Sesko Abri) bilang ada tanya jawab, saya pikir persoalan partai saya, semuanya diam. Saya bilang ke pimpinan, kalau tak ada yang nanya biarkan. Tapi, ada perwira angkat tangan bilang, 'bolehkah saya bertanya pada Ibu. Pertanyaan saya lain'," ujar Mega menceritakan pengalamannya itu.
Perwira tersebut lantas bertanya di luar konteks kepartaian PDIP. Pertanyaan perwira tersebut membuat Mega kaget bukan main.
"Bagaimanakah menurut Ibu orang yang bernama Sukarno? Apakah dia seorang pengkhianat," kata Mega menirukan pertanyaan perwira tersebut.
"Saya betul-betul kaget, kan itu perwira toh, paling tidak. Saya pikir, apa saya jawab sebagai ketua partai, warga negara atau anak beliau," ucap Mega menjelaskan isi hatinya kala itu.
Singkat cerita akhirnya Mega menjawab pertanyaan tersebut. Mega melepas jaket kepartaiannya lalu lantang membantah pertanyaan perwira itu.
Susana forum pun menjadi sunyi saat Mega menjawab pertanyaan si perwira. Acara pun selesai dengan Mega beranjak pergi.
Namun, ada kejadian tak terduga saat Mega hendak meninggalkan lokasi acara. Para peserta kemudian mengerubungi Mega.
"Setelah selesai semua mengerubung saya. Dia datang minta maaf. Saya bilang minta maaf ke proklamator," jelas Mega.
Mega lalu berpesan kepada para peserta. Jadi pribadi harus mandiri, jangan mau dititipi pertanyaan-pertanyaan yang tak mau ditanyakan.
"Bung Karno mau ditiadakan ya monggo. Tapi saya pribadi l, saya yakin nama itu tak akan pernah hilang dari sejarah bangsa. Kenapa? Beliau itu bukan milik bangsa Indonesia saja. Mengapa kita bangsa Indonesia mengerdilkan diri padahal beliau diakui dengan KAA, konferensi nonblok," papar Mega.
Singkat cerita, sekarang tak ada lagi yang namanya De-Soekarnoisasi. Presiden Joko Widodo pun telah jelas mengatur soal hari lahir Pancasila.
"Presiden Jokowi akhirnya meluluskan, bertahun-tahun kami PDIP meminta 1 Juni 1945 sebagai hari lahir Pancasila. Ya untung akhirnya ada juga presiden yang berani," tutup Mega.
Mbok mega ini kok selalu bawa-bawa nama ayahnya sih, biarinlah pak karno tenang di alam sana. Kalo simbok mau maju dan pengen tenar jangan nebeng nama bapak dong. Coba dengan cara sendiri dan pikirian sendiri, jangan dikit-dikit di kaitkan sama pak karno. Pak karno udh menjadi bagian sejarah indonesia, jasanya akan selalu di ingat sampai kapan pun.
Kalau masalah bung karno pengkhianat bangsa atau tidak, biarkan sejarah yang akan menilainya. Toh sejarahnya kan lengkap, ada buku, ada dokumentasai, bahkan ada film dokumenter tentang bung karno. Toh publik tau kok kalo bung karno bapak proklamasi indonesia.
Monggo di komen menurut pendapat dan asumsi agan, benar katakan benar dan yang salah katakan salah. Jangan ada pengkaburan dalam sejarah.
Diubah oleh gastor 21-06-2017 20:05
1
8.6K
Kutip
139
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru