- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
Militer Ottoman pada Perang Dunia Pertama (1914-1918)


TS
Zooasaurus
Militer Ottoman pada Perang Dunia Pertama (1914-1918)

Spoiler for Pendahuluan:
Kesultanan Ottoman merupakan salah satu karakter utama dalam Perang Dunia I (1914-18), Dan keberanian tentaranya (yang sering dijuluki dengan "Johnny Turk" oleh negara-negara sekutu) merupakan ikon dari militer kesultanan ini.
Selama 4 tahun dari Perang Dunia I, pasukan Ottoman bertarung di 5 front (Gallipoli, Sinai-Palestina, Arabia, Iraq, Caucasus) dan beberapa zona perang lain (Romania, Galicia, Front Timur, Salonika, Libya, Yaman, Iran). Ditambah lagi, agen-agen Ottoman menimbulkan banyak masalah dan pemberontakan di wilayah sekutu seperti teritori Sahara Prancis, Sudan, Ethiopia, Oman, Afghanistan, teritori Asia Tengah Rusia, dan Hindia. Bukanlah hal yang kecil bagi negara yang dijuluki sebagai "Orang Sakit Eropa" selama hampir 100 tahun.
Pasukan Ottoman pada Perang Dunia I sering salahnya dinterpretasikan sebagai militer yang sepenuhnya didominasi dan dikontrol Jerman. Ini kemungkinan karena kebanyakan sumber yang diambil literatur barat dulu berasal dari arsip Jerman yang ditulis oleh militer Jerman dan bukannya arsip Turki sendiri, yang pastinya berisi hal-hal pro-Jerman. Selain itu sedikit arsip dan buku Turki yang diterjemahkan ke Inggris, walau keadaannya sekarang sudah mulai membaik dengan munculnya karya-karya dan buku terjemahan Turki seperti buku tulisan Edward Erickson (yang ane rekomendasikan kalau mau tahu lebih lanjut soal militer Ottoman). Hal tadi, tentu saja tidak benar. Fondasi militer Ottoman tetaplah mengikuti Islam, sebagaimana dengan aspirasi dan sifat tentaranya. Walau memang ada pengaruh Jerman yang cukup besar terutama setelah terbangunnya rel kereta Berlin-Baghdad.
Kesultanan Ottoman hampir ditendang keluar dari Eropa di Perang Balkan Pertama (1912-13) setelah kalah melawan Balkan League. Walaupu begitu, Kesultanan Ottoman masih memegang teritori yang besar di Timur Tengah, yang berusaha dipertahankan sekuat tenaga. Mereka memiliki ambisi untuk memperluas teritori ke Kaukasus dan Asia Tengah, dimana banyak etnis Turki tinggal disana.
Selama 4 tahun dari Perang Dunia I, pasukan Ottoman bertarung di 5 front (Gallipoli, Sinai-Palestina, Arabia, Iraq, Caucasus) dan beberapa zona perang lain (Romania, Galicia, Front Timur, Salonika, Libya, Yaman, Iran). Ditambah lagi, agen-agen Ottoman menimbulkan banyak masalah dan pemberontakan di wilayah sekutu seperti teritori Sahara Prancis, Sudan, Ethiopia, Oman, Afghanistan, teritori Asia Tengah Rusia, dan Hindia. Bukanlah hal yang kecil bagi negara yang dijuluki sebagai "Orang Sakit Eropa" selama hampir 100 tahun.
Pasukan Ottoman pada Perang Dunia I sering salahnya dinterpretasikan sebagai militer yang sepenuhnya didominasi dan dikontrol Jerman. Ini kemungkinan karena kebanyakan sumber yang diambil literatur barat dulu berasal dari arsip Jerman yang ditulis oleh militer Jerman dan bukannya arsip Turki sendiri, yang pastinya berisi hal-hal pro-Jerman. Selain itu sedikit arsip dan buku Turki yang diterjemahkan ke Inggris, walau keadaannya sekarang sudah mulai membaik dengan munculnya karya-karya dan buku terjemahan Turki seperti buku tulisan Edward Erickson (yang ane rekomendasikan kalau mau tahu lebih lanjut soal militer Ottoman). Hal tadi, tentu saja tidak benar. Fondasi militer Ottoman tetaplah mengikuti Islam, sebagaimana dengan aspirasi dan sifat tentaranya. Walau memang ada pengaruh Jerman yang cukup besar terutama setelah terbangunnya rel kereta Berlin-Baghdad.
Kesultanan Ottoman hampir ditendang keluar dari Eropa di Perang Balkan Pertama (1912-13) setelah kalah melawan Balkan League. Walaupu begitu, Kesultanan Ottoman masih memegang teritori yang besar di Timur Tengah, yang berusaha dipertahankan sekuat tenaga. Mereka memiliki ambisi untuk memperluas teritori ke Kaukasus dan Asia Tengah, dimana banyak etnis Turki tinggal disana.
Spoiler for Jalan Menuju Perang Dunia I:

Peta Kesultanan Ottoman, 1914
Pada 1908, revolusi oleh officer pasukan menggulingkan Sultan Abdülhamit II, Sultan absolut terakhir dinasti Ottoman. Walaupun sultan masih tetap berada di tahta, kekuatan sebenarnya jatuh pada Komite persatuan dan kemajuan (İttihat ve Terakki Fırkası) atau sering dikenal sebagai "The Young Turks". Kekuasaan dibagi kepada 3 paşa, Talat Paşa sebagai Menteri Dalam Negeri, Enver Paşa sebagai Mentri Pertahanan/Perang, dan Ahmet Cemal Paşa sebagai Mentri Kelautan. Ketiganya kemudian membentuk suatu triumvirate yang nantinya akan berkembang menjadi kediktatoran.
Revolusi ini menyebabkan banyak kejadian ganas di seantero negeri. Sebelum reformasi oleh komite sepenuhnya dilakukan, Kesultanan Ottoman menghadapi serangan Italia di Libya yang diikuti oleh 2 Perang Balkan yang menyebabkan kesultanan kehilangan hampir seluruh teritori Eropa mereka. Banyak orang Muslim Balkan yang dibunuh pada perang ini, dan banyak imigran dari Balkan yang melarikan diri ke kesultanan dari penghilangan etnis oleh negara-negara Balkan. Hal ini meyebabkan munculnya ideologi jingois dan rasis Pan-Turkisme di wilayah kesultanan.
Segera setelah Perang Balkan kesultanan Ottoman meminta support dan aliansi dengan negara Entente (Rusia, Inggris, Prancis) tetapi ditolak. Ottoman akhirnya mendapat support dari Jerman. Walaupun ambisi Rusia di wilayah Anatolia Timur ditentang keras oleh semua kekuatan besar. Perang Balkan dan dengan Italia memberikan kesultanan pengalaman penting yang akan dimanfaatkan di Perang Dunia I, terutama pertahanan Libya terhadap AL Itali yang digunakan dengan baik di Gallipoli
Pada April 1914, Talat Paşa mengatakan kalau kesultanan bagaikan orang yang dirampok dalam hutan. "Orang seperti itu rela memberikan uangnya, barangnya, dan bajunya kalau nyawa dan mungkin celananya dibiarkan" katanya. Kurang dari 3 bulan kemudian Gavrilo Princip menembak Franz Ferdinand di Bosnia dan dunia melaju ke perang terburuk pada saat itu. Bahkan ketika awan perang baru saja berkumpul, pada 1 Agustus representatif Jerman meminta agar kesultanan menyiapkan 120,000 tentara di Thrace, untuk bersiap melakukan serangan gabungan bersama Bulgaria ke Russia utara, dengan 90,000 pasukan siap sebulan kemudian. Besoknya Ottoman dan Jerman menandatangani aliansi rahasia, tetapi hal ini tidak mengharuskan Ottoman untuk langsung mendeklarasikan perang kepada musuh-musuh Jerman. Sadar akan betapa lemahnya kesultanan secara militer, pemerintah Ottoman tetap netral untuk beberapa bulan setelah perang dimulai, dengan hanya Enver Paşa yang menginginkan untuk langsung mengambil jalan militer. Seorang kolonel Turki juga dikirim ke Sofia untuk membicarakan perjanjian dengan Bulgaria untuk mewaspadai serangan gabungan Serbia-Yunani.
Selat kecil yang menghubungkan Laut Aegea dengan Laut Hitam, Dardanelles di selatan dan Bosphorus di Utara merupakan salah satu jalan air tersibuk dan paling strategis di dunia. Mereka juga langsung menuju ke ibukota Ottoman Istanbul (atau Konstantinopel). Karena itulah kesultanan menanam ranjau disana sejak 3 Agustus.
Sejak bertahun-tahun pemerintah Ottoman telah berusaha untuk memodernkan AL Ottoman. 2 kapal tempur modern, Sultan Osman Idan Reshadieh yang sebagian dibayar dengan pengumpulan uang rakyat Ottoman, telah dipesan di pembuatan kapal Inggris dan mendekati penyelesaian ketika perang dimulai. Kementrian Laut Inggris memerintahkan agar mengambil kapal-kapal ini secara paksa untuk AL Inggris. Hal ini menyebabkan kemarahan dari rakyat Ottoman, termasuk dari mereka yang pro-Inggris. Beberapa hari kemudian 2 kapal penjelajah berat Jerman Goeben dan Breslau tiba di Dardanelles untuk berlindung dari kejaran kapal Inggris. Mereka kemudian ditransfer ke AL Ottoman dengan 'pembelian fiktif', berganti nama menjadi Yavuz Sultan Selim dan Midili. Kru mereka mengenakan seragam Ottoman dan pemimpin mereka, Laksamana Souchon menjadi kepala AL Ottoman.
Kapal Inggris yang berpatroli di dekat Dardanelles kemudian memberi peringatan bahwa kapal yang menuju laut Aegea akan dianggap sebagai musuh. Kesultanan kemudian menutup selat dari kapal asing dan menanam lebih banyak ranjau. Kesultanan tetap netral sampai 29 Oktober 1914, dimana Yavuz, Midili, dan beberapa kapal lain tiba-tiba membombardir pangkalan laut Rusia di Laut Hitam.
Walaupun posisi strategis Ottoman tidak memungkinkan mereka untuk netral dalam waktu panjang, alasan dari serangan ke pangkalan laut Rusia masih diperdebatkan. Banyak sejarawan mencurigai Enver Paşa yang disupport oleh orang-orang pro-Jerman di dalam komite yang membujuk Souchon untuk menyerang pangkalan Rusia, Tetapi masih ada beberapa keraguan seperti hal kalau apakah Jerman menginginkan sekutu yang lemah dalam masa awal perang, dan bahwa penyerangan ini dilakukan tanpa sepengetahuan Sultan atau Grand Vezier (mirip perdana mentri). Kru Jerman di Yavuz dan Midili akan melakukan apa yang diperintahkan komandan Jerman mereka, tetapi apakah officer laut Turki yang dilatih oleh Inggris dan pro-Inggris mau melaksanakan suatu perintah kontroversial oleh laksamana Jerman?. Pada 2 November Rusia mendeklarasikan perang, yang diikuti Inggris dan Prancis 3 hari kemudian.
Konferensi pada 1 Agustus 1914 antara representatif Jerman dan Ottoman memproposikan Ottoman untuk mengambil posisi defensif terhadap Rusia di Caucasus dan mengambil dominasi di Laut Hitam. Tetapi rencana demikian masih sebatas teori kalau posisi Romania dan Bulgaria belum dipastikan. Sekutu Jerman Austria-Hungaria mengalami kesulitan di front Galicia dan meminta Ottoman agar melakukan invasi laut ke Ukraina untuk mengalihkan pasukan Rusia. Komando tertinggi Jerman akhirnya memproposikan Ottoman untuk menyerang kanal Suez dan menggangu komunikasi Inggris dan India, rencana yang akhirnya dipilih dan diadopsi oleh kesultanan. Jerman menjanjikan kesultanan Ottoman teritori besar di Asia Tengah, Caucasus dan Iran.
Masuknya Ottoman ke Perang Dunia I disambut dengan suram di Istanbul. Cavit Paşa, salah satu mentri mengundurkan diri dalam kekecewaan mendengar hal ini. "Ini akan menjadi kehancuran kita, bahkan jika kita menang" ujarnya. Selama perang, Kekuatan tetap berada pada tangan Enver, Talat, dan Cemal. Enver Paşa berlaku sebagai diktator militer, Cemal Paşa mengontrol provinsi Timur Tengah, dan Talat Paşa mengurus masalah administrasi dalam negri.
Akhirnya, tentu saja kesultanan Ottoman dikalahkan pada tahun 1918 walaupun sisa-sisa kesultanan yang beruntung masih hidup sampai deklarasi Republik Turki di 1923.
Spoiler for Pasukan Ottoman:

Tentara Ottoman Yang Ditugaskan Di Wilayah Hejaz

Bayraktaratau pembawa panji Ottoman di Gallipoli
Pasukan Ottoman dimobilisasi pada Agustus 1914. Segera setelah perang dimulai di Eropa, tiga pasukan dibuat. Pasukan pertama dan kedua ditempatkan di Istanbul, dan yang ketiga ditempatkan di Caucasus. Di November 1914, pasukan keempat dibuat di Syria. Pasukan kelima dibuat pada 1915 untuk melindungi utara Istanbul, dan seterusnya sampai ada sembilan pasukan. Ukuran tentara yang dimobilisasi cukup besar dibandingkan dengan proporsi populasi Ottoman. Korban pun juga tinggi dibandingkan dengan negara lain. Sekitar 4,500,000 orang Turki meninggal dari aksi perang, kurangnya makanan, penyakit, dan pembunuhan massal. Bahkan sebelum perang ada pemanggilan reservis besar-besaran sampai menyebabkan terganggunya panen dan hampir menyebabkan kelaparan. Pasukan pertama ditempatkan di sisa wilayah Eropa dekat Istanbul, Pasukan kedua ditempatkan di Bosphorus, dan ketiga di Erzurum. Sampai akhir perang, sembilan pasukan dibuat plus pasukan spesial Yıldırım dan beberapa korps yan ditempatkan di Eropa. Sebagian besar pasukan ini dikritik oleh Jerman, yang menurut mereka membutuhkan terlalu banyak staff untuk bisa diatur dan fasilitas support yang bisa digunakan di tempat lain. Setelah masuk kedalam perang, tujuan Ottoman sendiri beralih dari mengembalikan wilayah Eropa yang hilang menjadi untuk membebaskan orang-orang etnis Turki di Caucasus dan Asia Tengah. Selanjutnya ambisi ini berubah menjadi obsesi. Enver memerintahkan serangan musim dingin ke Caucasus Rusia, yang menurut Liman Von Sanders (penasehat Jerman untuk Ottoman) sendiri tak mungkin berhasil, dan memang berakhir dengan kekalahan total pada Januari 1915. Kekalahan ini menghabiskan reservis terlatih Ottoman yang sangat dibutuhkan di front lain. Ambisi tadi mengalihkan Ottoman dari pemberontakan di Arab, yang makin memperparah keadaan. Hanya pada musim panas 1917 front utara dan Arab ditangani dengan serius dalam bentuk pasukan Yıldırım, tetapi semuanya sudah terlambat. Bantuan Inggris semakin banyak yang datang dan pemberontakan Arab sudah terlanjur meluas.
Moral
Hebatnya, moral pasukan Ottoman rata-rata masih tinggi bahkan pada masa akhir perang. Dedikasi unit Turki seperti resimen infantri ke-57 yang menahan serangan pasukan ANZAC di Gallipoli sampai titk darah penghabisan sangat terkenal di kedua belah pihak. Hanya pada akhir-akhir perang saja barulah moral pasukan non-Turki menurun dengan menyebarnya pemberontakan Armenia dan Arab. Kemenangan di Gallipoli juga memperbesar moral pasukan Ottoman. Mustafa Kemal nantinya mengatakan, kemenangan seperti itu terjadi karena usaha dan keberanian para Mehmetçik (Mehmet Kecil), sebutan bagi tentara Ottoman yang berani dalam perang. Keberanian Mehmetçik diakui oleh tentara dari kedua belah pihak. Orang-orang Arab pada masa ini menjuluki tentara Ottoman dengan sebutan "Abu Shuja'a" (Bapak Keberanian) sementara tentara Inggris disebut dengan "Abu Alf Midfah" (Bapak Seribu Senapan)
Islam
Islamlah yang berpengaruh besar dalam memperkuat moral tentara biasa Ottoman dan beberapa officer dan jendral. Contohnya adalah Ömar Fakhri Paşa, Jendral pasukan Ottoman di Madinah berhasil mempertahankan kota suci tersebut ketika hampir semua wilayah Timur Tengah telah jatuh ketangan Inggris atau Arab. Dia menyerah pada tahun 1919 atas panggilan dari Sultan. Dia kemudian meninggalkan pedangnya di makam Nabi Muhammad dan pensiu sebagai pahlawan bagi orang Turki. Tentara Inggris juga menjulukinya "Singa Padang Pasir" untuk patriotismenya di Madinah. Di militer Ottoman Imam juga bertugas sebagaimana Pendeta di militer Eropa. Mereka membacakan Quran bagi tentara dan seringkali memimpin pleton yang officernya telah terbunuh. Seperti biasa, Sekte Bektaşi adalah sekte yang memiliki pengaruh paling besar yang terus berlanjut sampai pada Perang Kemerdekaan Turki. Sukarelawan juga direkrut dari sekte lain seperti Mevlevi dan Qadiriyya.
Kualitas Pasukan
Kualitas pasukan Ottoman bervariasi. Di Gallipoli Sniper dan penembak jitu Ottoman dinilai lebih baik daripada ANZAC dan pada 1918 kavaleri Ottoman berhasil mendorong mundur kavaleri Australia yang berjumlah lebih besar di Jordan. Standar menurun seiring jalannya perang. Untuk menambah masalah ini, obsesi akan ambisi Pan-Turkisme Ottoman mendorong Enver untuk merencanakan rencana yang lebih gila dan terkesan bodoh. Salah satu rencananya adalah mengirimkan tiga resimen tentara lewat Iran untuk menyerang India. Di 1917, ketika tekanan Inggris di Timur Tengah semakin menguat, officer berkualitas masih sering diperintahkan untuk bertugas di Caucasus dengan imingan pangkat dan gaji tambahan. Bahkan pada tahun 1918 banyak pasukan Syria yang dipindahkan untuk menyerang Caucasus. Keputusan Komando tertinggi Ottoman untuk mengirimkan pasukan terbaik mereka ke front lain di Eropa sepenuhnya dilandasi solidaritas politik dan keinginan untuk pamer didepan pasukan Jerman, Austria, dan Bulgaria. Menurut Liman Von Sanders, mengirim pasukan ke Romania merupakan keputusan tepat karena Romania dapat mengancam daerah Eropa Ottoman, tetapi merupakan sebuah kesalahan untuk mengirimkan pasukan Ottoman ke Galicia atau front Bulgaria
Desersi
Pada 1918 desersi merupakan masalah yang serius. Pada awal perang banyak tentara Armenia yang melarikan diri dan bergabung dengan pasukan Rusia sebagai tentara anti-Turki yang fanatik. Karena ini tentara Armenia yang masih berada di pasukan Ottoman dicurigai, diperlakukan dengan kasar, dan seringkali diberi perlengkapan yang buruk. Pada akhir 1917 dan 1918, dimana makanan semakin menipis, tentara Turki pun sering tertangkap melakukan desersi. Amnesti sering diberikan oleh Sultan langsung kepada mereka yang melakukan desersi, tetapi hal ini dianggap sebagai hal yang buruk dan aneh bagi penasihat Jerman, yang lebih memilih hukuman berat untuk pelaku desersi.
Spoiler for Uniform dan Perlengkapan:
Spoiler for Senjata kecil:

Mauser Turki model 1890

Mauser Turki model 1903
Persenjataan tentara Ottoman kebanyakan diproduksi oleh Jerman. Officer biasanya membawa pedang dan pistol Jerman seperti Luger P08 Parabellum dan Mauser C96, Walau terkadang pistol milik Entente juga dipakai, biasanya hail tangkapan atau dibeli. Pistol Entente yang banyak dipakai officer Ottoman adalah Revolver Webley Inggris dan FN-Browning Belgia. Senapan standar infantri Ottoman adalah Mauser Turki, biasanya M1890 atau M1903. Suplai dari Jerman menambah Mauser M1888 dan M1898, Sementara Austria mengirimkan Senapan Mosin-Nagant M1891 yang ditangkap dari tentara Rusia. Reservis membawa senapan yang sudah kuno seperti Martini-Henry, Martini-Peabody, Remington, Winchester, dan Mauser M1887. Selain bayonet, banyak tentara Ottoman yang menggunakan pisau dan pedang kecil dalam pertarungan jarak dekat. Kavaleri menggunakan senapan atau karbin dan pedang atau tombak. Karbin yang paling umum adalah Karbin M1905, sementara pedang biasanya M1909. Menurut intelijen Inggris, kesultanan pada tahun 1914 memiliki sekitar 500,000 Mauser berkaliber 7.65mm, dan 200,000 Mauser berkaliber 9.5mm
Spoiler for Artileri dan senjata lain:

Korps Senapan Mesin Ottoman di Gaza, 1917

Artileri ringan Krupp 75mm

Howitzer 10.5cm di Gaza
Walaupun banyak artileri yang ditangkap di Perang Balkan, kesultanan masih memiliki artileri Jerman, Inggris, dan Prancis dalam jumlah yang lumayan besar. Selama perang, banyak artileri tambahan dari Jerman dan Austria, dengan Krupp sebagai penyuplai utama. Kurangnya artileri berat merupakan masalah serius bagi Ottoman, terutama selama pembombardiran Dardanelles oleh AL Inggris dan Prancis. Untungnya jatuhnya Serbia membuka jalan suplai dari Jerman dan Austria, sehingga beberapa artileri berat, artileri gunung, dan howitzer dapat dikirim ke wilayah Ottoman walaupun pasukan Ottoman di front Caucasus masih sering mengalami kekurangan artileri. Artileri yang paling banyak dipakai kesultanan adalah artileri ringan Krupp 75mm, Krupp 9cm C73, Feldkanone 105mm, howitzer Krupp 120mm M1905, Krupp Haubitze 15cm, Krupp Belagerungskanone 10.5cm, serta artileri gunung Rheinmetall 77mm, Schneider 75mm, dan 7,5cm Gerbigskanone Skoda. Kekurangan senapan mesin adalah masalah yang menghantui kesultanan sepanjang perang. Pada awal perang kesultanan memiliki beberapa senapan mesin Maxim Jerman dan Hotchkiss Prancis. Walaupun suplai senapan mesin Maxim MG09 dan MG08 dikirim oleh Jerman, militer Ottoman tidak pernah merasa cukup. Masalah yang sama juga terjadi pada granat. Walau banyak granat datang dari sekutu Ottoman dan beberapa dibuat di Istanbul, seringkali tentara Ottoman harus improvisasi seperti mengubah granat senapan menjadi granat lontar
Spoiler for Uniform:

Infantri Ottoman Dalam Latihan

Infantri Ottoman
Pakaian khaki diperkenalkan di tahun 1909 untuk menggantikan pakaian biru tua yang usang, walau hal ini baru sepenuhnya terealisasi setelah Perang Balkan. Fez merah yang menjadi ikon pasukan Ottoman selama hampir 100 tahun digantikan dengan kabalakatau enveriye, topi yang terdiri dari kain panjang yang dililit ke anyaman, dan terlihat seperti topi pith. Officer menggunakan kalpak tetapi biasanya diganti dengan kabalak jika bertugas. Pasukan Arab atau yang ditugaskan di Timur Tengah menggunakan keffiyeh. Mengenai perlengkapan kecil, sebenarnya keadaannya tidak buruk. Setiap tentara harus membawa tas kanvas hijau anti air, sabuk coklat, 2 kantong amunisi atau bandolier, botol minum, dan jubah tebal.
Diubah oleh Zooasaurus 17-10-2016 07:34
0
49.9K
Kutip
86
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan