- Beranda
- Komunitas
- News
- Sains & Teknologi
Spesies Bunglon dari 180 Tahun Lalu Ditemukan di Sumatra


TS
selaluberita
Spesies Bunglon dari 180 Tahun Lalu Ditemukan di Sumatra
Quote:
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan Universitas Brawijaya, Broward College dan University of Texas at Arlington baru-baru ini memberikan kabar gembira untuk dunia fauna Indonesia nih Gan. Mereka mengumumkan ada dua spesies reptil baru yang ditemukan di Indonesia, tepatnya di Sumatra.
Penelitian demi penelitian yang mereka lakukan mengungkap spesies baru yang sudah ada di nusantara sejak lama, tapi belum dikenal sama sekali. Bahkan belum dinamai. Dan Dr Amir Hamidy, M Sc, dari LIPI akhirnya resmi mengumumkan dua spesies reptil ini.
Yang pertama namanya Lycodon sidiki.

L sidiki adalah seekor ular yang diteliti oleh para herpetolog dalam survey fauna di Jawa dan SUmatra yang berlangsung 2013 sampai 2016. Studio morfologi dan molekuler yang dilakukan terhadap ular ini membuktikan bahwa L sidiki adalah spesies baru yang belum ditemukan, apalagi diberi nama sebelumnya.
Nama Lycodon sidiki diberikan sebagai penghargaan terhadap peneliti senior herpetolog Irvan Sidik. Apresiasi karena herpetolog di Indonesia jumlahnya sangat sedikit dan jarang diapresiasi.
L sidiki tinggal di wilayah Aceh, Gan. Hewan ini termasuk nokturnal (selalu beraktivitas di malam hari) yang memakan katak, cicak dan sebagainya. Panjangnya sekitar 70 sentimeter dengan tampilan hitam dan lingkaran putih.
Ular ini sering memimikri BUngarus candidus (ular weling). Tapi ada secara fisik mereka berbeda. L sidikus nggak punya sisik besar di punggungnya, taringnya ada di bagian belakang mulut, dan L sidiki tidak berbisa.
Spesies baru kedua yang ditemukan adalah Pseudocalotes baliomus, seekor bunglon.

P baliomus sudah diketahui keberadaannya di bumi sejak 1830-an oleh Salomon Muller yang bekerja untuk pemerintah Hindia Belanda kala itu. Ketika ditemukan, dia membawanya ke Leiden, Belanda.
Saat tim LIPI menemukan spesimen bunglon ini di hutan yang ada di samping jalan Tapan-Sungai Penuh, Sumatra Barat, sekitar Mei dan Juni 2013, mereka langsung membawanya ke Leiden untuk dibandingkan.
Bunglon yang ditemukan di 2013 itu ternyata persis sama dengan yang ditemukan Muller 180 tahun lalu. Tapi P baliomus kala itu tidak diidentifikasi dan diberi nama.
Pseudocalotes baliomus sendiri diambil dari bahasa Yunani yaitu balios (titik) dan omos (putih). Karena hewan ini dapat diidentifikasi dengan titik putih yang ada di bagian pundaknya meski saat sedang berubah warna.
Penelitian demi penelitian yang mereka lakukan mengungkap spesies baru yang sudah ada di nusantara sejak lama, tapi belum dikenal sama sekali. Bahkan belum dinamai. Dan Dr Amir Hamidy, M Sc, dari LIPI akhirnya resmi mengumumkan dua spesies reptil ini.
Yang pertama namanya Lycodon sidiki.

L sidiki adalah seekor ular yang diteliti oleh para herpetolog dalam survey fauna di Jawa dan SUmatra yang berlangsung 2013 sampai 2016. Studio morfologi dan molekuler yang dilakukan terhadap ular ini membuktikan bahwa L sidiki adalah spesies baru yang belum ditemukan, apalagi diberi nama sebelumnya.
Nama Lycodon sidiki diberikan sebagai penghargaan terhadap peneliti senior herpetolog Irvan Sidik. Apresiasi karena herpetolog di Indonesia jumlahnya sangat sedikit dan jarang diapresiasi.
L sidiki tinggal di wilayah Aceh, Gan. Hewan ini termasuk nokturnal (selalu beraktivitas di malam hari) yang memakan katak, cicak dan sebagainya. Panjangnya sekitar 70 sentimeter dengan tampilan hitam dan lingkaran putih.
Ular ini sering memimikri BUngarus candidus (ular weling). Tapi ada secara fisik mereka berbeda. L sidikus nggak punya sisik besar di punggungnya, taringnya ada di bagian belakang mulut, dan L sidiki tidak berbisa.
Spesies baru kedua yang ditemukan adalah Pseudocalotes baliomus, seekor bunglon.

P baliomus sudah diketahui keberadaannya di bumi sejak 1830-an oleh Salomon Muller yang bekerja untuk pemerintah Hindia Belanda kala itu. Ketika ditemukan, dia membawanya ke Leiden, Belanda.
Saat tim LIPI menemukan spesimen bunglon ini di hutan yang ada di samping jalan Tapan-Sungai Penuh, Sumatra Barat, sekitar Mei dan Juni 2013, mereka langsung membawanya ke Leiden untuk dibandingkan.
Bunglon yang ditemukan di 2013 itu ternyata persis sama dengan yang ditemukan Muller 180 tahun lalu. Tapi P baliomus kala itu tidak diidentifikasi dan diberi nama.
Pseudocalotes baliomus sendiri diambil dari bahasa Yunani yaitu balios (titik) dan omos (putih). Karena hewan ini dapat diidentifikasi dengan titik putih yang ada di bagian pundaknya meski saat sedang berubah warna.
0
35.7K
Kutip
206
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan