- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tips ‘Berkicau’ di Twitter untuk Bisnis Online


TS
SuicideSilence
Tips ‘Berkicau’ di Twitter untuk Bisnis Online
Netpreneur.co.id - Semakin banyak orang yang mengetahui keberadaan toko Jual Beli online atau produk yang dijual oleh seller, semakin besar pula jumlah calon pembeli yang berpotensi melakukan pembelian. Salah satu cara untuk ‘melebarkan sayap’ adalah dengan membuat konten tweet yang berkualitas sehingga followers tidak ragu untuk me-retweet-nya.
Followers yang me-retweet kicauan penjual membuka peluang publikasi kepada orang-orang yang mem-follow si followers tersebut. Semakin banyak orang yang membaca kicauan tersebut, semakin besar dampaknya. Me-retweet merupakan salah satu fitur Twitter yang paling mudah digunakan. Oleh karena itu, penjual perlu membuat konten kicauan yang dapat membuat pembacanya mau me-retweet sehingga kicauan tersebut bisa terbaca oleh followers-nya.
Ted Prodromou , penulis buku “Ultimate Guide to Twitter for Business”, memiliki tips untuk membuat konten tweet yang berpotensi untuk di-retweet.
Tambahkan calls-to-action
Menurut Ted, setiap tweet harus memiliki tujuan. Sehingga seller tidak akan sembarangan dalam berkicau. Jika sudah mengetahui apa tujuan dari kicauan tersebut, sebaiknya penjual mencantumkan calls-to-action (CTA). CTA merupakan tindakan pembaca yang diharapkan oleh pembuat kicauan setelah membaca kicauan tersebut. CTA juga berlaku pada media sosial lainnya. Salah satu contoh dari CTA adalah “Please RT” dan “Please ReTweet”.
Dengan menambahkan kata-kata CTA, pembaca tweet akan mengerti apa yang harus dilakukan terhadap tweet yang mereka baca. Walaupun penggunaan CTA dalam konten kicauan disarankan, Ted mewanti-wanti agar penjual tidak berlebihan dalam menggunakannya. Misalnya, seller jangan menggunakan CTA pada setiap tweet yang dibuat.
Berkicau di waktu yang tepat
Orang yang selalu berbicara tanpa melihat situasi dan kondisi bisa membuat orang lain yang mendengarkannya (baik yang secara sengaja, maupun tidak sengaja) merasa risih. Hal itu pun berlaku di linimasa Twitter.
Penjual sebaiknya memilih waktu yang tepat untuk berkicau. Ia bisa berkicau saat sebagian besar followers-nya sedang aktif menggunakan Twitter. Untuk menemukan waktu yang tepat, penjual perlu bereksperimen. Eksperimen itu bertujuan untuk mengetahui kapankah sebuah tweet mendapatkan jumlah respon yang besar. Penjual kemudian bisa menganalisa dengan mencatat konten jenis apa, hari apa, jam berapa, dan berapa jumlah retweet-nya.
Menurut pengalaman Ted, tweet yang mengandung konten seputar dunia bisnis paling banyak direspon selama jam kerja di hari biasa (selain akhir pekan). Penjual juga bisa menggunakan aplikasi SocialBro untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk berkicau berdasarkan aktivitas dari followers. Aplikasi ini menawarkan 15 hari free trial.
Link
Dan Zarella, penulis buku “The Science of Marketing”, pernah melakukan survei terhadap konten di media sosial. Survei tersebut menunjukkan, 70% tweet yang menganduk tautan atau links di-retweet oleh orang-orang yang membacanya.
Informasi akurat dan berkualitas
Faktor yang paling memiliki kekuatan untuk di-retweet adalah kualitas dari isi kicauan itu sendiri. Konten tweet menarik, informatif, atau memberikan nilai tambah bagi pembacanya berpeluang besar untuk disukai pembaca. Selain itu, tweet yang berkualitas akan membuat reputasi penjual menjadi baik.
Kualitas di sini memiliki arti bahwa informasi yang terkandung di dalamnya memiliki akurasi yang tinggi, bermanfaat, serta mengandung hal yang positif. Oleh karena itu, sebaiknya penjual tidak melulu berpromosi secara eksplisit (misalnya, “Dijual sepatu murah IDR 70K”). Penjual juga perlu menghasilkan konten-konten berkualitas seperti informasi-informasi atau konten-konten promosi terselubung seperti kuis atau kontes berhadiah.
Ted juga menambahkan, konten-konten tweet yang biasanya mendapatkan retweet dalam jumlah besar adalah informasi tentang cara melakukan sesuatu (how-to), breaking news, informasi tentang virus yang sedang berkembang serta teknologi lainnya, dan informasi tentang kuis dan diskon.
sumber
-------------------------------------------------------------------------------
gimana nh komentar para Bob Sadino muda
Followers yang me-retweet kicauan penjual membuka peluang publikasi kepada orang-orang yang mem-follow si followers tersebut. Semakin banyak orang yang membaca kicauan tersebut, semakin besar dampaknya. Me-retweet merupakan salah satu fitur Twitter yang paling mudah digunakan. Oleh karena itu, penjual perlu membuat konten kicauan yang dapat membuat pembacanya mau me-retweet sehingga kicauan tersebut bisa terbaca oleh followers-nya.
Ted Prodromou , penulis buku “Ultimate Guide to Twitter for Business”, memiliki tips untuk membuat konten tweet yang berpotensi untuk di-retweet.
Tambahkan calls-to-action
Menurut Ted, setiap tweet harus memiliki tujuan. Sehingga seller tidak akan sembarangan dalam berkicau. Jika sudah mengetahui apa tujuan dari kicauan tersebut, sebaiknya penjual mencantumkan calls-to-action (CTA). CTA merupakan tindakan pembaca yang diharapkan oleh pembuat kicauan setelah membaca kicauan tersebut. CTA juga berlaku pada media sosial lainnya. Salah satu contoh dari CTA adalah “Please RT” dan “Please ReTweet”.
Dengan menambahkan kata-kata CTA, pembaca tweet akan mengerti apa yang harus dilakukan terhadap tweet yang mereka baca. Walaupun penggunaan CTA dalam konten kicauan disarankan, Ted mewanti-wanti agar penjual tidak berlebihan dalam menggunakannya. Misalnya, seller jangan menggunakan CTA pada setiap tweet yang dibuat.
Berkicau di waktu yang tepat
Orang yang selalu berbicara tanpa melihat situasi dan kondisi bisa membuat orang lain yang mendengarkannya (baik yang secara sengaja, maupun tidak sengaja) merasa risih. Hal itu pun berlaku di linimasa Twitter.
Penjual sebaiknya memilih waktu yang tepat untuk berkicau. Ia bisa berkicau saat sebagian besar followers-nya sedang aktif menggunakan Twitter. Untuk menemukan waktu yang tepat, penjual perlu bereksperimen. Eksperimen itu bertujuan untuk mengetahui kapankah sebuah tweet mendapatkan jumlah respon yang besar. Penjual kemudian bisa menganalisa dengan mencatat konten jenis apa, hari apa, jam berapa, dan berapa jumlah retweet-nya.
Menurut pengalaman Ted, tweet yang mengandung konten seputar dunia bisnis paling banyak direspon selama jam kerja di hari biasa (selain akhir pekan). Penjual juga bisa menggunakan aplikasi SocialBro untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk berkicau berdasarkan aktivitas dari followers. Aplikasi ini menawarkan 15 hari free trial.
Link
Dan Zarella, penulis buku “The Science of Marketing”, pernah melakukan survei terhadap konten di media sosial. Survei tersebut menunjukkan, 70% tweet yang menganduk tautan atau links di-retweet oleh orang-orang yang membacanya.
Informasi akurat dan berkualitas
Faktor yang paling memiliki kekuatan untuk di-retweet adalah kualitas dari isi kicauan itu sendiri. Konten tweet menarik, informatif, atau memberikan nilai tambah bagi pembacanya berpeluang besar untuk disukai pembaca. Selain itu, tweet yang berkualitas akan membuat reputasi penjual menjadi baik.
Kualitas di sini memiliki arti bahwa informasi yang terkandung di dalamnya memiliki akurasi yang tinggi, bermanfaat, serta mengandung hal yang positif. Oleh karena itu, sebaiknya penjual tidak melulu berpromosi secara eksplisit (misalnya, “Dijual sepatu murah IDR 70K”). Penjual juga perlu menghasilkan konten-konten berkualitas seperti informasi-informasi atau konten-konten promosi terselubung seperti kuis atau kontes berhadiah.
Ted juga menambahkan, konten-konten tweet yang biasanya mendapatkan retweet dalam jumlah besar adalah informasi tentang cara melakukan sesuatu (how-to), breaking news, informasi tentang virus yang sedang berkembang serta teknologi lainnya, dan informasi tentang kuis dan diskon.
sumber
-------------------------------------------------------------------------------
gimana nh komentar para Bob Sadino muda

0
1.6K
13


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan